Â
      Perkembangan angkutan kereta api wilayah Cilacap memiliki pasang surut dimulai pada awal abad ke - 20 hingga sekarang ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu yang pertama, letak stasiun Cilacap berada di pusat kota merupakan jalur terminus yang menyebabkan keberadaan stasiun Cilacap hanya dapat dijangkau oleh masyarakat Cilacap yang tinggal di pusat kota saja. Kedua, keberadaan kereta api penumpang di stasiun Cilacap selalu mengalami perombakan baik dari kelas hingga rutenya dikarenakan jumlah okupansi penumpang yang tidak sesuai target oleh PT KA sehingga masyarakat terbiasa lebih memilih angkutan Bus saat hendak berpergian ke luar kota sejak dihilangkannya KA Feeder Logawa pada tahun 2011 dan harganya jauh lebih terjangkau dibandingkan kereta sekarang ini yang harganya jauh lebih mahal. Ketiga, jumlah keberangkatan kereta api dari stasiun Cilacap dalam sehari hanya 2 kali pemberangkatan saja yaitu KA Purwojaya tujuan Jakarta Gambir dan KA Wijayakusuma tujuan Surabaya Gubeng - Banyuwangi sehingga masyarakat Cilacap tidak ada pilihan kereta lagi dan lebih memilih naik dari stasiun Maos ataupun stasiun Kroya yang jumlah keberangkatan kereta apinya jauh lebih banyak dalam satu hari baik itu tujuan Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Banyuwangi, Jember, dan Malang. Dengan adanya beberapa faktor tersebut memang wajar jika masyarakat yang tinggal di wilayah Cilacap bagian kota lebih memilih naik kereta api dari stasiun Maos atau stasiun Kroya karena keberadaan pusat kota Cilacap sendiri berada di paling ujung selatan jawa Karesidenan Banyumas dan masyarakat saat hendak berpergian ke luar kota harus balik arah menuju ke utara. Saat situasi pandemi Covid-19 sekarang ini keberadaan kereta api penumpang dari stasiun Cilacap sudah tidak ada karena kebijakan PT KAI yang melakukan pemberhentian operasional sementara sampai batas waktu yang belum ditentukan dengan menyesuaikan kondisi pandemi yang sedang terjadi. Dengan adanya pemberhentian operasional kereta api penumpang, keberadaan jalur kereta api di wilayah Maos, Kesugihan, dan menuju stasiun Cilacap seakan mati suri karena tidak ada aktivitas lalu lintas kereta api yang lewat kecuali angkutan barang itupun beroperasi melewati jalur stasiun Maos dari arah Bandung dan stasiun Kroya dari arah Purwokerto ataupun Yogyakarta. Sehingga aktivitas perekonomian tanpa adanya transportasi mengangkut penumpang kecuali barang bahan pokok, bbm, dan semen yang berjalan di wilayah Cilacap kota ini saat situasi pandemi Covid-19 mengalami kemunduran walaupun disisi lain terdapat pusat industri dan minyak yaitu PT Pertamina Refinery Unit IV dan pabrik semen Indonesia Dynamix, namun tidak seluruhnya menunjang kebutuhan masyarakat Cilacap apalagi Kabupaten Cilacap merupakan wilayah terbesar di Jawa Tengah dan Karesidenan Banyumas.
Sumber :
1. Purnawan Basundoro, "Dinamika Pengangkutan Di Banyumas Pada Era Modernisasi Transportasi Pada Awal Abad Ke - 20", Jurnal Humaniora Vol. 20 No. 1, 2008, Hal 63 - 74.
2. Purnawan Basundoro, Arkeologi Transportasi : Perspektif Ekonomi dan Kewilayahan Keresidenan Banyumas 1830 - 1940an, Surabaya: Airlangga University Press, 2019.
3. https://jatengprov.go.id/beritadaerah/pt-kai-luncurkan-ka-wijayakusuma/(di akses 3-06-2020).
4. https://www.merdeka.com/peristiwa/mulai-23-februari-ka-purwojaya-menjadi-kereta-eksekutif.html diakses 26-05-2020.
5. Gambar 1 (Sumber foto dari tokdiki.com diakses 01-07-2020 https://images.app.goo.gl/YSBjsuPEZ9qgSJ2f9).
7. Gambar 2 (Sumber Gambar Instagram Tjilajap History  https://www.instagram.com/p/Bd-l0yunfzf/?utm_source=ig_web_copy_link).
8. Gambar 3 (Sumber Foto dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Cilacap.
9. Gambar 4 (Sumber Google https://images.app.goo.gl/adnuYLJVzM8Ve14G8).