Tiap kali kuhirup udara segar di pagi hari, pikiran ku selalu dihantui perempuan itu. Rasa yang telah hilang selama ini kembali muncul ke permukaan setelah 3 tahun yang lalu. Dia sendiri pergi menikah karena pengorbanannya untuk menjaga kehangatan orang sekitar. Tanpa disadari cintaku padanya benar-benar di ujung kegelapan jurang.
Perempuan tersebut broken home yang ditinggal kedua orang tuanya sejak lahir. Waktu kecil kedekatan antara dia dan neneknya begitu dekat daripada dengan kedua orangtuanya. Ketika berpacaran denganku dia lebih banyak bercerita neneknya ketimbang orang tuanya. Lantas dari kehangatan sifat dia yang begitu lembut dan penyayang dari neneknya. Untuk yang waktu lama neneknya memintaku untuk membimbingnya dalam segala hal.
Dia sendiri perempuan yang tidak terlepas dari bantuan orang lain. Setiap kali adanya tugas kuliah dia selalu meminta bantuanku. Dengan rayuannya dan kharisma dalam meminta pertolongan, aku rasa tubuh ini selalu kalah dan menghendaki permintaannya tersebut.
Pertemuan dengannya selalu diawali dengan dia selalu menanyakan tugas kuliah kepadaku. Sikapku yang agak tengil ini selalu membantu jawaban tugas nya dengan lelucon yang asik. Pikirku dia akan merasa nyaman ketika mengerjakan tugas-tugas yang ada. Pada waktu yang tepat, akhirnya aku mencoba mendekatinya dengan rayuan maut ala buaya. Ternyata setelah ku mencoba mendekatinya, ternyata dia juga memiliki ketertarikan padaku. Selama proses pendekatan disanalah aku mengetahui semua latarbelakang cerita yang dia alami.
Sebagai seorang laki-laki pendekatanku agak cukup menyebalkan menurutnya. Tarik ulur dalam sebuah pendekatan yang aku lakukan hanya untuk mengetahui seberapa benarnya dia tertarik pada ku. Lantas pada suatu hari, aku berpikir bagaimana kalo dia benar-benar meninggalkan aku hanya karena aku memerlakukannya seperti itu. Pada saat itu aku mencari cara untuk bisa mendapatkanya. Disanalah aku meminta saran teman-temannya untuk bisa mendapatkan perempuan pujaanku. Tapi saran dari teman-temannya menurut aku sangat kurang pantas untuk berhasil menaklukan perempuan itu. Ide masterpiece seketika muncul alami untuk menembak dia.
Suatu malam, aku pun berniat mengajak dia jalan, dengan masterpiece yang aku rencanakan untuk mendapatkannya. Maka dari itu, ku siapkan penampilan terbaiku tuk memikatnya dirinya. Pergilah kita ke cafe yang dekat dengan kaki gunung. Kebetulan pada malam itu cahaya pantulan dari rembulan bersinar sempurna melengkapi kencan antara dia dan aku. Diiringi lagu syahdu dari payung teduh yang begitu terasa di hati. Sembari melihat pemandangan kota yang terang dari kaki gunung, kita bercanda dan tertawa bersama sehingga kita tidak mengingat akan waktu dan sekitarnya. Dinginnya cuaca di kaki gunung membuat rona di wajahnya yang disinari bulan purnama begitu indah bagai mawar yang mengembang.
Perempuan tersebut begitu suka akan bersolek wajahnya. Paras cantik yang dimiliki seolah menjadi pemikat datangnya para pria. Rambut panjang hitam dan berkilau begitu harum tercium oleh hidungku. Tanpa bedak di wajahnya pun masih tetap menarik untukku pandang. Walaupun dalam berpakaian, dia memiliki style eksentrik tidak seperti perempuan lainnya. Tiap kali aku pandang wajahnya bagaikan pemberian dari surga yang berharga.
Aku siapkan kata yang tertata indah untuk menghadapinya. Walau detak di jantung ini terasa lebih kencang dari biasanya. Aku siapkan sebuket make-up yang telah aku persiapkan dari hari kemarin. Sambil menyerahkan dan berkata "Sudah lama penantian ini kupendam, sudikah kamu menjadi kekasihku?" Perempuan tersebut berkaca-kaca melihat pandanganku yang sebenarnya malu tuk kuucapkan. Kedua tangannya menutup matanya. Sepertinya dia tersipu malu. Tetapi, sepertinya angin atau keberuntungan tidak berpihak padaku. Dari raut wajahnya tidak ada tanda-tanda dia menerima permintaan jadi pacarku.
Dinginnya malam ini semakin membuat suasana menjadi canggung, ditambah dengan keringat dingin yang disebabkan oleh ke khawatiranku mengenai tawaranku diterima atau tidak. Malam itu, akhirnya kita memutuskan untuk pulang tanpa adanya sepatah kata darinya, terdiam tanpa arah. Namun di tengah perjalanan, suara berbisik darinya mulai terucap dengan memeluk erat tubuh aku. Akhirnya kata-kata yang kutunggu terlontar dari mulut manisnya juga. Pertanyaan yang selalu terdengar dari perempuan yang menanyakan keseriusan seorang pria, "Kamu yakin mau jadi pacar ku?" Aku pun menjawab, "Tentu saja, akupun tak mau kehilanganmu." Tentu saja malam itu menjadi malam yang indah bagi kita.
Selama berpacaran berlangsung, aku tidak pernah menuntutnya untuk menjadi wanita yang sempurna. Cukup menjadi wanita apa adanya tanpa mengubah sedikitpun sikapnya maupun terhadap pada temannya. Aku menganut cara pandang kebebasan dalam berhubungan. Bukan berarti bebas yang diluar batas, tapi lebih mementingkan sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan dan tidak merenggut kebahagiaan yang dia miliki.
Dari sikap hangatnya terhadap orang lain, aku tidak terlalu begitu memperdulikannya. Mungkin saja kebahagiaanya terletak dengan teman-temannya. Begitu banyak teman perempuan atau laki-lakinya. Ketika dia main sekedar nongkrong dengan sahabat SMA nya, aku membebaskan dia. Temannya pun mengetahui hubungan antara aku dan dia. Cerita tentang temannya juga seringkali menjadi topik obrolan ketika sedang pergi jalan atau sekedar nongkrong berdua di cafe. Aku harap dengan cara hubungan seperti itu semakin memperat hubungan diantara kita dan supaya menjaga keharmosian dalam pacaran.
Hubungan antara aku dan dia sudah menginjak 2 tahun. Saat ini lah badai tiba pada hubungan kita. Angin buruk berhembus padaku. Firasatku tentang perempuan itu sudah tidak ada kebenaran lagi. Tidak ada kehangatan lagi pada dirinya. Tiap kali aku bertanya kabarnya seolah-olah ia tidak terbuka dengan ceritanya. Percikan api pada jiwa rasanya ingin meladak. Aku tak begitu memahami maksud tujuan perempuan itu.
Kabar berhembus kencang ketika sepupu terdekatnya yang biasa menjadi tempat curhat perempuan itu namanya Daniel nongkrong bareng dan berbisik kepadaku. Dia mengatakan seolah sedikit gugup "kamu sadar ga sikap aneh dia akhir-akhir ini padamu?" Aku pun menanyakan sembari sedikit bingung "Apa yang kau maksud?" Daniel ragu untuk memberikan pernyataan "hmmm, kau tau gak 2 hari yang lalu dia jalan sama pria lain? Seharusnya aku merahasiakannya" Aku terkejut mendengar dan menjawab yang tak terkontrol "Ka.. ka.. kamu serius?" Dia menjawab "Aku pikir hubungan kalian berdua usai, waktu aku memergokinya berdua dengan pria itu, seketika dia sepertinya panik, dan tak lama kemudian dia nge WA untuk merahasiakannya agar tidak terdengar pada mu." Aku pun menjawab sambil bingung "Akhir-akhir ini sikap dia sangat tertutup padaku, apa kau pernah mendengar curhatannya lagi?" Dia menjawab "tidak pernah, akhir-akhir ini dia begitu tertutup dan aku pun heran."
Ingin kusudahi malam itu dengan tidur nyenyak. Malam itu, pikiranku kosong setelah mendengar cerita si Daniel. Rasanya pulang ke rumah untuk tidur pun masih gelisah setelah mendengar kabar tersebut. Kasur yang hangat pun tidak dapat menolong rasa cemas yang ada dibenakku. Ingin kutanyakan pada perempuan itu lansung, tanpa lewat WA. Detak jantung ini bagaikan isyarat untuk memulai gejolak perang.
Keesokan harinya, aku mengabari dia untuk sekedar nongkrong dan menanyakan tentang kebenaran cerita tersebut. Sore hari, aku bergegas menuju ke rumahnya dengan terbakar api cemburu. Sampailah di caf tempat aku menembaknya, dengan harapan dia akan selalu mengingat perjuangan yang telah kita capai hingga saat ini. Bibir ku tak bisa menahan ingin ku ketahui tentang cerita kebenaran dari mulut Daniel. Setelah kita mengobrol panjang lebar dengannya. Tentu saja hati ini tak bisa redam, letupan api cemburu masih berkobar. Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya "Apa benar kamu 2 hari yang lalu pergi jalan sama laki-laki? Daniel kemarin cerita sama aku" Seketika suasana mencekam dari obrolan kita. Seraya dia sambil memejamkan mata ke atas dan mengihirup nafas dalam-dalam, dia menjawab "Memang benar aku pergi dengan pria, cerita Daniel tidak salah. Aku putuskan untuk merahasiakannya dari mu. Selama 2 bulan terakhir aku selalu jalan dengannya. Bahkan dia berencana melamarku bulan depan." Waktu itu api dalam hati membakar semua pikiran dan jiwaku. Tidak butuh waktu lama, amarah diamku terjadi hingga aku membanting gelas kopi yang dipesan, melempar seluruh isi dompet ku, dan pergi meninggalkannya sendirian di caf tersebut.
Sejak kejadian itu, perempuan itu selama seminggu mengirimkan pesan WA permintaan maaf kepadaku tanpa ada alasan tertentu dan seringkali meneleponku, namun tidak ku jawab sepatah kata pun. Akhirnya aku memutuskan untuk memblokir kontaknya dan demi untuk mengobati rasa sakit di dada yang begitu sesak. Walau rasanya aku punya tuhan, pikiranku ini terbayang dengan rasa amarah yang tak pernah padam. Â Â Â
Perempuan itu menikah dengan pria tersebut, tidak lama setelah sebulan pacaran dengannya kandas di tengah jalan. Pada akhirnya setelah aku berpisah dengan dia, aku pergi merantau ke Jakarta untuk mencari fundi-fundi keuangan, dengan harap aku bisa mencari kebahagiaan kembali dan mengubah kehidupanku ke sesuatu yang lebih indah.
Aku sendiri menyadari untuk waktu yang telah lama bahwa mencintai seseorang perempuan itu tidak selamanya harus memiliki. Aku hanya perlu mengikhlaskan untuk kebahagiaan dirinya dan menyelimuti dengan kehangatan selimut cinta yang tak terbalas.
Setelah 2 tahun move on darinya, masalah tidak sampai disini. Tiba-tiba banyak notifikasi pesan WA dan telpon padaku. Berita tersiar juga dalam liputan televise. Kabar begitu naas datang dari perempuan itu. Kabar mengatakan bahwa perempuan itu mengakhiri hidup dalam keadaan gantung diri di kamarnya, dan belum diketahui penyebabnya. Aku pun terkejut mendapat berita tersebut. Proses persemayaman akan dilakukan lusa besok, setelah proses autopsy. Aku pun berencana pulang ke kampung halaman ku untuk mendatangi proses penguburannya.
Tiba waktunya untuk proses persemayaman. Aku pun datang menghampiri keluarga yang dekat dengan ku termasuk Daniel yang memang sahabatku juga, serta mendoakan jenazah untuk keselamatan di akhir hidupnya. Keluarganya tidak begitu terbuka tentang cerita kejadian penyebab kematiannya. Seolah-olah hanya neneknya dan si Daniel yang begitu terpukul kehilangan dirinya.
Satu bulan sejak kepergiannya. Aku pun berpikir dan penuh tanya tentang misteri yang terjadi padanya. Bel apartamen ku tiba-tiba bunyi pada hari libur. Ini menjadi sebuah takdir yang menjawab semua pertanyaanku. Nenek perempuan itu ternyata datang menghampiriku ke Jakarta. Benar saja kebenaran tentang cerita dirinya terungkap sudah.
Neneknya memberikan semua kebenaran tentangnya. Bahwasanya dia menikah dengan pria tersebut karena demi bisnis sang ayahnya yang mengalami kebangkrutan. Lalu dia terpaksa harus mengorbankan tempat tinggal neneknya yang harus dijadikan bangunan rata. Namun, anak dari sang penyita rumah tersebut menyukai perempuan itu. Disanalah kesempatan dia untuk mengorbankan dirinya demi kebahagiaan nenek tersebut dan akhirnya rumah nenek nya tetap utuh. Namun, dengan isyarat anaknya harus menikahi perempuan itu. Neneknya sempat menolak atas penawaran tersebut. Sampai akhirnya dia harus menanggungnya sendirian. Terlebih lagi kakak dan adiknya dari ayah itu menyetujui dengan cara menikahkan perempuan itu dengan anak dari pemilik yang meminjamkan uang demi mempertahankan bisnis yang ada. Senyum hangatnya perempuan itu telah berakhir dari sejak itu juga. Neneknya tak bisa berbuat apa-apa. Keras kepala yang mengalir dari ayahnya mungkin menurun ke sifat perempuan itu.
Neneknya menceritakan segalanya padaku. Dia memberi nasehat yang paling tajam kepadaku "Jika kau memaksanya untuk menikahinya, mungkin sampai hari ini dia takkan mengalaminya seperti itu." Pada hari itu mungkin aku mejadi orang yang paling terbodoh di dunia dan andai saja aku memahaminya dari awal, kepergian dia takkan mungkin terjadi. Sakit hati ini bukanlah seperti tombak yang menghujam jantungku. Tapi ini lebih kepada ketiadarasaan dan paham hatiku untuk perempuan itu. Pesan itu sangatlah memukulku dan betapa tololnya aku tentang memaknai arti cinta dirinya.
Kemudian dia pergi dan memberi sepucuk surat yang wangi pemberian dari almarhumah untuk ku tanpa ada yang mengetahui isi suratnya. Sepanjang membaca suratnya aku tak bisa membendung tangisan. Air mata ini mungkin tak pantas disebut sebagai cinta. Melainkan air mata penuh penyesalan.
"Untukmu Yang Masih menyimpan dendam
Banyak hal, tentang betapa aku mencintaimu dan rasa takut kehilangan yang aku punya miliki, maaf untuk semua keegoisan selama pembuktian bahwa aku benar-benar mencintaimu. Aku selalu berbohong dan berharap kau mau memaafkanku. Menjauhkanmu dari kenyataan dengan perbuatanku. Itu semua karena aku tidak ingin kau terlibat dengan urusanku. Jika saja aku terbuka sejak awal tentang kebenaran yang terjadi padaku, aku tidak layak menjadi kekasihmu. Kau tidak perlu memaafkanku, dan apa yang kau lakukan sekarang, ketahuilah aku selalu mencintaimu.
Maret 2021
Kekasih Yang Hilang,
LRS"
Sampai saat ini, dunia terasa kiamat. Begitu terpuruk hati yang telah cerah ini. Kegelapan selalu menghantuiku untuk tiap detikmya. Walau aku memahaminya, rasa cintanya kepadaku begitu menyakitkan untuknya. Dunia seperti komedi putar. Tawa yang nyata seperti peluru untuk membunuh segalanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI