Nadanya terdengar seperti "Bioskop segera dimulai. Mohon segera masuk ke gerbang satu" dengan penekanan pada kata 'bioskop' dan 'gerbang satu'.. Gawat..
Suara kaset masih berputar. "Aneh, aku jadi ingat pada umbu."
Tawa pecah di seisi kelas. Bisik-bisik mulai menggema. Suasana sedikit riuh dan ada yang berkomentar: "Kok, gak kayak baca puisi? Kayak baca dongeng."
Wah, rasanya saya ingin menelungkupkan kepala ke bawah bangku. Kaset terus berputar, suara saya kembali terdengar...
"Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka."
"Di mana matahari membusur api di atas sana".
Ini baru awalnya dan saya sudah merasa tidak sanggup mendengar lebih lanjut. Ingin rasanya menutup telinga. Duh, waktu cepatlah berlalu. Cepat ke giliran berikutnya! Temanku sebangku nampak agak salah tingkah harus berbuat apa. Mungkin ia juga ingin tertawa.
Lalu, 'alunan legendaris' itu muncul.
"Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari"
"Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda"
"Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari"