"Ibu, Mela memang gak berguna bu," Kataku sesegukan
"Kamu sudah berbuat banyak untuk ayahnya Hamza, tapi kalau dia  memilih pergi, itu tandanya dia sudah tak pantas buat kamu dan Hamza"
"Iya bu, Mela janji Mela gak akan gini lagi bu"
Ya, hidupku hancur , ketika tau ada perempuan lain dalam rumah tanggaku, teringat saat ayah Hamza berkata dengan angkuh "kamu itu gak kerja, cuma dirumah, otak mu aja gak lebih besar dari otak ayam, jadi jangan sok berharga" .
"Mel"
Suara itu membubarkan lamunanku
"Dia fitnah mela bu, dia bilang Mela yang selingkuh" Â Jawabku lagi
"Kamu tau kenapa ibu memberikanmu nama MELATI? . Karna jika diubah menjadi apapun namanya, Melati itu akan tetap harum, meski kamu ubah namanya menjadi bunga bangkai, tapi wanginya tak akan membohongi orang. Ibu juga berharap kamu seperti itu"
***
Waktu Berlalu begitu cepat, sudah hampir satu tahun perpisahanku dengan Ayah Hamza, selama itu pula aku tak pernah mendengar kabar apapun darinya, sekarang Hamza sudah genap berusia 3 tahun, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari aku berjualan kue, tapi ternyata itu masih terseok-seok untuk memenuhi kebutuhan Hamza yang kian hari kian bertambah. Suatu sore, aku, ibu, ayah dan Hamza duduk diteras sambil bercengrama, tiba-tiba seorang tetangga datang menyapa kami.
"Pak Hendro, si Melati gak ikutan daftar CPNS ya, kan lagi ada penerimaan guru besar-besaran tuh, lah katanya dulu Melati Asisten Dosen toh, masa Mantan Asisten Dosen gak mampu bersaing sama anak-anak kampung sini" Katanya sambil berlalu tanpa mempedulikan kami yang masih melongo medengar ocehannya.