Di deklarasi Alumni Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia (APTSI) di Gedung Padepokan Pencak Silat, TMII, Jakarta Timur, Sabtu (26/1), mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Daud menyebutkan, ada dua pilihan untuk bangsa Indonesia ketika 1998. "Bisa hancur atau bisa maju berkembang," tuturnya.
Sedangkan praktisi Filsafat dari Universitas Indonesia, Rocky Gerung menyebutkan, bahwa Pemilihan Presiden 2019 adalah momentum The Begining for The End. Hal itu sebagai hasil kesimpulannya dalam menghubungkan sejarah dengan masa kini.
Memang jika dikaji secara lintasan sejarah kepemimpinan bangsa Indonesia dengan distandarkan kepada keilmuan Tasawuf. Terdapat sebuah putaran dari nafsu-amarah, leuwamah, sawiyah,mutmainnah yang dimaksudkan untuk mencapai periode sawiyah (keilmuan)-hingga Era adil & makmur tercapai.
Dari kepemimpinan Presiden Soekarno dan Soeharto kondisi bangsa ini dalam landasan nafsu amarah. Namun, dalam konteks positif. Yakni, nafsu duniawi untuk membangun pondasi bangsa Indonesia.
Namun sayangnya pada 1998, bangsa ini masuk ke dalam nafsu Leuwamah atau kekecewaan. Jika tidak ada motor pengerak pemersatu maka prediksi Adhyaksa Daud bisa jadi kenyataan bangsa ini akan masuk ke dalam kehancuran.
Beruntung pada medio 2016 lalu, seorang keturunan dari pemimpin terbaik dunia Nabi Muhammad Saw, Habib Rizeq Syihab membawa bangsa ini masuk ke nafsu sawiyah (keilmuan);
Melalui aksi 212 yang fenomenal di dunia. Aksi yang mengatasnamakan Bela Islam atas perilaku kurang adilnya pemerintah terhadap penista agama mayoritas bangsa ini. Namun, aksi berlangsung damai dan tertib tanpa harus membuat kerusuhan.Â
Disinilah bangsa Indonesia telah masuk ke dalam nafsu Sawiyah atau Keilmuan.
Kemudian para Ulama yang memimpin aksi tersebut menggelar Ijtima dan memberikan mandat kepada Prabowo Subianto.
Dalam visi dan misinya yang kita kenal dengan Adil dan Makmur jika dikaji  dengan 17 Pakta Integritas Ijtima Ulama layaknya sebuah  'Master Mind' untuk kembalinya NKRI ke Orbitnya!Â
Ini alasan mengapa Prabowo akan menjadi icon penghancur segi tiga masalah bangsa yang akan saya jelaskan pada lain kesempatan.