Di Riyadh, Arab Saudi ada sebuah kampus bernama King Saud University yang menjadi salah satu kampus terbaik di sana. Tak cuma bereputasi bagus, universitas ini juga almamater bagi sejumlah anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi.
Habib Rizieq pernah mencicipi kuliah di King Saud University dengan mengambil Jurusan Studi Agama Islam (Fikih dan Ushul). Setelah lulus, Habib Rizieq menetap di Arab Saudi selama delapan tahun dengan menjadi pengajar di Riyadh.Â
Ketika mengajar disana, Raja Salman sendiri menjadi Walikota Riyadh.
Untuk alat politik sendiri, SBY dengan Partai Demokrat sedangkan Habib Rizieq pasti bisa berkaloborasi dengan Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Salim Segaf Al-Jufri yang pernah menjabat sebagai Duta Besar Arab Saudi.
Di barisan Habib Rizieq ada Ustadz Bachtiar Nasir yang memiliki kedekatan emosional dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoan.
Dari sini, saya berani katakan, Habib Rizieq bersama Habib Salim pasti akan condong membangun poros Jakarta-Riyadh-Istambul.
Sedangkan diposisi tengah-tengah ada Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Berkarya serta Partai Pembangunan Persatuan (PPP).Â
Serta partai-partai yang berkemungkinan akan bergabung ke koalisi Adil-Makmur seperti, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang membawa gerbong Nahdahtul Ulama (NU) dan Partai Golkar yang sudah kita ketahui sebagai partai yang enggan jadi oposisi.
Disinilah tantangan Prabowo dalam menyatukan mereka atau mungkin menendang salah satunya jika ternyata terbukti bersikap Belandis, Kompromis dan Reformis.
Baik SBY dan Habib Rizieq memang memiliki keunggulan sendiri-sendiri. SBY yang dikenal dengan nama Seorang Demokrat sejati tentu unggul di wilayah Kebenaran Relatif.
Sedangkan, Habib Rizieq unggul di tataran kebenaran Absolut.