A. Multikultural (Keanekaragaman) bangsa Indonesia
Indonesia dengan keragaman budaya, agama, suku, bahasa menunjukkan bahwa ia adalah bangsa yang memiliki masyarakat multikultural. Kebhinekaan itu sendiri merupakan berkah tersendiri jika dikelola dengan baik, menjadi keunikan dan kekuatan, namun pluralitas tersebut dapat menjadi tantangan jika tidak disikapi secara arif dan bijaksana, dapat menjadi ancaman perpecahan dan konflik yang dapat mengobrak-abrik ketahanan sosial.
Keanekaragaman budaya merupakan peristiwa yang wajar karena berbagai perbedaan budaya bertemu di suatu tempat, Setiap individu dan suku bangsa bertemu dengan membawa perilaku budaya masing-masing, memiliki cara hidup yang khas.
Multikulturalisme mencakup pemikiran, cara pandang, kebijakan, sikap dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang beragam dalam hal suku, budaya, agama dan sebagainya, tetapi memiliki cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan memiliki kebanggaan dalam mempertahankan keragaman tersebut.
Konsep multikulturalisme tidak asing lagi di dunia Islam, setidaknya memiliki pengalaman sejarah yang menegaskan bahwa Islam menghargai keberagaman, sebagaimana yang dipraktikkan oleh Nabi dalam pemerintahan Madinah. Fakta dan data keberagaman agama di Indonesia menunjukkan bahwa keberagaman agama ini merupakan mozaik yang memperkaya khazanah kehidupan beragama di Indonesia, namun di sisi lain keberagaman agama juga mengandung potensi ancaman terhadap keutuhan NKRI. Disinilah dibutuhkan keterlibatan seluruh warga negara dalam mewujudkan perdamaian.
Indonesia sebagai negara multikultural dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan memiliki keragaman suku, budaya, bahasa, dan agama juga menjadi kendala bagi terwujudnya kerukunan dan kenyamanan beragama, oleh karena itu selain bekerja sama dengan para ahli yang memiliki ketertarikan pada isu multikultural, Pendidik agama juga harus mulai berpikir untuk memberikan informasi tentang multikulturalisme kepada berbagai lembaga, lembaga, dan organisasi sosial untuk bersama-sama membangun kesadaran multikultural.
B. Moderasi dalam keberagaman Indonesia
Dalam masyarakat Indonesia yang multikultural, sikap keagamaan yang eksklusif yang hanya mengakui kebenaran dan keselamatan secara sepihak tentu dapat menimbulkan gesekan antar umat beragama. Konflik agama yang banyak terjadi di Indonesia umumnya dipicu oleh sikap keagamaan yang eksklusif, serta kontestasi antar kelompok agama dalam memperoleh dukungan masyarakat yang tidak dilandasi toleransi, karena masing-masing menggunakan kekuatannya untuk menang, sehingga memicu konflik.
Di masa lalu, konflik sosial dan pemicu disharmoni sosial datang dari ekstrim kiri (komunisme) dan ekstrim kanan (Islamisme). Namun, dewasa ini ancaman disharmoni dan ancaman terhadap negara terkadang datang dari globalisasi dan Islamisme, yang oleh Yudi (2014: 251) disebut dua fundamentalisme: pasar dan agama.
Dalam konteks fundamentalisme agama, untuk menghindari terjadinya disharmoni maka diperlukan penanaman cara beragama yang moderat, atau cara menjalankan Islam yang inklusif atau sikap beragama yang terbuka, yang disebut moderasi beragama. Moderasi berarti bersikap moderat, kebalikan dari ekstrim, atau berlebihan dalam menyikapi perbedaan dan keragaman.
Dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah, Islam moderat mencoba melakukan pendekatan kompromi dan berada di tengah, dalam menyikapi suatu perbedaan, baik perbedaan agama maupun mazhab, Islam moderat mengedepankan toleransi, saling menghormati, dengan tetap meyakini kebenaran keyakinan umat. Masing-masing agama dan sekte. Agar semua bisa menerima keputusan dengan kepala dingin, tanpa harus terlibat tindakan anarkis.