Mohon tunggu...
Rivira Yuana
Rivira Yuana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wakil Rektor Bidang Transformasi Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN), Pengembang TIK

Wedha Wiyata Wira Sakti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mendongkrak Literasi Kartini 4.0 dan Transformasi Pekerja Perempuan

21 April 2024   14:17 Diperbarui: 22 April 2024   10:41 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen RA Kartini sedang mengajar (Sumber: KITLV via KOMPAS.com)

Memperingati hari Kartini tahun 2024 ada baiknya kaum perempuan Indonesia yang sesuai dengan eranya disebut Kartini 4.0 bersedia mawas diri dan menerima dengan lapang dada kritik sosial yang telah beredar. Bahwa kritik itu menyatakan perempuan saat ini secara umum malas membaca namun kelewat cerewet di medsos untuk hal-hal yang kurang produktif.

Perempuan yang notabene juga seorang ibu merupakan pembentuk intelektual anak Indonesia. Bayi yang baru lahir mulai merangkai kecerdasannya dimulai dengan mendengar tutur sapa dan isyarat dari ibunya. Tingkat kecerdasan sang anak semakin tumbuh pesat jika sang ibu gemar berliterasi, utamanya sering membaca buku-buku bermutu.

Indeks literasi bangsa Indonesia yang masih di papan bawah bisa terdongkrak dengan cepat jika kaum perempuan semakin getol membaca buku dan kegiatan literasi lainnya.

Sejarah menyatakan bahwa kekuatan utama RA.Kartini adalah gemar membaca dan menulis. Daya literasi RA.Kartini pada saat itu sangat luar biasa.

Sebagai perempuan yang bergelut di dunia perguruan tinggi dan pelaku industri kreatif, saya hanya bisa mengurut dada melihat kenyataan yang memprihatinkan bahwa menurut lembaga dunia yakni UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Artinya minat baca sangat rendah.

Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca,

Disisi lain ada paradoks yang hingga saat ini bisa kita saksikan, bahwa meskipun minat baca buku rendah tapi data wearesocial menyatakan orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari

Tidak heran dalam hal kecerewetan di media sosial orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia. Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota lainnya paling cerewet di dunia maya karena sepanjang hari, aktivitas kicauan dari akun Twitter, Tik Tok, WA, Instagram dan lain-lain yang berdomisili di Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia paling padat melebihi kota besar di dunia. Laporan ini pernah dirilis oleh Semiocast, sebuah lembaga independen di Paris.

Menurut lembaga itu warga Jakarta tercatat paling cerewet menuangkan segala bentuk unek-unek di Twitter lebih dari 10 juta tweet setiap hari.

Di posisi kedua peringkat dunia kota teraktif di Twitter ialah Tokyo. Menyusul di bawah Negeri Sakura ada warna Twitter di London, New York dan Sao Paulo yang juga gemar membagi cerita. 

Bandung juga masuk ke jajaran kota teraktif di Twitter di posisi enam. Dengan demikian, Indonesia memiliki rekor dua kota yang masuk dalam daftar riset tersebut.

Peringatan Hari Kartini kali ini tenggelam dengan peristiwa mudik lebaran dan Perayaan Idul Fitri 1445 H.

Peringatan Hari kartini sebaiknya dimaknai dengan melihat tantangan dan persoalan kaum perempuan menghadapi dunia yang tengah dilanda disrupsi.

Perempuan mau tidak mau harus bersiap diri menghadapi revolusi industri gelombang keempat atau Industri 4.0. Kuncinya adalah meningkatkan daya literasi.

Untuk melengkapi berbagai program penguatan literasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Episode Ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia.

Program tersebut berfokus pada pengiriman buku bacaan bermutu untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang disertai dengan pelatihan bagi guru.

Ilustrasi tentang literasi ( sumber KOMPAS id )
Ilustrasi tentang literasi ( sumber KOMPAS id )

Urgensi Literasi untuk Anak

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Anwar Makarim menyampaikan bahwa terobosan Merdeka Belajar Episode ke-23 diluncurkan untuk menjawab tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia akibat rendahnya kebiasaan membaca sejak dini. Apalagi orang tua sudah jarang memberi contoh baik terkait dengan budaya literasi.

Kondisinya masih diperparah oleh masih kurang atau belum tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta didik.

Tahun lalu Kemendikbud Ristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia.

Ini adalah program pengiriman buku dengan jumlah buku dan jumlah penerima yang terbesar sepanjang sejarah Kemendikbud Ristek.

Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) selama 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa skor literasi anak-anak Indonesia masih rendah dan belum meningkat secara signifikan. Kemampuan literasi peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata kemampuan literasi peserta didik di negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).Pentingnya orang trua sebagai pendamping bagi anak-anak untuk membudayakan minat baca di rumah.

Selain itu, fakta lain yang ditunjukkan dari hasil asesmen nasional (AN) adalah terdapat kesenjangan pada kompetensi literasi.

Menurut Mendikbud Ristek, masih cukup banyak sekolah, terutama yang berada di kawasan 3T dengan peringkat literasi dan numerasi berada pada level satu atau sangat rendah. Peningkatan kompetensi literasi tidak dapat dilakukan hanya dengan mengirimkan buku ke sekolah tanpa pendampingan.

Untuk itu program Kemendikbud Ristek memfasilitasi sekolah dengan pelatihan dan pendampingan agar buku yang dikirimkan dapat dimanfaatkan secara tepat. Pendekatan itu terbukti mampu meningkatkan kompetensi literasi peserta didik.

Pada peran sebagai jendela, buku membantu pembaca melihat pengalaman baru yang berbeda dari kehidupannya melalui kejadian yang dialami oleh tokoh cerita.

Sementara itu, dalam perannya sebagai pintu geser, buku membawa pembaca untuk berimajinasi mengeksplorasi dunia baru melalui ilustrasi dan cerita fantasi.

Kemudian, buku berperan sebagai cermin, yaitu buku memberikan kesempatan untuk merefleksikan pengalaman hidupnya sendiri melalui cerita dalam buku. melihat konteks yang sudah dikenal anak di dalam buku. Hal ini mendukung peningkatan daya pikir kritis anak dengan melakukan refleksi atas hal-hal yang ada di sekitarnya.

Ilustrasi tentang pekerja perempuan ( sumber KOMPAS id ) 
Ilustrasi tentang pekerja perempuan ( sumber KOMPAS id ) 

Transformasi Pekerja Perempuan

 Fakta menunjukkan bahwa perusahaan lebih suka merekrut pekerja perempuan ketimbang laki-laki. Namun pendapatan tenaga kerja perempuan di Indonesia pada 2022 hanya 24,8 persen dari total pendapatan tenaga kerja nasional.

Angka tersebut tidak banyak berubah dalam 30 tahun terakhir. Ini menunjukkan ketimpangan gender di Indonesia masih terjadi. Pada 1990, pendapatan tenaga kerja perempuan hanya 21 persen dari angka nasional. Angka tersebut naik di tahun-tahun berikutnya, tetapi tidak signifikan, yaitu pada tahun 2000 (23,5 persen), 2010 (23,7 persen), dan 2020 (24,8 persen).

Kondisi ini bertolak belakang dengan pentingnya peran perempuan untuk perekonomian nasional. Padahal menurut McKinsey Global Institute produk domestik bruto (PDB) nasional bisa naik 135 miliar dollar AS pada 2024 jika tiga kondisi terpenuhi. Yakni, pertama, bila partisipasi perempuan dalam angkatan kerja meningkat. Kedua, bila lebih banyak perempuan bekerja penuh waktu. Ketiga, bila lebih banyak perempuan bekerja di sektor dengan produktivitas tinggi.

Perempuan memiliki jam kerja yang lebih panjang dari laki-laki. Perempuan juga kerap mengerjakan pekerjaan rumah tangga tidak berbayar. Hal ini dapat mengurangi kualitas hidup perempuan.

Dalam dunia ekonomi kreatif, tenaga kerja perempuan lebih dominan. Komposisi tenaga kerja perempuan berada dalam kisaran 53-58 persen atau lebih banyak dari lelaki. Sektor ini diprediksi dapat berkontribusi hingga senilai Rp 1.000 triliun.

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia perguruan tinggi, penulis ingin menggaris bawahi bahwa secara nominal, ternyata perempuan mendominasi program studi STEM di perguruan tinggi.

Persentase perempuan mahasiswa prodi matematika 58 persen, kimia 69 persen, kedokteran 73 persen, biologi 81 persen, dan farmasi 88 persen. Perempuan hanya kalah di fisika dengan persentase 39 persen.

Masalahnya, selepas perguruan tinggi, tidak banyak perempuan yang kemudian masuk dalam industri STEM seperti saat kuliah. Hanya 1 dari 5 perempuan yang masuk ke industri STEM. Hanya 1 dari 4 perempuan yang tetap menjadi peneliti atau ilmuwan STEM.

Diskusi Pemberdayaan Perempuan untuk Percepatan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (sumber KOMPAS.id )
Diskusi Pemberdayaan Perempuan untuk Percepatan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (sumber KOMPAS.id )

Napak Tilas Spirit RA Kartini

Raden Ajeng Kartini, lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, adalah sosok yang tidak asing dalam sejarah Indonesia.

Sebagai seorang anak perempuan dari RM Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara, Ia tumbuh dalam keluarga ningrat yang memberinya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.

Sayangnya, seperti kebanyakan perempuan pada jaman itu, Kartini harus menghentikan pendidikannya pada usia muda karena adat istiadat yang belum memungkinkan perempuan untuk sekolah tinggi.

Namun demikian, semangat Kartini untuk membaca dan belajar tidak pernah berhenti. Kemampuan Kartini dalam berkomunikasi dalam bahasa Belanda membuatnya rajin menulis surat kepada banyak orang penting dan intelek dari Eropa. Dari korespondensi tersebut, Kartini banyak belajar tentang feminisme dan emansipasi wanita di negara maju.

Kartini sangat percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk memajukan status perempuan di Indonesia. Ia berpendapat bahwa perempuan harus diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk mendapatkan pendidikan tinggi.

Pendidikan bukan saja tentang ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana membentuk karakter dan mempersiapkan perempuan untuk menjadi ibu dan pendidik bagi generasi selanjutnya.

Perempuan sebagai pendidik pertama dalam keluarga memiliki pengaruh besar dalam menanamkan kebiasaan literasi sejak dini. Kemampuan literasi yang kuat akan menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi generasi muda untuk mengembangkan kecakapan literasi dalam berbagai bidang terutama yang terkait dengan perkembangan jaman. Saat ini sudah banyak peran perempuan dalam perguruan tinggi yakni sebagai akademisi, peneliti, dan pemimpin yang mendorong inovasi dan penelitian.

Perguruan tinggi yang menjadikan literasi sebagai pusat keunggulan mempersiapkan mahasiswanya untuk menjadi pemikir kritis dan pemecah masalah yang handal.

Program-program literasi yang kuat di perguruan tinggi tidak hanya fokus pada literasi akademik tetapi juga literasi digital, finansial, dan budaya. Hal ini menciptakan lulusan yang siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial.

Negara berkembang dapat melompat menjadi negara maju dengan mengadopsi kurikulum yang kuat tentang literasi. Peningkatan literasi dapat mendorong inovasi, meningkatkan daya saing, dan mengurangi kesenjangan sosial

Pandangan Kartini tentang pendidikan perempuan sangat revolusioner pada zamannya. Ia berargumen bahwa perempuan yang terdidik akan memiliki pengaruh besar dalam keluarga dan masyarakat. Ia menekankan bahwa perempuan yang cerdas dan berpendidikan akan membawa perubahan positif dan memajukan peradaban bangsa.

Kartini adalah bukti bahwa satu suara yang berani dapat menginspirasi perubahan besar. Melalui pendidikan dan emansipasi, ia membuka jalan bagi perempuan Indonesia untuk menjadi bagian dari kaum intelektual dan berkontribusi penuh dalam pembangunan bangsa. Raden Ajeng Kartini tetap menjadi ikon yang abadi, mengingatkan kita semua tentang kekuatan pendidikan dan perjuangan untuk kesetaraan.

Dengan demikian, perempuan memiliki peran penting dalam memajukan literasi yang menjadi kunci bagi perguruan tinggi unggulan dan transformasi negara berkembang menjadi negara maju. Investasi dalam pendidikan dan literasi perempuan tidak hanya menguntungkan individu tetapi juga masyarakat luas dan negara secara keseluruhan.

Selamat Hari Kartini, 21 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun