Rasa Hati
Oleh: Rita Haryanti
Â
Cinta. Ah, masih adakah rasa cinta di hati? Winda terdiam. Kalau pun rasa itu masih ada, entah di bagian dada sebelah mana, sulit bagi Winda untuk menemukannya. Rasa itu telah pergi, perlahan-lahan, seiring kata-kata kasar dan makian yang kerap diperolehnya.
Rasa cinta memang pernah ada, tetapi sudah lama sekali, saat ia masih belia.
Kala itu Winda baru saja lulus kuliah. Ia telah bekerja sebagai guru di sebuah sekolah yayasan Islam. Ia mencintai pekerjaannya. Mengajar, bermain dengan anak-anak SD membuat Winda bahagia.
Winda tinggal bersama ibu dan adik semata wayang bernama Dafa. Ayah dan ibunya bercerai saat Winda berusia 10 tahun. Sejak perceraian ayah jarang sekali menemui Winda atau pun adiknya. Ayah juga tidak memberikan nafkah untuknya.
Ibunya yang seorang guru SD yang membiayai hidup mereka. Winda pun dididik ibu untuk menjadi wanita tangguh yang tidak mudah mengeluh.
Suatu sore sepupu Winda yang bernama Irvan datang ke rumah mengantarkan undangan pernikahan. Irvan ditemani temannya yang bernama Didy.
Sejak pertemuan itu Didy kerap kali mengunjungi Winda. Kedatangan Didy membuat hati gadis manis itu berbunga-bunga. Winda yang manis, tidak banyak bicara, dan pekerja keras akhirnya menikah dengan Didy yang terlihat tegas dan penuh percaya diri.
Awalnya pernikahan mereka  penuh kebahagiaan. Terlebih setelah mereka dikaruniai seorang putri yang diberi nama Fira. Keceriaan pun bertambah di rumah yang ditempati Winda dan Didy.