Mohon tunggu...
Riza Siti Julaeha
Riza Siti Julaeha Mohon Tunggu... Lainnya - Rizaa_30

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Takdir Semesta

7 Februari 2021   21:07 Diperbarui: 7 Februari 2021   21:15 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mingggu ini aku menemani ibu pergi kepasar membeli bahan- bahan kue. Setelah selesai kemudian kita pulag ke rumah. Betapa terkejutnya ketika seseorang sedang menunggu di depan pintu. Itu ayah, seketika ibu memegang tanganku dengan gemetar, aku sedikit takut. Kemudian ayah menghampiri aku dan ibu. Ayah langsung bersujud di hadapan ibu, yang membuatku terkejut.
" Maafkan aku, Ratih. Aku sudah berdosa telah melakukan semua ini, aku ingin memperbaiki semua ini. Ampuni aku, ampuni." Jelas ayah sambil menangis, terlihat ayah sangat menyesali perbuatannya.

Ayah beralih padaku. " Maafkan ayah, Nak. Ayah bukan ayah yang baik untukmu, maafkan ayah. Karena ayah hidupmu menjadi menderita. Ayah benar-benar minta maaf."
" Apakah kalian mau memaafkan aku yang brengsek ini?"  Tambahnya lagi.
Kulihat ibu membantu ayah berdiri kemudian berkata. " Aku sudah memaafkan mu, sebelum kamu memintanya. Kejadian itu sudah aku lupakan." Kemudian ayah melihat kepadaku.
" Ibu saja bisa memaafkan Ayah, apalagi aku, aku sudah memaafkan ayah." Ayah tersenyum kepada ku dan kita bertiga berpelukan. Rasanya sangat senang bisa kembali bersama lagi.

Setelah itu kehidupan ku menjadi sempurna dan utuh dengan adanya ayah dan ibu di sampingku. Dan tak terasa aku sekarang sedang menyusun skripsi, impianku tinggal selangkah lagi.
" Tiaaa.." Teriakan itu membuatku menoleh dan aku tersenyum ke arah mereka.
" Gimana kabar ibu dan skripsi mu?" Tanya Rini.
" Kabar ibu sangat baik, apalagi setelah ayah datang semuanya menjadi lebih baik. Dan soal skripsi lancar seperti air mengalir." Jawabku dengan senyuman di wajahku.
" Kita senang sekali, melihat kamu senang. Kalau Wildan gimana kabarnya?" Tanya Karin sambil menggodaku.
" Kalau Wildan, sebaiknya jangan tanya aku kan kalian tinggal nanya langsung." Jawabku seadanya.
" Terima kasih ya Kar, Rin, selama ini sudah ada di sampingku. Aku selalu bersyukur bisa dapat teman seperti kalian." Lanjutku. Mereka langsung memelukku. Andaikan saja Tania ada di sini pasti dia juga akan merasakan kebahagiaan ini.

Hari ini, aku dan Wildan akan bertemu, aku ingin berterima kasih kepada dia karena selama ini sudah ada di sampingku ketika aku sedang berada di posisi tersulit dalam hidupku. Drrtt...drrttt, getaran di HP ku membangunkan lamunan. Tertulis pesan bahwa dia sudah sampai di kafe, aku pun menyuruhnya masuk. " Hai,Tia.." Sapanya, dan aku tersenyum untuk membalas sapaannya.
" Udah lama nunggu, Tia?" Tanyanya. " Engga kok, aku juga baru sampai." Jawabku singkat. Kemudian kita memesan makanan.
" Wil, ada yang mau aku bicarain sama kamu." Wildan pun menoleh.
" Jadi......" Kata-kata ku terhenti karena pelayan kafe membawakan makanan  yang sudah kita pesan.

Setelah itu, aku melanjutkan kata-kataku. " Jadi, aku ngajak kamu kesini karena aku ingin berterima kasih karena kamu sudah ada di sisiku saat aku membutuhkan seseorang untuk menyemangatiku." Seperkian detik aku berhenti untuk mengambil nafas.
" Sekarang aku sudah mendapat kebahagiaan ku lagi, sekarang semuanya sudah lebih baik. Dan semua itu berkat bantuanmu, Wil." Lanjutku.
" Tak usah berterima kasih Tia, sudah kewajibanku sebagai teman membantu mu. Dan aku merasa senang saat kamu sudah melewati semua ini." Jawabnya.
Setelah itu, kita terus berbincang-bincang. Sungguh beruntung aku mendapat teman-teman yang sangat baik.

Hari yang di tunggu pun akhirnya tiba. Hari ini aku telah lulus dan aku akan mengabdikan hidupku untuk membantu masyarakat. Akhirnya aku dapat membahagiakan keluarga ku. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan, yang telah memberikan kebahagiaan yang begitu besar. Setelah acara selesai, aku, ibu, dan ayah pulang untuk merayakan kelulusanku. Tapi pada saat perjalanan tiba-tiba rem mobil yang kita naiki tidak berfungsi. Hanya beberapa saat mobil itu sudah terbalik.

Aku tidak mengerti dengan semua ini, kulihat ayah dan ibu tidak bergerak, terlihat banyak darah disekitar kepalanya dan rasa nyeri di kakiku sangat sakit. Sebenarnya apa yang terjadi, tiba --tiba kepalaku terasa sakit, dan penglihatanku menjadi kabur dan gelap.

Aku terbangun dengan perban di kepalaku, aku masih bingung dengan apa yang terjadi, kulihat Wildan terus menanyaiku. " Tia, Tia, kamu bisa dengar aku?" Tanya dengan nada yang khawatir.
" Apa yang terjadi Wil, dimana ibu dan ayah?" Wildan langsung memelukku dan berkata. " Kamu harus sabar, Tia. Ayah dan ibu mu sudah tenang di alam sana." Informasi itu membuatku lemas. Tanpa di sadari air mataku mengalir begitu saja.
" Aku ingin bertemu ayah dan ibu, Wil." Pintaku. Tapi saat aku mau turun, kaki ku mati rasa, kaki ku tak bisa di gerakan. Apa yang terjadi padaku? Kenapa dengan kaki ku?
Wildan seperti tahu dengan ekspresiku. " Kakimu mengalami lumpuh.." Aku seakan tertampar mendengar itu, tidak mungkin ini terjadi padaku.

Ternyata semesta belum selesai dengan permainan takdirnya. Aku kira semuanya sudah baik-baik saja, tapi Tuhan sengaja mengambil ibu dan ayahku dan mengujiku dengan kesengsaraan ini. Hidupku seperti tidak ada harapan lagi, aku tidak bisa menjadi dokter karena kondisiku, aku harus melupakan semua impianku,hidupku sudah tidak berarti lagi. Sekarang ini untuk siapa aku hidup. Semuanya sudah mati.

Saat diriku telah menyerah dengan kehidupanku, tak kusangka teman-teman ku ada untuk menguatkan ku terutama Wildan. Berkat mereka juga aku bisa bertahan sampai saat ini. " Kak Tia....." Suara itu membuatku tersenyum. Mereka berlarian kepadaku dan memelukku.
Memang benar, meskipun aku tidak bisa menjadi dokter, tapi dengan kondisiku saat ini, aku bisa mendirikan pondok yang berisi anak-anak yatim dan berkebutuhan khusus. Aku mendirikan pondok ini dengan bantuan teman-temanku.

Menurutku, Tuhan memberikan ujian kepada kita, hanya ingin membuat kita lebih menjadi bersyukur dengan kehidupan ini. Seberapa berat ujian yang kamu terima, jangan  pernah menyerah dan selalu bersabar menghadapinya. Karena Tuhan lebih tahu apa yang baik untuk kita, Semuanya akan indah pada pada waktunya, jika kita bersbar. Jadi, buat kalian harus bisa sabar ya menghadapi semua masalah.

Selesai

Terima Kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun