Tahun lalu kami tinggal di desa sebelah, di rumah peninggalan kakek. Rumah besar dengan halaman luas. Tiba-tiba datanglah tantara I5rael dan beberapa penduduk sipil I5rael menodongkan senjata ke rumah kami. Mereka mengusir kami dari rumah kami sendiri. Di bawah todongan senjata kami harus keluar dari rumah kami, hanya membawa baju yang melekat di badan.
Ibu menangis, Nenek, Kakek, Aku, dan Kakak pun menagis, Namun kami tidak bisa berbuat apa-apa. Nyawa taruhannya. Kami pergi dan kemudian tinggal di rumah Paman yang telah mati syahid. Ia menyusul ayahku yang syahid tahun lalu saat menjaga masjid Al Aqsha dari tentara Israel yang ingin merebut Al Aqsha.
Bukan hanya rumah kami, rumah tetangga-tetangga kami pun dirampas. Ardhi Huriyyeh Masroo’a (tanah kami dicuri kebebasannya).
Kulihat ke atas langit penuh dengan kepulan asap. Samana ‘am tehlam, ‘am tes’al el ayam (langit kami sedang bermimpi, bertanya kepada hari). Wein esh-shames el Helwe w-rfouf el-hamam (di mana matahari yang indah dan di mana kepakan sayap burung merpati). Hanya ada langit kelabu.
Ya ‘alam (wahai dunia), ardhi masroo’a (tanah kami habis terbakar). Ardhi Huriyyeh Masroo’a (tanah kami dicuri kebebasannya).
Mereka menjajah tanah kami. Sambil berlari kulirik ke kiri, kulihat sekolahku hancur, sekolahku sudah di bom dua bulan lalu. Mereka juga merampas rumah dan harta benda kami yang berada di dalamnya.
Dibandingkan negara lain negara kami kecil. Ardhi zgheere metli zgherre (tanah kami kecil seperti kecilnya aku). Aku yang berusia 8 tahun ini.
“‘A touna es-salam wa a’touna et-tufoole (beri kami kedamaian dan beri kami masa kecil), “ jeritan hatiku sambil menangis.
‘a touna et tufoole, ‘a touna et tufoole, ‘a touna et tufoole (beri kami masa kecil). Aku ingin bisa bermain bersama teman-teman, aku ingin bersekolah kembali.
‘A touna, ‘a touna, ‘atouna es-salaam (beri kami kedamaian). Aku lelah berlari seperti ini. Aku sudah tidak kuat lagi berlari, aku ingin istirahat, aku pun terjatuh. Ibu dan kakak membantuku untuk bangun. Kami menepi, berlindung di balik gedung yang telah hancur. Mata kami waspada melihat ke langit.
Samana ‘am tehlam , ‘am tes ‘al-ayam (Langit kami sedang bermimpi, bertanya kepada hari). Wein esh-shames el-helwe, w-rfouf el-hamam (di mana matahari yang indah dan di mana kepakan sayap burung merpati). Aku membayangkan langit yang cerah tanpa asap. Nenek bercerita dulu banyak burung merpati terbang di tanah kami.
Ya ‘alam (wahai dunia). Ardhi mahroo’a (tanah kami habis terbakar). Bom menghujani tanah-tanah kami. Kami harus selalu waspada, setiap saat rumah atau tempat tinggal kami bisa dirampas atau pun di bom. Ardhi Huriyeh masroo’a (tanah kami dicuri kebebasannya).