Mohon tunggu...
Rizal Pena
Rizal Pena Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mental Petani

25 Maret 2019   14:03 Diperbarui: 25 Maret 2019   14:18 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asep bersandar dikursi depan rumahnya dengan wajahnya terlihat letih kelelahan. ia meletakan tas gendongnya yang berisi surat lamaran pekerjaan. Asep baru saja melamar pekerjaan disalah satu Perusahaan dikotanya namun lagi-lagi ia ditolak.

Asep adalah lulusan sarjana ekonomi disalah satu Universitas ternama dikotanya. Semenjak lulus hingga sekarang belum ada pekerjaan yang berhasil ia dapatkan. Bisa dibayangkan betapa pusingnya asep menjadi pengangguran dengan gelar sarjana. Ia berfikir bahwa ternyata ilmu yang didapat ketika kuliah tidak banyak membantunya dalam mendapatkan pekerjaan.

Tatapan kosong dan kebingungan menghiasi raut wajah asep yang memikirkan nasib masa depannya. Belum lagi ketika ia membayangkan raut wajah orang tuanya yang telah banting tulang membiayai kuliahnya selama ini, namun tak kunjung berhasil ia membalasnya. 

"Harus bagaimana aku ini?" Asep bertanya pada dirinya sendiri. 

Ditengah kebingungan dan kebuntuannya, asep kemudian berfikir bahwa dunia tak berpihak kepadanya. Lebih jauh lagi asep menganggap bahwa tuhan tidak adil! "Mengapa engkau tidak memberi aku takdir yang baik ya tuhan? Padahal aku sudah berusaha". Protes asep.

Kemudian terlihat seseorang kakek-kakek membawa cangkul dipundaknya, berjalan pelan hendak melewati rumah asep. Tanpa sengaja sang kakek melihat asep sedang melamun dengan tatapan kosong. Sang kakek menghentikan langkah kakinya tepat didepan asep.

Kemudian kakek menyapa dengan memanggilnya. "Asep"! Namun sapaan kakek ternyata tak terbalas. Asep masih dengan lamunannya.

Sang kakek mengulang sapaan untuk kedua kalinya dengan suara yang lebih keras. "Asep"!! Dengan agak kaget Asep tersadar dari lamunannya. "Oh...Iya kek". Balas asep dengan gelagapan. 

"Kenapa kamu melamun nak?" Tanya kakek sembari menghampiri asep. 

"Enggak kek gk ada apa-apa". Jawab asep seolah ingin meyakinkan kakek bahwa dirinya baik-baik saja.

"Jangan bohong nak, kamu terlihat melamun seperti lagi ada masalah. Ada masalah apa?" Tanya kakek.

"Enggak kek aku baik-baik saja kok". Jawab asep sambil menggaruk kepalanya. Asep terpaksa berbohong karena ia malu untuk menceritakan permasalahanya kepada sang kakek.

Oh baiklah kalau begitu. Ucap sang kakek sambil tersenyum. Kemudian kakek melihat sebuah tas disebelah tempat duduk asep, kemudian sang kakek menanyakan, "itu bawa tas dari mana nak kalau boleh kakek tau?"

"Oh ini kek, aku tadi habis melamar kerja kek". Jawab asep dengan memegang tas yang ada disampingnya. 

"Bagaimana sudah dapat?" Sergap kakek penasaran.

Asep pun meresponya dengan terdiam..

Baiklah nak, kalau belum dapat juga gpp, lagian masih ada hari esok untuk mencoba.. ucap kakek menghibur asep. 

Iya kek. Balas asep dengan nada lirih.

Asep kemudian berfikir tidak ada salahnya berbagi cerita dengan sang kakek, siapa tahu dapat sedikit melegakan fikirannya. 

Asep pun memutuskan berdialog dengan sang kakek.

"Kek, dulu kakek ketika masih muda cari pekerjaan sulit gak si kek?" Tanya asep penasaran.

Dengan tersenyum kakek menjawab, sama nak. Dulu yang kakek alami sama denganmu saat ini. Dan kakek tau betul keadaanmu. 

Kakekpun dulu kebingungan, untung ada ayah kakek yang memberi pemahanan untuk melewati masa sulit itu.

Pemahaman apa kek? Tanya asep penasaran.

Kamu ingin tau? Tanya balik sang kakek.

Tentu kek. Asep terlihat sangat antusias.

Baiklah sekarang ayo ikut kakek. 

Asep yang bingung mau gak mau harus mengikuti arahan sang kakek untuk menjawab rasa penasarannya. 

Ternyata mereka menuju ladang sawah yang tidak jauh dari rumah asep. 

Sini nak mendekat! Dengan penasaran asep mendekatinya. Apa yang kamu lihat sekarang? Tanya kakek. 

Asep pun kebingungan. Maksud kakek apa membawanya ke ladang sawah? Apa hubungannya dengan pekerjaan ?gumam asep dlm hati.

Yang aku lihat petani yang sedang memacul sawahnya kek. Ucap asep.

Baik. Kakekpun tersenyum

Apa yang bisa kamu pelajari dari yang kamu lihat sekarang? Tanya kakek.

Asep pun kebingungan, Asep tak mengerti apa yang ada dalam fikiran sang kakek.

Maaf kek, Asep tak faham maksud kakek. Jawabnya.

Baiklah, akan kakek kasih tau sekarang. 

Kamu lihat petani itu?

Iya kek. Jawab asep.

Biasanya sang petani jika padi yang ditanamnya gagal, tidak bisa dipanen, apa yang akan dilakukan petani itu? 

Menanamnya kembali kek. Jawab asep mantap.

Apakah dia akan berhenti menanam dan membiarkan tanahnya kosong karena gagal panen? Tanya kakek.

Ya tidaklah kek. Harus dicoba lagi, ditanam dengan lebih baik agar bisa panen. Jawab enteng asep.

Nah sekarang kamu sudah tahu nak. Jadilah seperti petani itu yang tidak berhenti berusaha walaupun mengalami kegagalan. Jika hari ini kamu belum berhasil, hari esok cobalah kembali, tanamlah apapun yang kamu bisa, urusan hasil serahkan kepada sang maha penentu. Saran kakek, berhentilah bersedih dan ber buruk sangka terhadap takdir karena itu tidak ada gunannya. Tetaplah optimis dengan hari esok karena itu akan membuat kita lebih baik nak. Ingat itu, mental petani harus ada pada dirimu!

Baik kek. Ucap Asep.

                                ~~~~~~~~~~~~

Pesan cerita : marilah pelajari hikmah, apapun yang ada disekitar kita. 

Kisah ini ter inspirasi dari pengajian yang diadakan didesa saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun