Mohon tunggu...
Rivira Yuana
Rivira Yuana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN). Inovator dan Pengembang TIK

Wedha Wiyata Wira Sakti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Urgensi Prodi Multidisiplin dan Interdisiplin, Perlu Transformasi Kurikulum PT

18 September 2024   13:56 Diperbarui: 18 September 2024   17:57 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi Prodi Multidisiplin Nano Teknologi  (sumber freepik.com-pedroh3nrique1)

Urgensi Prodi Multidisiplin dan Interdisiplin, Perlu Transformasi Kurikulum PT

Program Studi (Prodi) Multidisiplin dan Interdisiplin kini sangat dibutuhkan dalam berbagai macam bidang pembangunan. Untuk memenuhi kebutuhan lulusan prodi multidisiplin diperlukan transformasi kurikulum dan pembangunan infrastruktur penunjang. Indonesia tidak boleh ketinggalan zaman dalam mencetak sarjana multidisiplin karena masalah pembangunan kian kompleks. 

Prodi multidisiplin mulai menjadi perhatian bagi bagi beberapa PT di tanah air. Seperti misalnya Magister Multidisiplin Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI). Berorientasi pada perencanaan berbasis kemajuan teknologi perkotaan untuk kesejahteraan seluruh masyarakat berbasis kota cerdas (people-oriented, smart city for all), dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Menekankan pada interdisiplin pengembangan standar perencanaan perkotaan yang ramah lingkungan (eco-friendly), kota sehat (healthy resilience), dan berbudaya.

Struktur mata kuliah di program PWK FTUI dikembangkan dari berbagai rujukan universitas unggul seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT), University of California at Berkeley (UC- Berkeley), University of Illinois at Urbana-Champaign (UIUC), dan Harvard University (HU).

ITB juga sedang giat mengembangkan program multidisiplin untuk beberapa bidang. Antara lain Program Multidisiplin Teknologi Nano. Merupakan program lintas disiplin yang didukung oleh dosen dari berbagai bidang ilmu, diantaranya Fisika, Teknik Fisika, Kimia, Teknik Kimia, Biologi, Farmasi, dan Teknik Material. Program ini berada di bawah naungan Sekolah Pascasarjana ITB dan berkolaborasi dengan Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi (PPNN) ITB.

Nanoteknologi atau nanosains adalah cabang ilmu yang mempelajari material berukuran nanometer, mencakup proses sintesis atau fabrikasi, karakterisasi, sifat-sifat material, serta penggunaannya di berbagai bidang, baik sebagai perangkat maupun material fungsional.

Sejak tahun 2023, ITB menawarkan 9 Program Magister dan 1 Program Doktor Multidisiplin. Untuk itu dikembangkan program studi induk dan partner dari pengayaan program studi yang ada, sehingga sifat multidisiplin sangat fleksibel tergantung kebutuhan dari tantangan ke depan seperti apa.

Perkembangan teknologi dan perubahan sosial-ekonomi yang cepat telah membawa dunia pada era yang semakin kompleks, di mana masalah-masalah global seperti perubahan iklim, kesehatan masyarakat, krisis energi, dan ketimpangan sosial tidak lagi bisa diselesaikan dengan pendekatan yang sempit. Kompleksitas tantangan ini menuntut pembelajaran yang lebih holistik, memaksa pendidikan tinggi untuk bertransformasi dengan lebih mengedepankan program studi multidisiplin dan interdisiplin.

Sistem pendidikan tinggi tradisional cenderung memisahkan disiplin ilmu ke dalam silo-silo yang berdiri sendiri. Mahasiswa yang belajar di satu jurusan akan lebih fokus pada bidang spesifik tanpa banyak berinteraksi dengan disiplin lain. Namun, pendekatan ini sudah tidak memadai untuk mempersiapkan lulusan dalam menghadapi dunia nyata yang semakin menuntut kolaborasi lintas bidang.

Dipelajari Secara Paralel

Kini perguruan tinggi mulai menyadari bahwa pendekatan ini perlu diubah. Kurikulum pendidikan tinggi di banyak negara mulai bergerak ke arah yang lebih fleksibel dan inklusif, di mana mahasiswa dapat menggabungkan berbagai disiplin ilmu dalam satu program studi, atau setidaknya memiliki kesempatan untuk belajar lintas disiplin.

Misalnya, studi teknik tidak hanya melibatkan pemahaman sains dan matematika, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Program studi multidisiplin melibatkan penggabungan dua atau lebih disiplin ilmu yang dipelajari secara paralel. Mahasiswa di program ini akan mendapatkan sudut pandang dari masing-masing disiplin ilmu yang mereka pelajari, namun tidak selalu terintegrasi menjadi satu pendekatan terpadu.

Contoh program studi multidisiplin dapat ditemukan dalam berbagai kombinasi seperti bioinformatika, yang menggabungkan biologi dan ilmu komputer, atau hukum ekonomi, yang memadukan aspek hukum dan ekonomi.

Sementara itu, pendekatan interdisiplin lebih mendalam karena mengintegrasikan konsep, teori, dan metode dari berbagai disiplin ilmu untuk menyelesaikan masalah tertentu. Interdisiplin menuntut kolaborasi yang lebih erat antara berbagai bidang ilmu sehingga pendekatan yang dihasilkan lebih komprehensif.

Contoh nyata dari program interdisiplin bisa dilihat pada studi keberlanjutan, di mana ilmu lingkungan, kebijakan publik, ekonomi, dan sosiologi bekerja bersama untuk menciptakan solusi yang holistik terhadap isu perubahan iklim.

Beberapa universitas di negara maju telah mengembangkan program studi interdisiplin yang menggabungkan berbagai disiplin ilmu. Beberapa universitas terkemuka yang memiliki prodi interdisiplin di antaranya adalah Massachusetts Institute of Technology (MIT), AS.

MIT terkenal dengan pendekatan interdisiplinernya. Salah satu program yang menonjol adalah Program in Media Arts and Sciences yang menggabungkan teknologi, desain, dan ilmu sosial untuk memecahkan masalah kompleks.

Selain MIT, ada juga Stanford University di Amerika yang memiliki program interdisiplin di berbagai bidang, termasuk Human-Centered AI dan Bioengineering yang menggabungkan teknologi, biologi, dan ilmu sosial.

Contoh lainnya adalah University of Oxford, Inggris, yang menawarkan banyak program studi interdisiplin, seperti Digital Humanities dan Cognitive Science yang menggabungkan ilmu komputer, filsafat, dan humaniora.

Contoh negara tetangga kita yang sudah lebih maju adalah Australia, melalui University of Melbourne, menawarkan berbagai program interdisiplin di bidang lingkungan, kesehatan global, dan teknologi. Misalnya, Bachelor of Science (Interdisciplinary Science) menggabungkan berbagai ilmu alam dengan teknologi.

Program interdisiplin ini dirancang untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi tantangan yang kompleks di dunia kerja yang semakin terhubung dan berubah dengan cepat.

Apa relevansinya terhadap dunia kerja?

Kebutuhan akan lulusan yang memiliki pemahaman multidisiplin dan interdisiplin semakin tinggi di dunia kerja. Perusahaan dan organisasi membutuhkan individu yang mampu melihat masalah dari berbagai perspektif dan menghasilkan solusi yang inovatif.

Misalnya, di bidang teknologi, perusahaan tidak hanya mencari ahli dalam pengembangan perangkat lunak, tetapi juga membutuhkan pemahaman tentang etika, hukum privasi, dan perilaku konsumen.

Industri juga semakin tertarik pada keterampilan seperti pemecahan masalah yang kompleks, kemampuan berpikir kritis, dan kolaborasi lintas disiplin, yang semuanya dapat dikembangkan melalui pendekatan pendidikan yang multidisiplin dan interdisiplin. Perubahan ini menandakan bahwa kurikulum perguruan tinggi harus lebih adaptif dan responsif terhadap tuntutan dunia kerja yang terus berkembang.

Meskipun transformasi kurikulum ke arah multidisiplin dan interdisiplin menawarkan banyak manfaat, implementasinya tidak tanpa tantangan. Beberapa tantangan utama antara lain adalah struktur yang terlalu kaku di mana banyak universitas memiliki struktur akademik yang memisahkan fakultas dan departemen secara ketat, sehingga kolaborasi lintas disiplin menjadi sulit.

Selain itu, kurikulum yang padat di mana mahasiswa sering kali sudah dibebani dengan banyak mata kuliah inti, sehingga sulit untuk menambahkan kursus dari disiplin lain. Beberapa perguruan tinggi swasta di Indonesia sudah meniru jumlah kredit kurikulum inti dari negara maju seperti Amerika dengan total kredit hanya 60 dari 144 untuk tingkat sarjana.

Tantangan lain yang dihadapi adalah kesiapan dosen. Dosen juga perlu mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat melibatkan perspektif lintas disiplin. Sayangnya, budaya teamwork memang menjadi kendala di negara kita di mana kolaborasi berbagai kelompok sulit untuk dioptimalkan karena semua masih terbiasa dengan ego sektoral.

Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa strategi dapat diterapkan yakni melalui fleksibilitas dalam kurikulum dengan menyediakan pilihan lintas fakultas atau program yang memungkinkan mahasiswa mengeksplorasi bidang lain.

Terobosan di era menteri pendidikan di bawah presiden Joko Widodo adalah kurikulum MBKM yakni merdeka belajar kampus merdeka. Salah satu aktivitas MBKM adalah belajar di kampus yang sama dari prodi yang berbeda bisa dilakukan hingga 2 semester. Artinya, pemerintah sudah menyadari bahwa kebutuhan lulusan perguruan tinggi lintas disiplin memang semakin tinggi.

Massive Open Online Courses (MOOCs)

Strategi lainnya untuk memperkuat fleksibilitas kurikulum lintas disiplin adalah dengan adanya pembelajaran berbasis proyek (project-based learning, PBL).

Model pembelajaran tersebut dapat mendorong kolaborasi antar-mahasiswa dari berbagai jurusan untuk mengerjakan proyek yang relevan dengan tantangan dunia nyata.

Namun demikian, banyak perguruan tinggi swasta yang memiliki kendala ketersediaan dosen berkualitas sehingga pelatihan bagi dosen merupakan sebuah keharusan. Pelatihan dosen dibutuhkan untuk mendukung pendekatan interdisiplin dan mendorong kolaborasi lintas departemen.

Transformasi budaya seperti ini seringkali membutuhkan waktu yang panjang sehingga pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurang dosen interdisiplin yang kompeten adalah dengan memanfaatkan tool teknologi pembelajaran inovatif berbasis AI yang banyak ditawarkan oleh lembaga-lembaga kursus terbuka (massive open online courses, MOOCs).

Program studi interdisiplin dan Massive Open Online Courses (MOOCs) memiliki hubungan yang erat karena keduanya menawarkan cara pembelajaran yang fleksibel dan inovatif dalam mengeksplorasi berbagai disiplin ilmu. MOOCs menyediakan kursus dalam berbagai disiplin ilmu yang dapat diakses secara global.

Hal ini memungkinkan mahasiswa dari program studi interdisiplin untuk memperdalam pemahaman di bidang-bidang yang mungkin tidak sepenuhnya tercakup dalam kurikulum formal mereka.

Misalnya, seorang mahasiswa bioinformatika dapat mengambil kursus online tentang analisis data atau kecerdasan buatan dari platform seperti Coursera atau edX.

Mahasiswa program interdisiplin seringkali membutuhkan fleksibilitas untuk mempelajari topik dari berbagai disiplin ilmu pada waktu mereka sendiri. MOOCs memungkinkan mereka untuk mengatur waktu dan kecepatan belajar sesuai kebutuhan mereka, sehingga dapat mengeksplorasi materi yang relevan dari berbagai bidang secara lebih efisien.

Keunggulan lainnya dengan mengadopsi MOOCs pada prodi interdisiplin adalah fitur unggulan MOOCs yang seringkali melibatkan peserta dari seluruh dunia. Ini membuka peluang bagi mahasiswa program studi interdisiplin untuk terlibat dalam diskusi dan kolaborasi lintas budaya dan disiplin dengan rekan-rekan internasional. Ini memperluas wawasan mereka dan membantu mereka memahami masalah global yang kompleks dari berbagai sudut pandang.

Di samping itu, program studi interdisiplin sering melibatkan proyek atau penelitian yang membutuhkan keterampilan spesifik dari berbagai bidang. MOOCs sering kali menawarkan kursus terapan yang dapat langsung digunakan dalam proyek tersebut, seperti data science, design UX/UI, ekonomi berkelanjutan, atau teknologi kesehatan. Mahasiswa dapat mengakses materi ini untuk memperkaya proyek mereka dengan wawasan yang lebih luas.

Keunggulan lainnya dari pemanfaatan MOOCs pada prodi interdisiplin adalah metode belajar dengan pendekatan berbasis kompetensi, yang berarti fokus pada penguasaan keterampilan tertentu daripada hanya teori. Ini sangat cocok untuk mahasiswa program interdisiplin, yang mungkin memerlukan keterampilan spesifik dari berbagai disiplin ilmu.

Misalnya, seorang mahasiswa yang belajar tentang perubahan iklim dapat mengambil kursus tentang analisis data lingkungan di platform MOOCs dan langsung menerapkan keterampilan tersebut ke proyek mereka.

Transformasi kurikulum pendidikan tinggi ke arah program studi multidisiplin dan interdisiplin adalah langkah penting untuk mempersiapkan lulusan dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

Dengan integrasi berbagai disiplin ilmu, mahasiswa tidak hanya akan memiliki pengetahuan yang luas, tetapi juga keterampilan berpikir kritis dan kreatif yang dibutuhkan untuk menemukan solusi inovatif.

Perguruan tinggi yang mampu mengimplementasikan perubahan ini akan lebih siap dalam membekali generasi masa depan yang mampu mengatasi masalah-masalah dunia nyata dengan cara yang lebih cepat dan efektif. (Rivira)#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun