Mohon tunggu...
Riza Siti Julaeha
Riza Siti Julaeha Mohon Tunggu... Lainnya - Rizaa_30

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Takdir Semesta

7 Februari 2021   21:07 Diperbarui: 7 Februari 2021   21:15 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Cahaya matahari menyapa di pagi hari, cahaya nya menghangatkan tubuh yang terselimut kain tipis. Kicauan burung terdengar merdu mebuatku semangat untuk mejalani hari, yang tanpa sehari pun merasakan  lelah.

Kehidupanku berubah semenjak beberapa  tahun lalu. Karena peristiwa itu, seluruh kehidupanku berantakan, dan aku harus berjuang untuk bertahan hidup bersama ibuku. Peristiwa itu sempat  membuatku terpuruk, tapi aku harus bangkit demi ibuku.

Namaku Anantia, kehidupanku  hanya sebatas kerja dan belajar. Aku yang harus membagi waktu untuk belajar, bekerja dan merawat ibu. Terkadang sulit dan lelah dengan semua ini. Aku harus bekerja setelah sekolah sempat berpikir ingin seperti yang lain, bermain dengan teman-teman. Tetapi aku tahu, bahwa aku harus mengesampingkan semua itu demi ibu, karena tidak ada keinginanku selain melihat ibu tersenyum.

Aku bangun membereskan tempat tidur , tidak sengaja sudut mataku melihat frame foto, aku langsung mengambilnya. Aku tersenyum, tapi aku tidak tahu apakah kalian bisa mengartikan ekspresiku.
" Andai saja semuanya masih sama seperti dulu..." Aku memandangi foto itu.


Sesaat lamunanku terbang ke beberapa tahun lalu. Saat semuanya belum sekacau ini, saat semuanya masih baik- baik saja. Dulu keluargaku begitu harmonis, ibu yang selau tersenyum di pagi hari dan ayah yang selau menemaniku bermain dan belajar. Ayah yang selalu membuat suasana rumah menjadi ramai dengan semua candanya. Tawa ayah yang renyah, seringkali menular kepadaku.  Dulu hidupku hanya sebatas cukup, semua kebutuhan terpenuhi dan yang paling bahagia adalah aku mempunyai ayah dan ibu yang sangat menyayangiku.

Tapi semua itu berubah, saat pekerjaan ayah memburuk. Ayah bukanlah ayah yang dulu, yang selalu membuat suasana menjadi ceria, ayah yang sekarang ini adalah sosok ayah yang berbeda , ayah yang seringkali marah, ayah yang selalu membentak, ayah yang selalu memukul ibu karena kesal dengan masalah pekerjaannya. Meskipun ibu bilang ayah bertindak seperti itu hanya karena sedang cape, tapi aku tahu hal yang dilakukan ayah tidaklah baik.

Pernah suatu hari, ayah benar- benar sedang marah. Ayah baru pulang dari kantor, langsung melempar tasnya ke sembarang arah.
" Brengsek !!!!!" Ucap ayah marah. Kemudian ayah melempar  vas bunga yang ada di meja . Mendengar suara pecahan yang keras, ibu yang sedang di dapur langsung menghampiri ayah.
" Apa yang terjadi  Yah, kenapa bisa sampai seperti ini?" Ibu bertanya dengan suara yang gemetar. Aku yang hanya melihat dari dalam kamar, takut dengan sikap ayah yang sekarang ini. Memang sudah beberapa hari ini ayah berikap kasar seperti ini, tapi hari ini ayah benar-benar sangat marah.

Mendengar pertanyaan itu ayah langsung melirik ibu, dan berkata. " Aku di pecat Ratih, aku sudah tidak bekerja lagi !!" Suara ayah yang keras mengagetkanku, yang diam membeku di kamar. Dengan pelan ku buka pintu, tak lebar hanya sedikit saja.

Setelah kejadian itu ayah menjadi pendiam, kerjaannya hanya melamun, dan pulang malam. Ayah tidak bekerja lagi, karena ayah selalu ditolak dalam lamaran pekerjaannya. Hal itu membuat ayah tidak ingin bekerja lagi. Ayah menjadi sosok yang tidak bertanggung jawab, sosok yang menjadi tenpramental dan selalu main kasar kepada ibu.

Ayah pulang dalam keadaan mabuk. " Ratih, cepat ambilkan minum !!!" Selang beberapa waktu ibu langsung membawakan minum. " Kamu tuh lama yah, suami minta minum harusnya langsung  kamu buatkan. Dasar istri engga becus." Ibu tampak takut menghadapi ayah yang seperti ini.
" Kamu dari mana saja?" Ibu bertanya dengan suara yang gemetar. Ibu tak berani menatap ayah.
" Bukan urusan mu, kamu hanya perlu melayani ku layak nya seorang istri." Bentak ayah.
" Karena itu, aku berhak tahu apa yang kamu lakukan sampai pulang larut malam setiap harinya."

Ayah berdiri dari duduknya, dan langsung menampar ibu. Saking kerasnya ibu sapai terhuyung jatuh ke lantai. Aku ingin membantu ibu, tapi aku takut dengan sikap ayah yang kasar seperti ini. Aku hanya diam. Menonton semua ini.
Kemudian ibu bertanya. " Apa kau kamu bermain judi lagi, sampai kamu bersikap seperti ini ?"
" Sudah kubilang itu bukan urusan mu!" Ibu sangat lelah dengan sikap ayah yang seperti ini.
" Kenapa kamu seperti ini, apa kamu tahu apa yang sekarang kamu lakukan akan berdampak pada Anantia?" Aku lihat ibu sudah menangis.
" Jika kamu terus seperti ini masa depan Anantia akan hancur karena ulahmu." Lirih ibu.
Mendengar hal itu ayah nampak marah sekali, kemudian  ayah pergi ke dapur  meninggalkan ibu. Tak lama ayah menghampiri dengan membawa tongkat kayu, ayah pun langsung memukul ibu dengan terus menurus, tak hanya itu ayah juga memukul ibu berkali- kali dengan keras. Dari kamar terdengar teriakan kesakitan ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun