Mohon tunggu...
Rita Yuliza
Rita Yuliza Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMPN 9 SUNGAI PENUH

Saya adalah seorang guru yang suka menulis dan melakukan eksperimen di laboratorium

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apapun Namanya Melati Tetap Harum

26 September 2022   23:06 Diperbarui: 17 Oktober 2022   16:07 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semilir angin menerpa pepohonan didinginnya pagi, cahaya matahari mulai merangkak masuk ke celah-celah jendela kamar, berat rasanya mata ini untuk terbuka, kulirik jam yang ada didinding kamar, pukul 08.00 WIB, namun aku belum ingin beranjak dari sini.

"Mela.....!"  Terdengar teriakan lirih dari balik pintu kamar.

"Sudah, sampai kapan mau seperti ini?

Aku hanya diam tak bergeming. Kuambil bantal biru dan menutupi seluruh wajahku dengan bantal.

"Mel, lihat si Hamza, dia kebingungan nyariin kamu, dia gak tau apa-apa, ibu tau, kamu terluka, tapi gak gini caranya "

Aku membuka mataku, merapikan rambutku yang sedari tadi sudah berantakan tak beraturan, kutatap cermin didepanku lekat-lekat, kudapati didepanku seorang wanita pecundang dengan muka pucat dan mata sembab, yang sudah mengurung diri nyaris 2 x 24 jam tanpa makan -minum.

Aku berjalan dan meraih gagang pintu, tiba-tiba...

"Bruuuuk...." Aku limbung

***

"Nak, naaak" Kata ibuku bergeter

Kucoba membuka mataku, sayu kulihat mata ibu yang basah, ku peluk ibuku erat-erat dan menangis sejadi-jadinya.

"Ibu, Mela memang gak berguna bu," Kataku sesegukan

"Kamu sudah berbuat banyak untuk ayahnya Hamza, tapi kalau dia  memilih pergi, itu tandanya dia sudah tak pantas buat kamu dan Hamza"

"Iya bu, Mela janji Mela gak akan gini lagi bu"

Ya, hidupku hancur , ketika tau ada perempuan lain dalam rumah tanggaku, teringat saat ayah Hamza berkata dengan angkuh "kamu itu gak kerja, cuma dirumah, otak mu aja gak lebih besar dari otak ayam, jadi jangan sok berharga" .

"Mel"

Suara itu membubarkan lamunanku

"Dia fitnah mela bu, dia bilang Mela yang selingkuh"  Jawabku lagi

"Kamu tau kenapa ibu memberikanmu nama MELATI? . Karna jika diubah menjadi apapun namanya, Melati itu akan tetap harum, meski kamu ubah namanya menjadi bunga bangkai, tapi wanginya tak akan membohongi orang. Ibu juga berharap kamu seperti itu"

***

Waktu Berlalu begitu cepat, sudah hampir satu tahun perpisahanku dengan Ayah Hamza, selama itu pula aku tak pernah mendengar kabar apapun darinya, sekarang Hamza sudah genap berusia 3 tahun, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari aku berjualan kue, tapi ternyata itu masih terseok-seok untuk memenuhi kebutuhan Hamza yang kian hari kian bertambah. Suatu sore, aku, ibu, ayah dan Hamza duduk diteras sambil bercengrama, tiba-tiba seorang tetangga datang menyapa kami.

"Pak Hendro, si Melati gak ikutan daftar CPNS ya, kan lagi ada penerimaan guru besar-besaran tuh, lah katanya dulu Melati Asisten Dosen toh, masa Mantan Asisten Dosen gak mampu bersaing sama anak-anak kampung sini" Katanya sambil berlalu tanpa mempedulikan kami yang masih melongo medengar ocehannya.

"Lah Mel, kamu gak dapat info? Kenapa gak daftar, mana tau lulus" Kata bapak

"Gak lah, pak. Biasanya masuk PNS itu ada uang sogokan pak katanya, lah kita punya apa? Rumah aja kita masih ngontrak" Kataku enggan

"Eeeeeh, gak ada salahnya Mel, ibu dengar test sekarang pakai komputer, sistem DOG loh, jadi hasilnya langsung keluar, mana mungkin pakai sogok-sogok, buktikan otak ayam mu Mel" kata ibu

"ha ha ha ha ha" tawa kami pecah seketika

"loh, apa yang salah toh pak" Kata ibuku bingung

"CAT bu bukan DOG" Kata bapak sambil terpingkal

 "Lah ibuk kan ingat nya bahasa Inggrisnya salah satu hewan peliharaan gitu loh pak, gak tau malah keingetnya DOG" Imbuhnya polos

"ha ha ha ha" kamipun tertawa bersama, menertawakan sore kami yang hangat.

***

Singkatnya aku belajar siang-malam untuk test CPNS, aku ingin membuktikan bahwa wanita dengan otak ayam ini pun mampu bersaing dengan orang banyak. Sampai saat hari ujian tiba, aku menuju tempat ujian dengan diantar bapak dan Hamza menggunakan motor butut bapak. Diruang ujian aku berusaha tenang menjawab soal-soal yang disajikan dilayar komputer,  bapak dan Hamza menunggu didepan ruang ujian sambil memantau sebuah komputer besar yang disediakan oleh panitia.  Selesai Ujian, aku menemui bapak, bapak menangis haru sambil memelukku dan Hamza,

 "Mel, layar tipi itu bilang kamu  juara 2 Mel"  Kata bapak sambil menunjuk kearah layar Komputer besar.

Aku menatap layar computer itu, benar kata bapak, namaku ada di peringkat 2 pada sesi ujian hari itu. Kamipun pulang  dan menemui ibu, ibu keluar dari kamarnya dan membukakan pintu, ternyata ibu masih mengenakan mukenanya, rupannya sedari dua jam yang lalu ibu masih terus menggunakan mukena dan berdoa tiada henti, kabar yang dibawa oleh bapak melengkapi suka cita ibu, tapi aku buru-buru berkata:

"Pak, bu, jangan senang dulu. Itu baru peringkat untuk hari ini, test masih ada 4 hari lagi, kita gak tau besok atau lusa ada nilai yang lebih tinggi, kita doakan saja yang terbaik" Kataku pada mereka

Ibu dan bapak pun meng-iyakan apa yang aku katakan. Hari-hari yang kami lalui dengan doa yang tiada henti, tiba saat nya pengumuman, aku, ibu, bapak dan Hamza memutuskan untu melihat pengumuman langsung ke kantor BKPSDM dengan menggunakan angkot, cukup ramai orang yang melihat saat itu, bapak dan ibu yang sudah terlalu tua tak mampu menerobos kerumunan, sedangkan aku dari tadi sibuk dengan Hamza yang mendadak rewel. Kami pasrah, berfikir ingin pulang saja, dari kejauhan kulihat sesosok teman baik ku Angga teman baikku yang berlari kerarah kami. Kemudian menyalami ku sembari kerkata :

"Selamat mel, hebat kamu, untuk penerimaan guru Matematika kamu peringkat satu"

Kata angga sambil ngos-ngosan karna tadi dia setengah berlari menghampiri kami

"Ah, mosok sih ngga"

"Lah, iya mel"

Angga mengambil ponselnya, sambil memperlihatkan hasil pengumuman padaku.

"Ini lihat sendiri" Kata angga

Subhanallah, walhamdulillah, ternyata aku benar-benar lulus. Peringkat 1 untuk penerimaan guru  Matematika SMP. Sekatika bapak dan ibuku langsung sujud syukur, kami bertiga menangis sambil berpelukan, Angga menggendong Hamza di pundaknya.

"ha ha ha ponakan oom jadi anak guru" kata Angga setengah berteriak

"Kamu sendiri gimana nak Angga, lulus kah jadi Jaksa?" Timpal ibu

"Alhamdulillah lulus bu, rezki si cabang bayi" Jawab Angga antusias

"Nah kan, betul kata ibu, sistem DOG ini gak pakai sogok-sogok" Kata ibu dengan percaya diri yang buru-buru di timpal bapak.

"CAT buuu CAT bukan DOG"

"ha ha ha ha" Kamipun tertawa bersama.

Begitulah akhir cerita perjalananku untuk menjadi seorang guru. Sekarang aku tidak pernah ingin memikirkan hal-hal yang buruk lagi, aku hanya ingin menatap masa depanku bersama orang-orang yang selalu ada untukku, orang-oranga yang tak pernah meninggalkanku, Ibu, Bapak dan Hamza.

-TAMAT-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun