Mohon tunggu...
Rivira Yuana
Rivira Yuana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wakil Rektor Bidang Transformasi Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN), Pengembang TIK

Wedha Wiyata Wira Sakti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mendongkrak Literasi Kartini 4.0 dan Transformasi Pekerja Perempuan

21 April 2024   14:17 Diperbarui: 22 April 2024   10:41 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen RA Kartini sedang mengajar (Sumber: KITLV via KOMPAS.com)

Kondisi ini bertolak belakang dengan pentingnya peran perempuan untuk perekonomian nasional. Padahal menurut McKinsey Global Institute produk domestik bruto (PDB) nasional bisa naik 135 miliar dollar AS pada 2024 jika tiga kondisi terpenuhi. Yakni, pertama, bila partisipasi perempuan dalam angkatan kerja meningkat. Kedua, bila lebih banyak perempuan bekerja penuh waktu. Ketiga, bila lebih banyak perempuan bekerja di sektor dengan produktivitas tinggi.

Perempuan memiliki jam kerja yang lebih panjang dari laki-laki. Perempuan juga kerap mengerjakan pekerjaan rumah tangga tidak berbayar. Hal ini dapat mengurangi kualitas hidup perempuan.

Dalam dunia ekonomi kreatif, tenaga kerja perempuan lebih dominan. Komposisi tenaga kerja perempuan berada dalam kisaran 53-58 persen atau lebih banyak dari lelaki. Sektor ini diprediksi dapat berkontribusi hingga senilai Rp 1.000 triliun.

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia perguruan tinggi, penulis ingin menggaris bawahi bahwa secara nominal, ternyata perempuan mendominasi program studi STEM di perguruan tinggi.

Persentase perempuan mahasiswa prodi matematika 58 persen, kimia 69 persen, kedokteran 73 persen, biologi 81 persen, dan farmasi 88 persen. Perempuan hanya kalah di fisika dengan persentase 39 persen.

Masalahnya, selepas perguruan tinggi, tidak banyak perempuan yang kemudian masuk dalam industri STEM seperti saat kuliah. Hanya 1 dari 5 perempuan yang masuk ke industri STEM. Hanya 1 dari 4 perempuan yang tetap menjadi peneliti atau ilmuwan STEM.

Diskusi Pemberdayaan Perempuan untuk Percepatan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (sumber KOMPAS.id )
Diskusi Pemberdayaan Perempuan untuk Percepatan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (sumber KOMPAS.id )

Napak Tilas Spirit RA Kartini

Raden Ajeng Kartini, lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, adalah sosok yang tidak asing dalam sejarah Indonesia.

Sebagai seorang anak perempuan dari RM Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara, Ia tumbuh dalam keluarga ningrat yang memberinya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.

Sayangnya, seperti kebanyakan perempuan pada jaman itu, Kartini harus menghentikan pendidikannya pada usia muda karena adat istiadat yang belum memungkinkan perempuan untuk sekolah tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun