Bagaimana jika anda memiliki kebebasan untuk mendesain bayi anda sendiri? Anda bisa bisa memilih anak yang kulitnya putih, rambut lurus, hidung mancung. Bisa mencegah agar anak anda agar tidak terkena penyakit dan cacat turunan. Bahkan bisa mendesain anak dengan kapasitas otak yang lebih besar hingga bisa jadi lebih cerdas ketimbang anak lainnya.
Dengan kemajuan teknologi di bidang rekayasa genetika, kemungkinan untuk bisa mendesain anak sendiri semakin terbuka luas. Rekayasa genetika dilakukan dengan menyeleksi dan mengedit sehingga tercapai genome yang paling sesuai dengan karakter yang anda inginkan.
Saat ini banyak sekali hal yang bisa dilakukan untuk merekayasa gen. Mulai dari memilih gen yang terbaik, memodifikasi gen, menambahkan DNA ke dalam gen bahkan sekarang orang bisa mengedit DNA di dalam sel.
Sekitar bulan Januari 2019, seorang ilmuwan dari Tiongkok bernama He Jiankui, menyatakan bahwa dia berhasil "menciptakan" sepasang bayi perempuan kembar dengan gen yang sudah diedit. Bayi ini gennya diedit sedemikian rupa sehingga mereka bisa kebal terhadap virus HIV diderita oleh orang tua mereka.
Dunia sains menjadi gempar, karena melakukan edit gen terhadap manusia masih hal yang tabu bahkan melanggar hukum. Termasuk hukum di Tiongkok, sehingga akhirnya He Jiankui akhirnya ditangkap dan sekarang dunia luar tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan nasibnya.
Tapi ini menandakan semakin dekatnya era baru, di mana manusia akan memiliki kemampuan untuk mendesain bayi sendiri.
Berikut tiga metode yang dianggap paling realistis dan mungkin atau malah sudah digunakan dalam rekayasa genetis.
- Preimplementation Genetic Diagnosis (PGD)
Metode PGD ini bisa dilakukan mulai sejak sebelum pembuahan, di mana telur dan sperma diperiksa dari berbagai sudut genetis, lalu diseleksi yang terbaik. Lalu setelah telur dibuahi menjadi embrio, kembali dilakukan pemeriksaan sehingga didapat embrio dengan kemungkinan terbaik.
Embrio ini lalu ditanamkan ke dalam rahim ibu melalui teknik In Vitro Fertilization (IVF) atau yang kita kenal dengan program bayi tabung. Dengan demikian calon bayi diharapkan bisa terhindar dari penyakit dan cacat genetis. Melalui PGD juga bisa ditentukan jenis kelamin bayi yang diinginkan.
Meski tidak terjamin sukses 100% tapi PGD sudah banyak dilaksanakan. Di survey tahun 2017 dinyatakan bahwa 74% peserta IVF menggunakan PGD untuk memilih jenis kelamin bayinya.
- TALEN (Transcription Activator Like Effector Nucleas)
Teknik edit gen di mana DNA kita yang berbentuk pita panjang akan "potong" bagian buruknya lalu kemudian disambungkan dengan bagian DNA lain yang baik sehingga tercipta DNA yang lebih sempurna.
Sebagaimana kita menggunting suatu kain panjang yang motifnya jelek di bagian tertentu, lalu kita gunting dari tempat lain dan kita kemudian satukan sehingga didapat sehelai kain yang indah.
Misalnya aplikasi TALEN pada tanaman. Menggunakan gen dari bakteria tertentu, diinjeksikan pada sel tanaman. Saat sel bakteria menyerang tanaman, dia akan mengeluarkan sejenis protein yaitu TAL. Protein ini berfungsi untuk mencari kode DNA tertentu yang bisa diatur sesuai dengan kode penyakit atau cacat yang dicari.
Setelah TAL menemukan kode DNA yang dicari, maka digunakan gen lain dari bakteria yaitu endonucleases untuk memotong dan membuang DNA yang rusak.
Lalu dengan metode yang sama didapatkan rantai DNA yang baik, yang kemudian disambungkan kepada rantai DNA sebelumnya, sehingga terbentuk DNA yang diinginkan.
Saat ini TALEN diterapkan pada tanaman, bahan bakar dan hewan. Misalnya membuat kentang yang tidak akan memar meski terbentur, kentang yang lebih awet disimpan lama, gandum rendah gluten, dan sapi yang direkayasa.
- Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR Cas9)
Metode editing yang tidak hanya memotong dan menyambung rantai DNA, tetapi juga bisa langsung menulis ulang kode DNA di atas kode yang sudah ada.
Prinsip dari CRISPR Cas9 didasarkan pada sistem pertahanan bakteri tertentu saat diserang virus. Dia akan meng-copy rantai DNA virus yang berbahaya ke dalam rantai RNA yang diikat oleh protein yang bernama Cas9.
Saat virus datang lagi, gabungan RNA dan Cas9 ini akan menempel pada DNA virus, lalu mematahkannya sehingga tidak lagi berbahaya untuk sang bakteri.
CRISPR Cas9 sudah diujicobakan pada berbagai hewan seperti babi yang dimodifikasi DNA-nya sehingga organnya bisa digunakan untuk transplantasi ke tubuh manusia dengan sedikit penolakan. Membuat babi mini dengan pola bulu tertentu. Menghilangkan virus dari nyamuk malaria.
Dibanding banyak teknik edit gen lain, CRISPR Cas9 tergolong mudah dan murah meriah. Bahkan mahasiswa dengan dana terbatas pun bisa melakukannya. Namun sampai saat ini teknik CRISPR Cas9 belum sempurna, terkadang masih memotong DNA di area yang salah, sehingga akan berbahaya.
--
Jadi tidak bisa disangkal lagi, kemungkinan untuk bisa mendesain bayi sendiri semakin dekat.
Tentu banyak keuntungannya bisa mendesain bayi sendiri. Selain mendapatkan bayi yang lebih sehat dan jauh dari penyakit, penampilan bayinya juga diharapkan bisa sesuai dengan selera orangtuanya.
Apalagi jika bisa mengedit kecerdasan, stamina, kepribadian, tentu sang bayi akan lebih mampu bersaing di masa depan ketimbang bayi normal yang biasa-biasa saja. Bahkan bisa terbentuk bayi-bayi super seperti di film superhero.
Tapi masih banyak kekhawatiran dalam penerapan rekayasa genetis terhadap bayi seperti:
Embrio yang harus diterminasi
Bagi beberapa agama, terminasi embrio masih dianggap sebagai pembunuhan. Tetapi jika saat diperiksa ditemukan calon bayi akan mengidap cacat, tentu kemungkinan besar calon orangtua tidak akan mau meneruskan kehamilan. Termasuk juga saat terjadi kesalahan edit gen sehingga malah tambah merusak gen embrio.
Pilihan gen (gen pool) yang semakin menyempit
Saat dilakukan edit gen, biasanya dipilih karakter yang dianggap disukai. Sehingga tidak terjadi koreksi gen. Ini semakin lama akan semakin membuat manusia secara keseluruhan bertambah lemah.
Hilangnya keunikan
Apa yang dianggap cantik dan bagus biasanya sama dalam suatu masyarakat. Sehingga kemungkinan besar calon orangtua akan memilih desain yang sama untuk bayinya. Di Indonesia kemungkian besar desain bayi yang laku adalah yang berkulit putih, bermata besar, berdagu runcing, dan berambut lurus.
Tidak ada lagi keragaman. Betapa membosankan!
Munculnya penyakit baru
Saat kita mengedit gen penyakit tertentu, terkadang malah muncul kerusakan baru di tempat lain, atau penyakit baru yang sama sekali belum kita kenal.
Ketimpangan Gender
Kita ingat di tahun 80-90an, pemerintah Tiongkok menerapkan satu anak saja dan semua orang tua memilih untuk mempunyai anak laki-laki dan mengaborsi bahkan memberikan anak perempuannya kepada orang lain untuk diadopsi.
Ini menyebabkan ketimpangan gender yang cukup parah, sehingga generasi sekarang harus 'mengimpor' calon istri dari negara-negara lain.
--
Saya jadi teringat saat mendesain rumah untuk klien saya. Kebanyakan klien merasa tahu akan kebutuhan ruang mereka dan memberikan saya daftar keinginan mereka tentang rumah mereka. Berapa besar kamar yang diinginkan, letak kamar mandi, dapur, besar tangga dan seterusnya.
Tapi setelah diaplikasikan ke dalam desain, biasanya muncul banyak masalah. Misalnya luas kamar yang diinginkan ternyata menyita ruang lain. Letak kamar mandi yang kurang ventilasi sehingga berpotensi lembab. Posisi antarruangan yang dihalangi struktur bangunan.
Bahkan perumahan yang bentuknya standar berakhir dengan renovasi, karena tidak sesuai dengan kebutuhan pemilik rumah.
Jika untuk rumah saja manusia memerlukan arsitek, bagaimana bisa bersaing dengan arsitek utama kita yaitu Tuhan?
Di lain pihak, jika kita tidak melakukan desain pada anak, sementara di negara-negara lain yang tidak peduli masalah etis melahirkan bayi-bayi super, bagaimana generasi penerus kita bisa bersaing?
Jangan sampai kita bagaikan wortel-wortel lokal yang kurus dan tidak seragam yang harus bersaing dengan wortel impor yang besar-besar, manis, dengan warna cerah dan ukuran seragam yang sangat menarik hati pembeli.
Note : saya suka wortel lokal...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H