Dari sikap hangatnya terhadap orang lain, aku tidak terlalu begitu memperdulikannya. Mungkin saja kebahagiaanya terletak dengan teman-temannya. Begitu banyak teman perempuan atau laki-lakinya. Ketika dia main sekedar nongkrong dengan sahabat SMA nya, aku membebaskan dia. Temannya pun mengetahui hubungan antara aku dan dia. Cerita tentang temannya juga seringkali menjadi topik obrolan ketika sedang pergi jalan atau sekedar nongkrong berdua di cafe. Aku harap dengan cara hubungan seperti itu semakin memperat hubungan diantara kita dan supaya menjaga keharmosian dalam pacaran.
Hubungan antara aku dan dia sudah menginjak 2 tahun. Saat ini lah badai tiba pada hubungan kita. Angin buruk berhembus padaku. Firasatku tentang perempuan itu sudah tidak ada kebenaran lagi. Tidak ada kehangatan lagi pada dirinya. Tiap kali aku bertanya kabarnya seolah-olah ia tidak terbuka dengan ceritanya. Percikan api pada jiwa rasanya ingin meladak. Aku tak begitu memahami maksud tujuan perempuan itu.
Kabar berhembus kencang ketika sepupu terdekatnya yang biasa menjadi tempat curhat perempuan itu namanya Daniel nongkrong bareng dan berbisik kepadaku. Dia mengatakan seolah sedikit gugup "kamu sadar ga sikap aneh dia akhir-akhir ini padamu?" Aku pun menanyakan sembari sedikit bingung "Apa yang kau maksud?" Daniel ragu untuk memberikan pernyataan "hmmm, kau tau gak 2 hari yang lalu dia jalan sama pria lain? Seharusnya aku merahasiakannya" Aku terkejut mendengar dan menjawab yang tak terkontrol "Ka.. ka.. kamu serius?" Dia menjawab "Aku pikir hubungan kalian berdua usai, waktu aku memergokinya berdua dengan pria itu, seketika dia sepertinya panik, dan tak lama kemudian dia nge WA untuk merahasiakannya agar tidak terdengar pada mu." Aku pun menjawab sambil bingung "Akhir-akhir ini sikap dia sangat tertutup padaku, apa kau pernah mendengar curhatannya lagi?" Dia menjawab "tidak pernah, akhir-akhir ini dia begitu tertutup dan aku pun heran."
Ingin kusudahi malam itu dengan tidur nyenyak. Malam itu, pikiranku kosong setelah mendengar cerita si Daniel. Rasanya pulang ke rumah untuk tidur pun masih gelisah setelah mendengar kabar tersebut. Kasur yang hangat pun tidak dapat menolong rasa cemas yang ada dibenakku. Ingin kutanyakan pada perempuan itu lansung, tanpa lewat WA. Detak jantung ini bagaikan isyarat untuk memulai gejolak perang.
Keesokan harinya, aku mengabari dia untuk sekedar nongkrong dan menanyakan tentang kebenaran cerita tersebut. Sore hari, aku bergegas menuju ke rumahnya dengan terbakar api cemburu. Sampailah di caf tempat aku menembaknya, dengan harapan dia akan selalu mengingat perjuangan yang telah kita capai hingga saat ini. Bibir ku tak bisa menahan ingin ku ketahui tentang cerita kebenaran dari mulut Daniel. Setelah kita mengobrol panjang lebar dengannya. Tentu saja hati ini tak bisa redam, letupan api cemburu masih berkobar. Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya "Apa benar kamu 2 hari yang lalu pergi jalan sama laki-laki? Daniel kemarin cerita sama aku" Seketika suasana mencekam dari obrolan kita. Seraya dia sambil memejamkan mata ke atas dan mengihirup nafas dalam-dalam, dia menjawab "Memang benar aku pergi dengan pria, cerita Daniel tidak salah. Aku putuskan untuk merahasiakannya dari mu. Selama 2 bulan terakhir aku selalu jalan dengannya. Bahkan dia berencana melamarku bulan depan." Waktu itu api dalam hati membakar semua pikiran dan jiwaku. Tidak butuh waktu lama, amarah diamku terjadi hingga aku membanting gelas kopi yang dipesan, melempar seluruh isi dompet ku, dan pergi meninggalkannya sendirian di caf tersebut.
Sejak kejadian itu, perempuan itu selama seminggu mengirimkan pesan WA permintaan maaf kepadaku tanpa ada alasan tertentu dan seringkali meneleponku, namun tidak ku jawab sepatah kata pun. Akhirnya aku memutuskan untuk memblokir kontaknya dan demi untuk mengobati rasa sakit di dada yang begitu sesak. Walau rasanya aku punya tuhan, pikiranku ini terbayang dengan rasa amarah yang tak pernah padam. Â Â Â
Perempuan itu menikah dengan pria tersebut, tidak lama setelah sebulan pacaran dengannya kandas di tengah jalan. Pada akhirnya setelah aku berpisah dengan dia, aku pergi merantau ke Jakarta untuk mencari fundi-fundi keuangan, dengan harap aku bisa mencari kebahagiaan kembali dan mengubah kehidupanku ke sesuatu yang lebih indah.
Aku sendiri menyadari untuk waktu yang telah lama bahwa mencintai seseorang perempuan itu tidak selamanya harus memiliki. Aku hanya perlu mengikhlaskan untuk kebahagiaan dirinya dan menyelimuti dengan kehangatan selimut cinta yang tak terbalas.
Setelah 2 tahun move on darinya, masalah tidak sampai disini. Tiba-tiba banyak notifikasi pesan WA dan telpon padaku. Berita tersiar juga dalam liputan televise. Kabar begitu naas datang dari perempuan itu. Kabar mengatakan bahwa perempuan itu mengakhiri hidup dalam keadaan gantung diri di kamarnya, dan belum diketahui penyebabnya. Aku pun terkejut mendapat berita tersebut. Proses persemayaman akan dilakukan lusa besok, setelah proses autopsy. Aku pun berencana pulang ke kampung halaman ku untuk mendatangi proses penguburannya.
Tiba waktunya untuk proses persemayaman. Aku pun datang menghampiri keluarga yang dekat dengan ku termasuk Daniel yang memang sahabatku juga, serta mendoakan jenazah untuk keselamatan di akhir hidupnya. Keluarganya tidak begitu terbuka tentang cerita kejadian penyebab kematiannya. Seolah-olah hanya neneknya dan si Daniel yang begitu terpukul kehilangan dirinya.
Satu bulan sejak kepergiannya. Aku pun berpikir dan penuh tanya tentang misteri yang terjadi padanya. Bel apartamen ku tiba-tiba bunyi pada hari libur. Ini menjadi sebuah takdir yang menjawab semua pertanyaanku. Nenek perempuan itu ternyata datang menghampiriku ke Jakarta. Benar saja kebenaran tentang cerita dirinya terungkap sudah.