Ada SBY dan Habib Rizieq
Saat ini di kubu Prabowo, ada dua tokoh penentu dari poros tersebut, pertama Presiden RI ke enam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan kedua adalah Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) atau juga Dewan Pembina GNPF Ulama, Habib Rizieq Shihab.
Pada 27 Agustus 2016, sebuah media non mainstream Martimnews pernah mengeluarkan pemberitaan berjudul "Hegomoni China, SBY Gelar Karpet Jokowi Meneruskan."
Dalam pemberitaan itu, SBY pernah menyarankan, kepada Jokowi dan wakilnya Jusuf Kalla tidak dikontrol oleh China.
Namun, di satu sisi ketika menjabat sebagai Presiden, SBY sering kali melakukan penandatanganan kerjasama dengan Negeri Tirai Bambu tersebut.
Sebut saja, pada 3 Oktober 2013, SBY pernah melakukan penandatanganan kerja sama terkait sejumlah proyek pengembangan infrastruktur dengan Presiden China Xi Jinping.
Menurut Menteri Perindustrian saat itu, MS Hidayat mengatakan dalam prosesi tersebut, telah ditandatangani 23 perjanjian. Ada 9 joint agreement di sektor mineral, mulai dari nikel, aluminium, pasir besi, bauksit, dan lainnya.
Kemudian ada juga kerja sama bisnis yang disepakati kedua negara meliputi bidang mineral, pulp and paper, telekomunikasi, perumahan, perkeretaapian, transportasi, infrastruktur, semen, kawasan industri, dan Jakarta monorail.
Perjanjian ini diimplementasikan dalam satu program kawasan industri terintegrasi Indonesia-Tiongkok.
Dari sini, saya berani katakan, sangat berkemungkinan besar SBY akan condong pada poros Jakarta-Hanoi-Peking.
Untuk Habib Rizieq sendiri, sudah bukan rahasia lagi jika Habib Rizieq dekat dengan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz.