Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bersediakah Kamu Berubah demi Aku (2)

30 Desember 2018   14:31 Diperbarui: 30 Desember 2018   14:54 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BUKALAH TOPENGKU ...
Selama Yuri dan Bram memadu kasih, kami mendukung hubungan mereka. Sebab menurut kami, Bram terlihat jauh lebih baik. Pasti pengaruh dari Yuri nih, kami berprediksi. Hahaha, solider banget yah. Tapi kami harus fair juga, Yuri pun tampak ikut berubah setelah berteman dengan Bram. Setidaknya, kali ini Yuri jadi pesolek dan tampil lebih manis.

Sampai berita itu datang.
Puji, teman satu kantor Yuri memberi kabar. Ia mengadu pada kami bahwa kak Yuri, demikian Puji memanggil Yuri, dekat dengan lelaki lain. Padahal Yuri masih pacarnya Bram waktu itu.

Awalnya saya dan teman-teman tidak percaya. Tapi setelah dijelaskan panjang lebar oleh Puji dan mendapat 'pengakuan' pula dari yang bersangkutan (Yuri), kami pun jadi (harus) percaya. Yuri sih tidak gamblang mengakui bahwa ia berpacaran dengan orang lain. Ia hanya menyebutkan bahwa ia merasa nyaman dengan 'orang baru' ini dan tidak memberikan komitmen khusus untuk berpacaran. Yuri sadar bahwa ia masih terikat dengan Bram.

Tapi anehnya, selama menjalani masa-masa penuh kebimbangan itu, Yuri tidak banyak bercerita kepada sahabat-sahabatnya. Mungkin dia enggan membuka persoalan antara dia dan Bram. Justru dari Pujilah kami banyak tahu masalah apa saja yang terjadi pada mereka.

Yuri semenjak berpacaran dengan Bram mengakui kalau dia berusaha untuk 'mengubah' gaya hidup Bram. Dari Bram yang royal menjadi Bram yang bijak menggunakan uang. Dari Bram yang manja dan agak pemalas menjadi Bram yang lebih mandiri dan mau bekerja keras. Dari Bram yang senang menggampangkan sesuatu menjadi Bram yang lebih serius dan menghargai orang. Sampai dengan menjadi Bram yang peka terhadap perasaan perempuan.

Memang itulah yang terjadi. Bram berubah menjadi persis seperti kami. Tetapi kalau soal penampilan, masih sama. Selera berpakaiannya tetap necis dan gayanya elegan. Dan rupanya, gaya berpenampilan seperti inilah yang ditularkan Bram kepada Yuri. Selama 2 tahun ini Yuri tampil lebih modis. Pilihan busananya rasanya lebih 'berkelas'. Dulu, Yuri suka sekali memakai baju bercorak. Mulai dari corak batik, sampai kotak-kotak. Tetapi sekarang, pilihan busana Yuri  dominan polos dengan warna-warna yang sedikit mencolok. Badannya pun lebih berisi (saya tidak berani bilang dia seksi). Dulu kan dia kurus tinggi langsing.

Jadi, Bram mengubah Yuri dalam berpenampilan, Yuri mengubah Bram dalam berbagai kebiasaan.

Ah, tapi tunggu dulu.
Puji bilang, selama dekat dengan Bram, Yuri stres kalau mau bepergian, atau kalau Bram akan datang ke rumahnya. Yuri harus sedemikian rupa mempersiapkan pakaian dan perlengkapannya. Salah kostum sedikit saja, langsung deh kritikan terlontar dari mulut Bram. Sedangkan Bram enjoy-enjoy saja mengritik penampilan Yuri kalau ada yang salah.

Kritikan demi kritikan itu akhirnya membuat Yuri merasa unsecure dengan dirinya. Hal yang sama juga terjadi kalau Bram datang ke rumahnya. Bram orang yang sangat rapi. Dia akan membetulkan letak barang-barang di rumahnya. Dan kebiasaan semacam ini telah berlangsung dua tahun lamanya.

Entah bagaimana Yuri mengelola ketidakanyamanannya menghadapi Bram yang sangat perfeksionis soal penampilan. Kenapa dia tidak protes saja? Jadi orang rapi memang menyenangkan, tapi tidak adil menuntut kerapihan bagi orang yang kurang rapi.

Nah, Puji juga bilang bahwa ternyata Bram juga sama stresnya kalau Yuri sudah memberikan 'The Ten Commandments' kepada Bram soal perilaku. Kalau itu disampaikan kepada anak-anak didik di kelasnya, mungkin mereka bisa menerima. Tetapi Bram bukan anaknya Yuri, kan?

"Lalu, kenapa Yuri naksir Frans, Ji?" tanya kami serempak.

"Gara-garanya waktu Frans main ke rumah Yuri," jelas Puji. "Waktu Frans main ke rumah Yuri bareng teman-teman yang lain, menurut dia sih, sikap Frans santai dan enggak mempermasalahkan keadaan rumahnya. Frans juga tidak pernah mengomentari penampilan Yuri. Yuri beberapa kali bercerita kalau dia merasa bebas menjadi diri sendiri di depan Frans. Tampil jelekpun tidak soal. Yuri merasa bisa bersikap lepas ketika sedang bersama-sama dengan Frans.  Tanpa rasa takut, tanpa harus jaga image," jelas Puji lagi.

"O ya? Kenapa ya bisa begitu?" Endah bertanya keheranan.

"Mungkin karena chemistry mereka kuat," jawab Puji.

Tapi kemudian Puji menjelaskan bahwa di awal perkenalan mereka, Frans tidak tahu kalau Yuri sudah punya pacar. Alasannya, Yuri tidak pernah bercerita sedikitpun tentang Bram. Dalih Yuri, karena Frans tidak bertanya.

Nah, begitu Frans tahu Yuri sudah punya pacar, sikapnya jadi berubah. Lebih formal dan menjaga jarak. Sesuatu yang tidak disukai Yuri. Dalam situasi seperti itulah Puji 'masuk' dalam peroalan Yuri.

"Feeling saya tidak enak," jawab Puji ketka saya menanyakan bagaimana ceritanya sampai dia tahu kalau Yuri sedang 'pindah ke lain hati'.

"Melintas begitu saja di pikiran saya. Kamu kan tahu Dis, aku itu kayak paranormal, hehe. Aku punya firasat, Yuri sedang punya masalah. Masalah itu menyangkut hubungan dia dengan seseorang yang bukan pacarnya," lanjut Puji.

Puji memang memiliki intuisi yang kuat. Hampir 90% ramalannya tentang sesuatu hal selalu tepat. Tetapi ia tidak menyukainya. Puji pernah berterus terang bahwa mengetahui masalah orang lain sungguh menyiksa. Kadang dia tidak bisa tidur karena pikiran dan emosinya larut memikirkan masalah itu. Bahkan kerap bergejolak apabila masalah itu menimpa orang-orang yang sangat ia kenal dengan baik.


Namun karena tidak tahan, Puji akhirnya bertanya kepada Yuri. Yuri membenarkan dugaan Puji.

Akhirnya Yuri mengakui kalau dia tertarik kepada Frans dan sedang menjajagi untuk menerima pinangan lelaki itu. Tentunya setelah Frans maju mundur karena tahu Yuri masih dengan Bram. Yuri meyakinkan Frans bahwa ia kini memilih dirinya dan akan secepatnya menyelesaikan urusan asmaranya dengan Bram. Apalagi inti persoalan Yuri adalah soal 'topeng' yang ingin dilepaskan. Kalau Bram tidak suka dia tampil apa adanya, Yuri tidak ingin memaksa meneruskan hubungan.

Saya dan teman-teman sepakat. Tentu saja Yuri tidak akan tahan memakai topeng terus-menerus. Sebab Yuri bukanlah tipe seperit tu. Tetapi mengapa Yuri tidak mau terbuka soal kesulitan dalam relasinya dengan Bram? Ah sudahah, pasti dia punya pertimbangan sendiri. Mungkin sedang menunggu waktu yang tepat untuk bercerita. Dan kalau tidak mau berceritapun tidak apa-apa. Kami mencoba berprasangka baik kepadanya.

****

AKHIRNYA BERPISAH ...

Akhirnya Yuri mengumumkan perpisahannya dengan Bram.
Sudah seperti saja ya, hahaha ...

Pemberitahuan itu disampaikan oleh Yuri kepada teman-teman dekatnya melalui grup aplikasi pesan singkat. Kalau dari Bram, kami hanya mendengar pengakuan singkat saja, "Iya, saya sudah tidak dengan Yuri. Kami berbeda prinsip ..."

Baik, baiklah Bram. Kami mencoba menerima ini, meski sedih. Entah kenapa, kalau ada salah satu di antara kami menghadapai masalah pelik, yang lain jadi ikut-ikutan merasa 'bermasalah'.

Kami menghormati pilihan Yuri untuk memilih dengan siapa hendak menikah. Tampaknya ia  bisa segera menyesuaikan diri dengan perubahan hidupnya. Pada sebuah kesempatan Yuri berani membuka sedikit persoalannya dengan Bram. Ia mengakui bahwa mereka memulai hubungan dengan tujuan yang salah, yaitu ingin mengubah satu sama lain. Yang satu ingin mengubah penampilannya, yang lain ingin mengubah sifat-sifatnya. Diakui oleh Yuri, sepanjang usaha-usaha itu, dia kerap merasa frustarsi. Tapi tak berani mengungkapkan kepada siapapun. Yuri dengan jujur mengatakan, kadang ia merasa muak ketika harus menghabiskan banyak waktu untuk mengukuti tren berpakaian; ketika harus mempertahankan bentuk badan (yang berisi itu) demi kesenangan Bram. Di satu sisi, dia pun harus jadi 'polisi' bagi kekasihnya kalau-kalau Bram bertidak kurang baik. Misalnya, menggunakan uang berlebihan.

Pernah terpikir oleh Yuri untuk menyudahi saja hubungan mereka. Dia sangat lelah dengan segala keharusan ini dan itu. Tapi demi mengingat permohonan Bram ketika menyatakan cinta, Yuri tidak tega. Bram mendekati dia usai ibadah Paskah. Pikir Bram, enak juga mungkin ya punya pasangan yang baik dan dekat dengan Tuhan. Maka dia intens mendekati Yuri. Tak masalah usia Yuri lebih tua dua tahun dari dia. Waktu itu Bram memang baru saja putus dari pacarnya. Jadi, tidak melanggar etika kalau Bram pedekate kepada seorang perempuan.

Yuri bukannya tidak tahu sedang didekati oleh pria itu. Yuri juga tahu Bram baru putus dari Angie. Tapi Yuri tidak pernah bercita-cita menikah dengan pria tampan. Ow, bentuk lain dari  diskriminasi percintaan.  

Kami pernah protes atas kriteria yang diajukan Yuri buat calon pasangannya. Yaitu "bukan pria tampan". Kenapa harus seperti itu, tanya kami. Yuri pun menjawab, dia tidak mau stres memikirkan bagaimana kalau pasangannya nanti disukai atau digoda perempuan lain. Kami hanya bisa tertawa mendengar alasan klasik Yuri. Endah bahkan menyebut Yuri tidak cukup pede untuk berpasangan dengan lelaki enak dipandang.

Tapi akhirnya Yuri luluh juga. Demi mendengar keinginan Bram untuk menjadi orang yang lebih baik, maka Yuri bersedia jadi pacarnya. Dan, ini yang tidak boleh disangkali oleh Yuri. Bahwa, Yuri pun ternyata sangat cinta kepada Bram. Bram bukan hanya tampan. Dia juga a nice guy. Maka, ketika kami melihat bahwa hubungan mereka mulus-mulus saja (di tahun pertama), kami pikir tidak ada masalah dengan mereka.

Sampai kemudian berita itu datang. Pertama, Sonya menelepon saya bahwa Yuri sudah tidak berpacaran dengan Bram. Lalu informasi ini dilengkapi oleh Ata. Dan semakin jelas ketika akhirnya Puji bercerita kepada kami.

***

Pada akhirnya Yuri harus bisa mengatasi keadaannya. Bahwa lebih banyak yang menyalahkan dia ketimbang menghormati keputusannya. Sebagai figur yang (harus) dihormati anak-anak didiknya, putus hubungan seperti ini menjadi beban. Ia perlu waktu beberapa bulan untuk menjelaskan kepada orang-orang yang bertanya perihal putusnya dia dengan Bram. Penjelasan yang senormatif mungkin. Sebab, tidak banyak yang memahami bahwa setengah dari tujuan berpacaran adalah untuk mengenal satu sama lain.

Tapi tidak demikian dengan Bram.
Semenjak putus dengan Yuri, Bram jarang muncul lagi di berbagai pertemuan baik formal maupun informal. Wajar saja sebetulnya. Tapi konon menurut beberapa kawan dekatnya, Bram sangat terpukul. Bram malah pernah dua kali minta 'rujuk' dengan Yuri, yang ditolak oleh mantannya itu. Bram sulit melupakan sosok Yuri yang sedikit banyak memberikan perubahan berarti.

Tapi saya tidak tahu berapa lama Bram mengalami keterhilangan seperti itu. Yang saya tahu, setiap kali berpapasan dengan kawan-kawannya Bram, mereka selalu bilang bahwa putus cinta kali ini sunguh parah. Adam, salah satu sahabat Bram pernah bilang begini, "Apa ya mbak, obat buat penyakit si Bram?"

 "Sakit apa?" tanya saya.

"Sakit kalbu, hehehe ..."

"Obatnya, ya, cari pacar lagi,' jawab saya asal-asalan.

"Ah, nggak bisa segampang itu sekarang buat si Bram. Dulu mungkin iya."

"O ya???"

"Iya mbak. Bram betul-betul patah hati gara-gara pisah sama mbak Yuri. Bram kan sebetulnya butuh sosok seperti Yuri."

"Wah, gimana ya. Kalau salah satu sudah tidak bisa melanjutkan, sebaiknya belajarlah untuk menerima," jawab saya sok tahu. Memang, saya betul-betul sok tahu waktu itu. Padahal kalau mengalami sendiri, mungkin seperti si Bram juga sikap saya .....

Entahlah, apakah Yuri tahu keadaan Bram sejak mereka putus. Yang pasti, enam bulan kemudian dia dan Frans resmi berpacaran. Dengar-dengar, tak lama lagi mereka akan menikah. Kabarnya pula, Frans pernah ingin mendatangi Bram, untuk meminta maaf. Tapi ditolak. Tentu Frans merasa tidak enak karena dianggap telah 'mengambil' Yuri.

Begitulah. Kini sudah setahun mereka putus. Dan sudah enam bulan Yuri-Frans menjalin hubungan. Enam bulan lagi, mereka akan menikah. Baik ketika dengan Bram maupun dengan Frans, Yuri tidak terlalu terbuka mengenai hubungannya. Tapi kami sesekali masih suka bertemu untuk satu dan lain urusan. Hingga pesan singkat Yuri yang mengabarkan pertemuan dia dengan Bram itu. (bersambung)


 gambar: amonmawi.blogspot.com

[fiksi daur ulang "Aku mau Kamu berubah, Would You"/2014]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun