Mohon tunggu...
rita haryanti
rita haryanti Mohon Tunggu... Dokter - Penulis adalah seorang ibu rumah tangga dan bekerja sebagai dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpKFR) di sebuah rumah sakit di Bekasi.

Penulis adalah ibu rumah tangga yang bekerja sebagai dokter dan senang dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Song Fiction Give Us a Chance dari Lagu Atuna Tufuli

14 Oktober 2023   10:25 Diperbarui: 3 November 2023   09:42 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu mendekap tubuhku yang kecil. Aku kembali teringat kata-kata ibu. Ardhi zgheere metli zgheere (tanah kami kecil seperti kecilnya aku).

Terus terang, aku sangat takut dengan bom-bom itu. Kata ibu kami akan pergi ke tempat pengungsian, rumah kami sudah hancur, sudah tidak ada rumah lagi. Namun, keadaan masih belum aman dan aku lelah, jadi kami bersembunyi. Kami harus berlari kembali bila aku sudah kuat.

“A’touna et-tufoole, a ‘touna et-tufoole, a ‘touna et-tufoole (beri kami masa kecil). A ‘touna, a ‘touna, a’touna es-salaam (beri kami beri kami  beri kami perdamaian),” Aku kembali menjerit dalam hati.

Ketika aku mulai kuat berjalan kembali, ibu segera mengajakku dan kakak untuk berlari kembali. Kami menuju pengungsian. Sepanjang jalan kulihat bangunan hancur. Lapangan tempat bermain kami pun sudah penuh dengan sisa-sisa dinding yang runtuh dari gedung di sebelahnya. Aku sangat sedih, rasanya ingin menjerit.

I am a child with something to say
Please listen to me
I am a child  who wants to play. Aku ingin bisa bermain lagi. Mengapa mereka menghancurkan segalanya? Tidakkah mereka juga memiliki anak?
Why don’t you let me?

Aku membayangkan saat kami masih bermain di lapangan itu.

My doors are waiting (rumahku menunggu). Namun kini rumah itu sudah tidak ada. Kami harus pergi ke pengungsian.

Aku terus berlari bersama kakak dan ibuku. Nenek dan kakekku sudah syahid dalam pengeboman sebelumnya. Kini tinggal kami bertiga. Ibu ingin aku dan kakak tetap hidup.

Akhirnya sampailah kami di pengungsian. Kulihat beberapa teman yang kukenal sudah berada di sana.
My friends are praying.
Small hearts are begging (hati kecilku memohon);
Give us a chance (beri kami kesempatan), give us a chance (beri kami kesempatan).

Aku teringat pesan almarhum ayahku di malam sebelum ia berangkat untuk menjaga Masjid Al Aqsha. “Kau dan kakakmu, jagalah ibu. Kalian harus jaga diri kalian agar tetap hidup, agar kelak bisa berjuang untuk kemerdekaan Palestina dan menjaga Al Aqsha.”

Aku berdoa pada Allah. Give us a chance (beri kami kesempatan), give us a chance (beri kami kesempatan), give us a chance (beri kami kesempatan), please, please, give us a chance (tolong beri kami kesempatan) untuk tetap hidup dan kelak jadi pejuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun