Mohon tunggu...
Rizal Azmi
Rizal Azmi Mohon Tunggu... Guru - Sekretaris Yayasan Annida Qolbu & Tenaga Pendidik

Menulis buku Fiksi dan non fiksi Memasak Membaca Novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Orang Ketiga Hadir

4 November 2023   07:00 Diperbarui: 4 November 2023   07:22 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rania termenung menatap gemintang dilangit lewat jendela kamar. Mereka tampak berkilau, mengelilingi sang ratu malam, rembulan.

Napas Rania terdengar berat. Tidak mengira akan hidup terpisah dengan suami tercinta,sosokyang selama 21 tahun telah menemani hidupnya. Dengan alasan demi pendidikan anak-anak, Faroz mengirimnya untuk tinggal di Belanda semenjak enam bulan terakhir.

Hidup terpisah dengan belahan jiwa sebenarnya membuat Rania sedikit takut dan bingung meskipun sudah tahu kejelasannya. Faroz pun berjanjimembagi waktu antara bisnis dengan keluarga. Keduanya akanberjalan bersama agar semua baik-baik saja. Sewa apartemen, biaya pendidikan anak, danbiaya lainnya sudah terlunasi, membuat hati  Rania sedikit tenang. Ia berusaha berprasangka baik kepada suaminya.

Kehidupan Rania di Belanda berbalik 360 derajat dari sebelumnya. Hari-harinya sibuk dengan pekerjaan rumah tangga yang selama tinggal di Indonesia tidak pernah dilakukan. Dari memasak, mencuci baju, membersihkan rumah, hingga mengantar anak-anak ke sekolah. Ia kembali pada kodratnya menjadi ibu rumah tangga sejati tanpa ada pembantu yang menemani. Meskipun suaminya memiliki perusahaan multinasional, ia tak membiarkan satupun teman untuk membantu membereskan semua itu. Hal itu semakin membuat Rania bingung. Padahal, sejatinya Faroz tak pernah bisa hidup terpisah dengan putri-putrinya. Namun, kali ini tidak.

Ada apa dibalik semua ini?Entahlah.Rania penasaran. Namun, disembunyikan rasa keingintahuan itu demi kepatuhan kepada suami yang dianjurkan oleh agama.

***

Semakin hari, rasa penasaran semakin memuncak. Membuat Rania sering menangis dalam kesendirian. Ia bingung harus berbuat apa. Karena, tak pernah mengira akan hidup terpisah dari keluarga. Belum lagi, adanya perbedaan bahasa dan budaya.

Rasa penasarannya semakin menjadi ketika suatu hari ia membuka medsos, melihat mobil Ferrari yang sering ia gunakan terpasang disalah satu akun medsos yang tidak dikenali. Berulang-ulang ia melihat apakah benar itu mobilnya atau bukan sampai lupa waktu.

Hingga tak terasa, tibasaat anak-anaknya datang dari sekolah. Rania pun lantas mengumpulkan putri-putrinya untuk duduk bersama diruang apartemen yang mereka tinggali.

***

"Sayang, Bunda mau minta tolong. Lihat, ini benar mobil kita, bukan?" tanya Rania ketika semua sudah duduk bersantai.

"Mana, Bun?"sahut Zahra, putri pertamanya.

"Ini," kata Rania sambil memperlihatkan gambar hasil screenshot dari medsos.

"Ya, ini mobil kita. Nomor pelatnya juga sama. Itu dikapnya ada goresan bekas tertabrak trotoar waktu kita pulang dari Dufan dulu," sambung Alia,putri keduanya.

Sedangkan putri ketiganya, hanya diam. Diam dalam dunianya.

Rania tersandar. Matanya berlinang. Ia berusaha untuk tidak menangis didepan ketiga putrinya. Ia berusaha kuat, tegar, dan mampu menghadapi kebingungan atas apa yang sebenarnya terjadi.

***

Malam semakin larut. Rembulan bersinar dengan indah demi menerangi gelapnya kehidupan malam.

Amsterdam tak pernah sepi. Kota kosmopolitan yang semakin malam semakin ramai. Kelap-kelip lampu jalanan menghiasi. Namun, semua keindahan itu tak menggambarkan guratan hati Rania. Hatinya semakingundah.

***

Setelah mengantarkan anak-anaknya ke sekolah, di sepanjang jalan Rania hanya terus meneteskan airmata. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi. Ia semakin bingung dengan hari-hari yang dijalani.

Sesampainya dirumah, ia pun langsung menghubungi teman-teman untuk membantu mencari tahu mengenai kegiatan sang suami dan siapa sebenarnya orang yang telah memakai mobilnya itu.

***

Kekhawatiran dan kebingungan Rania selama ini akhirnya terjawab. Benar-benar menjadi sebuah kenyataan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Kabar dari teman-teman yang didengarnya sangat buruk dan menyakitkan. Suaminya, Fadillah Faroz Alif Husein, sosok lelaki yang telah mengaruniai tiga orang putri, kini telah mengkhinati kepercayaannya. Ia telah mengingkari janji suci yang diucapkan atas nama Allah.

Tanpa pikir panjang, Rania langsung menelepon suaminya. Seluruh umpatan kasar terlontar dari bibirnya. Semua nama yang ada di kebun binatang tak lepas disebutkan. Begitupun dengan yang istilah-istilah di rumah sakit jiwa juga terucapkan.

Rania benar-benar marah, sedangkan Faroz hanya terdiam mendengar kemarahan istrinya lewat telepon. Tak sepatah katapunkeluar dari mulutnya sebagai pembelaan. Ia sadar akan kesalahan dirinya.

Setelah Rania meluapkan semua emosi dan menanyakan akan kepastian itu, Faroz mengakui kesalahannya. Rania pun langsung mematikan ponselnya.

"Apa maksud semua ini, Tuhan?" Rania hanya bisa menangis sambil memprotes kepada Tuhan. "Andai kamu berkata jujur dari awal, Mas. Tidak perlu mengirimkan kami kesini. Di sini tidak ada siapa-siapa. Hidup seperti dalam pengasingan. Kau tega, Mas. Jahat! Bajingan! Jahanam kau, Mas!" ucap Rania yang belum juga puas meluapkan emosinya.

***

Hari sudah beranjaksiang. Jam menunjukkan pukul dua sore.

Di saat hatinya hancur, Rania tetap harus menjemput anak-anaknya disekolah. Sepanjang jalan ia hanya menangis. Tangisan tanpa kata. Ia terdiam dalam linangan airmata.

Begitu juga ketika kembali menuju rumah. Ia tak banyak berbicara pada putrinya. Hanya diam disepanjang jalan. Matanya sembab, tak bisa dibohongi kalau ia habis menangis. Namun, tak satu pun putrinya berani menanyakan perihal apa yang membuat sang ibu menangis.

***

Seperti biasa, setelah makan malam selesai, tepatnya sebelum tidur, mereka berkumpul diruang tamu. Duduk santai sambil berbagi kisah tentang kejadian hari itu disekolah. Sibungsu yang paling bersemangat menceritakan kejadian disekolah. Sedangkan kedua kakaknya, sibuk memainkan ponsel.

Tak berapa lama, Zahra langsung memeluk ibunya. Ia menangis sesenggukan."Ternyata... ini... kah yang mem.... buat Bunda sedih? Pa... pa te... ga," kata Zahra terbata-bata sembari menunjukkan layar ponsel yang berisi gambar sang ayah bersama perempuan lain.

Rania hanya terdiam. Airmata kembali membuncah di pelupuk mata. Sedangkan gadis bungsunya yang tadi berceloteh, terdiam seketika.

Lain halnya dengan Alia, ia langsung terdiam. Duduk tanpa ekspresi yang jelas.

"Bunda, bagaimana nasib kita? Bagaimana?" tanya Zaskia.

"Kita akan baik-baik saja. Mungkin ini jalan yang harus dilalui yang Allah telah tetapkan untuk mengetahui semua hikmah," jawab Rania untuk menenangkan putrinya.

"Namun, Bun,Papa telah memberikan barang-barang mewah milik kita untuk perempuan itu," sambung Alia.

Rania terdiam mendengar hal itu. Ia bingung harus menjawab apa. Hatinya kembali berkecamuk. Andai kamu berkata jujur, Mas. Aku lebih memilih bercerai daripada kamu membuang kami kesini, ucapnya dalam hati.

"Akankah kita hidup miskin, Bun? Semua harta kita mungkin akan diambil alih oleh gadis jalang itu," tanya Zaskia sesenggukan.

"Tidak, Sayang. Itu tidak mungkin terjadi. Bundalah yang berjuang dengan Papa dari nol. Bukan hasil menipu, merampas, atau membodohi orang lain. Bunda dan papamulah yang bekerja sesuai ketentuan. Jadi,itu tidak mungkin terjadi. Allah akan menjaganya, Nak," jawab Rania meski dengan gemetar.

"Pekan depan kami libur sekolah. Kita pulang ke Indonesia, ya, Bun? Kita minta kejelasan kepada Papa," kata Alia.

"Ya, Sayang."

***

Satu bulan sudah Rania kembali ke Indonesia bersama anak-anaknya. Selama itu pula ia tak bertemu dengan suaminya. Faroz lebih memilih dengan Tania ketimbangdirinya. Sedangkan,gosip keretakan rumah tangganya akibat seorang super model ternama telah tercium luas oleh akun-akun gosip dibeberapa media. Sosok itu adalah Tania Halim.

***

Merasa sudah lama tidak berkumpul bersama, Alia mengajak teman-teman satu sekolahnya di Indonesia untuk berbelanja di pusat perbelanjaan.

Disaat memasuki salah satu butik ternama, secara tak sengaja ia bertemu dengan sosok wanita yang telah menghancurkan kehidupan rumah tangga orang tuanya. Tanpa memedulikan orang sekitarnya lagi, Alia langsung menjambak rambut panjang Tania.

"Dasar pelacur! Setan! Kurang ajar! Bajingan!" sumpah serapah Alia sambil menarik paksa perempuan itu.

Melihat aksi brutal Alia, keadaan sekitar seketika menjadi ramai. Massa berkumpul di tempat itu. Tidak sedikit yang memvideo kejadian itu.

Satpam pun mencoba memisahkan mereka.

Tania yang merasa harga dirinya hancur langsung keluar dari butik tersebut, sedangkan Alia masih saja mencaci maki.

"He, Pelacur, sini! Iblis kurang ajar! Setan! Goblok!" ucap Alia belum puas.

Tania tetap berjalan menjauh tanpa memedulikan keadaan sekitar.

Sorakan dari pengunjung membuat suasana semakin ramai.

"Wooo... Pelakor!"

"Kalau aku yang jadi korban, tak akan sudi memberi kesempatan hidup."

"Pelakor tak punya hati!"

"Dasar gila!" teriak para pengunjung.

"Jahanam!"

"Bangsat!" ucap pengunjung lainnya.

Tania tetap tidak menghiraukan. Ia langsung keluar dari pusat perbelanjaan tersebut dan memerintahkan sopirnya untuk pulang.

***

Berita penyerangan Alia terhadap Tania di pusat perbelanjaan menjadi judul utama pemberitaan nasional. Akun-akun gosip pun ikut menyebarkan berita dengan bumbu panasnya yang semakin membakar jenggot para pemirsa yang mendengarnya.

Beberapa media mencoba menghubungi Tania, tetapi tetap tidak bisa. Begitu juga dengan Faroz dan Rania, mereka memilih bungkam atas berita tersebut.

Melihat kehebohan media yang tak terbendung, Rania langsung memanggil Alia dan kedua putrinya. "Nak, belajarlah untuk tidak menghakimi seseorang di depan publik. Meskipun ia telah berbuat salah, itu tidak baik dan tidak dapat dibenarkan," kata Rania pelan.

"Namun, Bun, pelacur itu telah merebut Papa dari kita. Itu tak bisa dibiarkan. Papa juga membela wanita murahan itu, Bun," sahut Zahra dengan suara tinggi.

"Nak, kami telah gagal mempertahankan gejolak rumah tangga ini. Itu sudah diketahui semua orang. Papamu memilihnya. Mungkin perempuan itu memang lebih baik dari Bunda. Namun, bagaimanapun, papamu tetap ayah terbaik bagi kalian, bukan untuk Bunda. Jangan sekali-kali kehilangan rasa hormat kepada papamu. Papa sangat sayang kepada kalian," kata Rania sembari berlinang airmata.

"Bohong kalau Papa sayang pada kita! Buktinya, Papa membela perempuan jalang itu!" sahut Alia lagi.

"Tidak, Sayang. Bukti bahwa Papa masih sayang pada kalian adalah ia masih bersedia membiayai hidup kalian dan masih banyak lagi," jawab Rania.

"Itu sudah kewajiban seorang ayah, Bun. Tidak bisa dipungkiri lagi," sambung Zahra seraya bangkit, langsung pergi keatas menuju kamar.

Rania hanya diam. Ia tertunduk dengan buliran airmata yang mengalir deras. Sedangkan Alia dengan sibungsu, memilih untuk kekamar masing-masing.

***

Sesuai perjanjian, hari itu Faros pulang kerumah untuk makan malam bersama anak-anak setelah hampir tiga bulan tidak kembali. Rania memerintahkan asistennya untuk membelikan makanan kesukaan sang suami agar dihidangkan di atas meja. Namun, alangkah buruknya perangai Faroz, ia malah memilih membawa nasi dan minuman dari luar. Ia tak mau makan masakan yang telah disediakan orang rumah.

Melihat kenyataan itu, Rania semakin hancur. "Kamu itu masih suamiku yang sah, Mas. Namun, mengapa tidak memedulikanku lagi?" ucap Rania sesenggukan.

"Aku kesini hanya ingin mengatakan bahwa mulai saat ini kita cerai! Tandatangani semua berkas setelah makan. Biar lusa bisa segera diurus."

Bak disambar petir tanpa henti, Rania nyaris roboh. Hendak limbung ke arah lantai. Namun, ia mencoba tegar. "Sini, Mas, aku tanda tangani sekarang biar cepat selesai."

Mendengar itu, Faroz langsung mengeluarkan berkas yang sudah dipersiapkan sedari tadi dari dalam tas. Diserahkannya kepada Rania.

Tanpa berpikir dua kali, Rania langsung menandatangani semua berkas.

Setelah selesai,Rania memilih pulang kerumah orang tua tanpa membawa sedikitpun harta hasil pernikahannya bersama Faros. Anak-anak ikut serta bersamanya. Rania memilih keluar dengan tangan kosong tanpa membawa apapun, selain baju yang melekat dibadan. Hal ini iya lakukan untuk membuktikan pada Faroz bahwa ia bukan wanita lemah.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun