Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bersediakah Kamu Berubah demi Aku (2)

30 Desember 2018   14:31 Diperbarui: 30 Desember 2018   14:54 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi akhirnya Yuri luluh juga. Demi mendengar keinginan Bram untuk menjadi orang yang lebih baik, maka Yuri bersedia jadi pacarnya. Dan, ini yang tidak boleh disangkali oleh Yuri. Bahwa, Yuri pun ternyata sangat cinta kepada Bram. Bram bukan hanya tampan. Dia juga a nice guy. Maka, ketika kami melihat bahwa hubungan mereka mulus-mulus saja (di tahun pertama), kami pikir tidak ada masalah dengan mereka.

Sampai kemudian berita itu datang. Pertama, Sonya menelepon saya bahwa Yuri sudah tidak berpacaran dengan Bram. Lalu informasi ini dilengkapi oleh Ata. Dan semakin jelas ketika akhirnya Puji bercerita kepada kami.

***

Pada akhirnya Yuri harus bisa mengatasi keadaannya. Bahwa lebih banyak yang menyalahkan dia ketimbang menghormati keputusannya. Sebagai figur yang (harus) dihormati anak-anak didiknya, putus hubungan seperti ini menjadi beban. Ia perlu waktu beberapa bulan untuk menjelaskan kepada orang-orang yang bertanya perihal putusnya dia dengan Bram. Penjelasan yang senormatif mungkin. Sebab, tidak banyak yang memahami bahwa setengah dari tujuan berpacaran adalah untuk mengenal satu sama lain.

Tapi tidak demikian dengan Bram.
Semenjak putus dengan Yuri, Bram jarang muncul lagi di berbagai pertemuan baik formal maupun informal. Wajar saja sebetulnya. Tapi konon menurut beberapa kawan dekatnya, Bram sangat terpukul. Bram malah pernah dua kali minta 'rujuk' dengan Yuri, yang ditolak oleh mantannya itu. Bram sulit melupakan sosok Yuri yang sedikit banyak memberikan perubahan berarti.

Tapi saya tidak tahu berapa lama Bram mengalami keterhilangan seperti itu. Yang saya tahu, setiap kali berpapasan dengan kawan-kawannya Bram, mereka selalu bilang bahwa putus cinta kali ini sunguh parah. Adam, salah satu sahabat Bram pernah bilang begini, "Apa ya mbak, obat buat penyakit si Bram?"

 "Sakit apa?" tanya saya.

"Sakit kalbu, hehehe ..."

"Obatnya, ya, cari pacar lagi,' jawab saya asal-asalan.

"Ah, nggak bisa segampang itu sekarang buat si Bram. Dulu mungkin iya."

"O ya???"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun