Mohon tunggu...
Rizka Fayyida
Rizka Fayyida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberagaman Merupakan Rahmah Negara Indonesia

11 Juli 2023   22:15 Diperbarui: 12 Juli 2023   00:09 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai masyarakat yang fanatik terhadap keyakinannya, pendekatan religi menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan kerukunan antar umat. Pendekatan yang dipilih tentunya sikap beragama yang damai, yang sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia yang multikultural. Dengan pendekatan ini, moderasi beragama yang ramah, toleran, terbuka, luwes bisa menjadi jawaban atas ketakutan akan konflik yang marak terjadi di masyarakat multikultural.

Moderasi beragama bukan berarti kita mengacaukan kebenaran dan menghapus identitas yang lain. Sikap moderasi tidak mencemarkan kebenaran, kita tetap memiliki sikap yang jelas dalam suatu persoalan, tentang kebenaran, tentang hukum suatu masalah, tetapi dalam moderasi beragama, kita lebih terbuka untuk menerima bahwa di luar kita ada saudara sebangsa. Yang juga memiliki hak yang sama dengan kita sebagai masyarakat yang berdaulat dalam bingkai kebangsaan. Setiap orang memiliki kepercayaan di luar iman atau agama, yang keberadaannya harus kita hormati dan akui untuk tetap berperilaku moderat dan menjalankan agama.

Ada dua aspek pemahaman keagamaan yang berbeda yang merupakan manifestasi sosio-kultural ajaran Islam yang tidak dapat dipisahkan dari pola epistemologis yang merasukinya, yang berbeda secara sosio-kultural: Pertama, wajah Islam yang baik, toleran dan inklusif, mau hidup berdampingan dengan pemeluk agama yang berbeda dan secara alami memandang perbedaan sebagai rahmat, dan kedua, wajah Islam yang pemarah, mudah marah, dan intoleran dan eksklusif yang menjadi penentang bentuk pertama Islam.

Begitu juga di kelompok Kristen, juga terdapat beberapa kelompok. Mereka yang menerima ide-ide baru dalam teologi disebut modernis atau liberal. Tetapi tidak semua gereja dan pemimpin gereja, teolog dan orang Kristen menerima teori evolusi itu. Mereka menentang keras ajaran ini dengan membentengi diri dengan berbagai argumentasi Alkitab. Mereka yang menentang teori evolusi berpendapat bahwa gereja harus setia kepada "dasar-dasar iman Protestan", seperti yang terdapat dalam Alkitab.

Untuk mempertahankan diri dari gempuran modernitas dan teori evolusi, para pemimpin gereja dari berbagai kelompok Konservatif dan Evangelikal bergabung bersama menerbitkan sebuah buku berjudul The Fundamentals : A Testimony to the Truth, yang terbit tahun 1910.

Selain sesama agama terdapat sikap fundamentalis, harus diakui bahwa dalam kehidupan berbagai agama juga terdapat dilema yang serius, yaitu ketika anggota kelompok agama berinteraksi dengan orang di luar komunitasnya. Dalam komunitas beragama, hampir semua agama memandang pihak lain lebih rendah, bahkan cenderung mendiskreditkan ketika membicarakan komunitas di luar dirinya. Jika ini terjadi, maka ketegangan akan tercipta.

Negara Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Islam adalah pembawa perdamaian, nilai-nilai Islam sangat mendukung terciptanya perdamaian, sehingga umat Islam yang rohmatan lil alamin harus menjadi promotor perdamaian dan pelindung masyarakat. Di sini ada kesadaran bahwa dalam keragaman terdapat berbagai variasi seperti perbedaan dan keragaman paham keagamaan. Dalam memanifestasikan agamanya, masing-masing memiliki budaya, bahasa, adat istiadat, dan kewajiban yang sama-sama dimiliki dan perlu dihormati. Dengan keyakinan itu akan menimbulkan sikap keterbukaan, toleransi, dan keluwesan dalam berperilaku.

Agama Islam yang datang ke Indonesia tidak datang begitu saja, datang langsung berinteraksi dengan budaya Indonesia, wajah Islam Indonesia seperti sekarang ini merupakan cerminan dari hasil interaksi Islam dengan budaya Indonesia yang kemudian melahirkan Islam dengan tradisi NU dan Muhammadiyah. Dengan demikian perlu diupayakan peningkatan kesadaran multikultural di bangsa kita, dan ke depannya akan menumbuhkan sikap moderasi beragama. Hal ini perlu dilakukan bagi seluruh warga negara Indonesia baik oleh pemerintah, tokoh bangsa, maupun ustadz yang bertugas memberikan penyuluhan keagamaan.

Moderasi Islam menjadi pemahaman Islam tentang agama yang memasukkan ajaran Islam yang sangat esensial.

Ajaran yang tidak hanya mementingkan hubungan baik dengan Tuhan, tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah hubungan baik dengan semua manusia. Tidak hanya kepada saudara seiman tetapi juga kepada saudara yang berbeda agama. Moderasi ini mengedepankan sikap keterbukaan terhadap perbedaan yang ada yang diyakini sebagai sunnatullah dan rahmat bagi manusia. Selain itu, moderasi Islam tercermin dalam sikap yang tidak mudah disalahkan apalagi kufur terhadap orang atau kelompok yang berbeda pandangan.

Moderasi Islam mengutamakan persaudaraan, berdasarkan prinsip kemanusiaan, bukan hanya prinsip keimanan atau kebangsaan. Pemahaman seperti ini menemukan momentumnya di dunia Islam pada umumnya yang sedang dilanda krisis kemanusiaan dan Indonesia pada khususnya yang juga masih bergelut dengan sejumlah persoalan kemanusiaan akibat sikap beragama yang kurang moderat. Konsekuensinya, perkembangan hukum Islam menjadi dinamis dan mengikuti perkembangan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun