Saat kuliah di Prodi Teknik Fisika ITB, penulis memiliki kesan istimewa terhadap kantin kampus ITB yang terintegrasi dengan Masjid Salman serta gedung pusat bermacam kreativitas dan pengembangan model bisnis.
Bahkan kantin Salman juga memberikan subsidi harga makanan kepada mahasiswa sehingga harga bisa murah namun menunya enak dan beragam.
Perkembangan kantin kampus di beberapa perguruan tinggi pada saat ini terkait erat dengan fakultas. Sehingga fakultas memiliki kantin sendiri dengan ciri khas masing-masing. Baik arsitektur gedungnya, interior hingga menu makanan favorit.
Salah satunya adalah kantin kantin Sastra kampus UI atau biasa disebut Kansas. Kantin yang terletak di dalam komplek Fakultas Ilmu Budaya UI ini tampilannya terbilang unik karena bentuknya bundar dan konsepnya indoor.
Selain itu, tempat ini juga kerap digunakan mahasiswa FIB sebagai tempat nongkrong dan menghabiskan waktu selama masa perkuliahan. Kansas sendiri bahkan menjadi tempat lahirnya grup musik Payung Teduh yang hits dengan berbagai musik puitisnya.
Di Yogya ada kantin Bonbin yang cukup terkenal di kalangan mahasiswa UGM. Uniknya, nama kantin Bonbin ini disebut-sebut berasal dari singkatan "kebon binatang".
Berbeda dengan Kansas yang seakan dimiliki oleh satu fakultas saja, Kantin Bonbin terletak di antara Fakultas Hukum, Filsafat, dan Psikologi. Lokasinya yang strategis ini membuat kantin tersebut jadi tempat berkumpul mahasiswa lintas jurusan.
Transformasi kantin kini sangat relevan dengan pengembangan manajemen talenta, ruang kreatif hingga tempat berimajinasi. Transformasi kantin kampus menjadi creative hub memperkuat posisi kampus sebagai laboratorium dan inkubator ekonomi kreatif.Â
Apalagi untuk perguruan tinggi yang prodinya termasuk pariwisata dan ekonomi kreatif. Saat ini Kemenparekraf sedang membangun creative hub di Destinasi Super Prioritas (DSP). Mestinya program creative hub tidak bersifat eksklusif untuk daerah tertentu saja.