Kompetensi semakin kompleks, sistem kerja dan beban pekerjaan akan berubah, sistem pengupahan semakin bersifat individual yang cenderung mengedepankan prinsip outsourcing. Menurut data kasar Kemenaker, Indonesia saat ini memiliki 56 juta tenaga terampil. Namun jumlah ini juga masih diragukan validitasnya, karena belum adanya pendalaman dan pengembangan portofolio kompetensi di setiap daerah. Hingga kini pendidikan dan pengembangan karir dan kompetensi pekerja banyak yang stagnan. Sistem training dan diklat bagi pekerja belum sesuai dengan kemajuan zaman. Kondisi BLK yang ada juga masih memprihatinkan. Masih kekurangan instruktur berkualitas dan kurangnya workshop yang sesuai dengan jenis teknologi yang mendukung Industri 4.0. Keniscayaan, tantangan bagi perguruan tinggi untuk mengatasi disrupsi ketenagakerjaan dan salah satunya mengadopsi apa yang sudah menjadi trend di negara maju sehingga kesenjangan antara luaran perguruan tinggi dan dunia kerja semakin menyempit. Dibutuhkan tim transformasi yang memiliki kepemimpinan kuat dan jejaring yang luas untuk menjawab tantangan tersebut.
*) Wakil Rektor Bidang Transformasi, Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H