Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Jean-Paul Sartre, seorang filsuf eksistensialis, memiliki pandangan yang pesimis terhadap hubungan.Â
Bagi Sartre, cinta dipandang sebagai konsep yang penuh konflik, paradoks, dan menjadi upaya penipuan terhadap diri manusia. Ia percaya bahwa cinta membuat seseorang menjadi buta, di mana manusia cenderung menjadi objek bagi cintanya orang lain.Â
Bagi mereka yang mengikuti ajaran eksistensialisme, hal ini menyebabkan manusia kehilangan autentisitas (tidak menjadi dirinya sendiri), dan sebagai akibatnya, manusia yang terjebak dalam cinta menjadi tidak bebas.Â
Pandangan Sartre terhadap cinta didasarkan pada keyakinannya bahwa orang lain adalah neraka baginya. Sementara itu, dalam konteks hasrat dan seksualitas, Sartre menganggap hubungan seksual sebagai upaya yang sia-sia karena melibatkan penyerahan eksistensi secara total kepada orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H