Ibunya menjelaskan bahwa dia didenda karena memarkir mobilnya di trotoar. Saat itu dia sedang menghadiri pesta seorang sepupunya di wilayah yang tidak terlalu aman, sehingga terpaksa dia menggeser mobilnya ke trotoar.
Sementara menjelaskan, wanita itu terlihat agak cemas, denda tilang itu termasuk besar dan dia terlihat berasal dari keluarga menengah ke bawah. Tentu dia agak bingung bagaimana nanti harus membayarnya.
Kemudian hakim beralih kepada Janice, "Jadi bantu saya memutuskan empat pilihan untuk Ibumu: A. Denda $100 ditambah penalti $200. B. Cukup denda $100. C denda kita kurangi jadi $50 dan D, kita bebaskan saja Ibumu dari denda. Pilihan mana yang kamu anggap adil untuk Ibumu?"
Janice ragu sebentar, lalu menjawab, "Saya akan mendendanya dengan pilihan C. $50."
Grrr... seluruh hadirin di ruang sidang tertawa terbahak-bahak. Sebagian besar menyangka Janice akan memilih bebas dari denda. Ibunya ternganga sebal, tapi tertawa juga, soalnya tahu salah.Â
Janice juga tertawa. Terlihat agak takut dimarahi, tetapi mengerti bahwa biar bagaimana Ibunya sudah melanggar hukum, dan tidak mungkinlah dibebaskan sama sekali.
Lalu Hakim bertanya lagi, "Kamu sekeluarga sudah ada di ruang sidang sejak pagi, sekarang sudah hampir jam 10, apakah kalian sudah makan?"
Janice menggeleng, "Belum. Kami belum makan dari pagi, jadi saya lumayan lapar," Kata anak berusia 6 tahun itu polos.
"OOHH," Hakim mengeluarkan suara cemas, sambil setengah bercanda, "Bagaimana kalau saya buat perjanjian dengan Ibumu, kalau dia berjanji untuk membelikan kalian sekeluarga sarapan, maka dia boleh bebas, tidak perlu membayar denda. Kamu setuju?"
Janice tersenyum gembira, "Setuju!!"
Tok! Ketok palu. Semua tertawa gembira. Janice sekeluarga keluar dengan lega.