Mohon tunggu...
Riza Amalya
Riza Amalya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang tertarik dalam bidang keuangan dan literasi

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Peralihan Transaksi Digital, Kenyamanan atau Ancaman?

22 Oktober 2024   10:15 Diperbarui: 22 Oktober 2024   22:36 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi transaksi menggunakan layanan keuangan digital, (Foto: KOMPAS/ANGGER PUTRANTO)

Hal ini mampu dilakukan karena adanya QRIS. QRIS adalah singkatan dari Quick Response Code Indonesian Standard, adalah terobosan yang dicipakan oleh Bank Indonesia untuk memudahkan pembayaran digital melalui berbagai e-wallet atau mobile banking. 

Menurut web resmi Bank Indonesia, QRIS adalah sistem dimana Bank Indonesia menyatukan layanan dari berbagai Penyelenggara Sistem Jasa Pembayaran dalam bentuk kode QR, sehingga masyarakat tidak perlu lagi membutuhkan aplikasi ataupun biaya tambahan untuk menggunakan layanan QRIS.

QRIS pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 2019, pada awal kemunculannya, QRIS hanya dipergunakan oleh beberapa kios besar. 

Namun, menurut data yang dilansir oleh Qris.online.com setidaknya ada 12,2 juta merchant yang kini telah mendaftarkan QRIS sebagai sistem pembayran di Merchant mereka.

Adanya kemudahan transaksi yang ditawarkan oleh layanan jasa keuangan di Indonesia, telah merubah gaya hidup masayrakat yang tadinya cenderung bertransaksi dengan uang tunai, namun kini masyarakat cenderung untuk bertransaksi dengan dompet digital ataupun layanan pembayaran digital lainnya. 

Bahkan di beberapa tempat seperti pujasera, telah memberlakukan sistem cashless, dimana pembayaran dengan uang tunai sudah tidak lagi diberlakukan.

Perubahan gaya hidup masyarakat yang sudah terbiasa dengan transaksi digital, apakah suatu tanda dari adanya kenyamanan yang didukung dengan perkembangan teknologi atau justru suatu ancaman yang ternyata membawa berbagai jenis bahaya bagai masyarakat seperti pisau bermata dua?

Menurut artikel yang ditulis oleh CNN.com, 2019 menjadi tahun dengan kasus penipuan online paling banyak. 

Setidaknya ada 2.300 laporan penipuan online yang masuk ke Polda Metro Jaya. Penipuan ini memiliki berbagai macam tujuan, namun salah satunya adalah untuk menguras dompet online pengguna.

Salah satu acanman lainnya yang mungkin dihadapi oleh masayrakat Indonesia yang telah bertransformasi menjadi cashless society adalah adanya gangguan bencana alam yang dapat melumpuhkan keberlangsungan transaksi online. Hal ini telah terjadi pada masayrakat China yang juga telah mengadaptasi sistem chasless dalam kehidupan mereka sehari-hari. 

Bencana angin topan Super Yagi yang melanda China melumpuhkan berbagai aspek di masyarakat salah satunya, masyarakat berkendela mengoperasikan ponsel mereka, ketika mereka ingin bertransaksi secara online untuk membeli kebutuhan untuk menghadapi badai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun