"Semua warga sibuk mempersiapkan acara ultah rangkat, sampai seragam ku pun tak terpikirkan"
"Begitulah mas, aku pun merasa demikian"
"Tapi seragam mu, masih baru Dorma, juga bukan warisan"
"Memang benar mas, tapi kedodoran"
"Tak terbayangkan, melihat mu menjaga parkiran, sambil menarik-narik celana dan bajumu yang kedodoran."
"Tak tega aku membayangkan, melihat para tamu undangan, tersenyum masam, melihat baju mu yang sudah kusam, mas Hans,"
Dua orang patner sejati saling curhat di Pos Ronda. Mas Hans dan Mbak Dorma, pengabdian mereka untuk menjaga keamanan desa memang tak tergantikan. Pos Ronda menjadi saksi bisu, kecintaam mereka kepada desa ini, sungguh tak terbayangkan. Tanpa pamrih, tak terbesit di benak untuk menjadi tenar dan terkenal. Mereka hanya ingin tampil maksimal, ya di ultah Rangkat nanti.
Menjadi penjaga parkir dan petugas keamanan di Ultah Desa Rangkat dalah hal yang paling dinanti-nantikan dan diimpikan oleh Mba Dorma dan Mas Hans. Tugas dan tanggung jawab yang menurut mereka adalah "sesuatu banget".
Tanpa mereka sadari Mommy, ibu kades yang cantik, baik hati dan tidak sombong ditemani Jingga, anaknya yang genit, telah berdiri di dekat pos ronda, dan mendengar apa yang mereka keluh kesahkan.
"Ehmm..."
"Eh Mom, Jingga.." dengan kompak Mas Hans dan Mba Dorma menyahut.