Dalam labirin rahasia hatimu yang kompleks,
Aku tersesat, memahami sisi gelap dan cerah.
Wanita, kau seperti tafsir mimpi yang tak terbaca,
Mengherankan dan merentang, dalam keluhuran dan kebingungan.
Wajahmu bagai buku dengan halaman terlipat,
Setiap senyumu menyimpan misteri yang tak terjawab.
Tetapi aku, hanya pelaut yang kehilangan arah,
Di lautan rasa yang mengalun begitu dalam.
Takdir kita, seperti puisi yang tak teruraikan,
Aku mencoba menyelami, namun kata-kata tak terkendali.
Wanita, seperti lukisan di museum yang tak kunjung habis,
Aku berdiri, bingung, di depan karya seni yang abstrak.
Bisikan hatimu, seperti angin yang berbisik di antara pepohonan,
Namun artinya, seperti not balok yang tak terdengar jelas.
Aku, dalam ketidakpahaman, merangkak di kegelapan,
Mencoba memahami not-not cinta yang terasa samar.
Bagaikan sains yang rumit dalam kepala,
Wanita, kau seperti persamaan yang tak terpecahkan.
Aku mencoba, dengan matematika perasaan,
Namun jawaban tetap menyelinap, melayang di awan.
Puisi tak terungkap, dalam setiap pandang mata,
Wanita, kau adalah teka-teki yang terus berputar.
Aku mencoba membaca, dalam goresan hatimu,
Namun, garis-garisnya terus mengubah makna.
Mungkin, cinta ini adalah seni yang tak terpecahkan,
Wanita, seperti musik yang tak terdengar oleh telinga.
Aku berdiri, dalam ketidakpahaman yang mendalam,
Merintih, meraba, mencoba menciptakan kembali makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H