Aku mengangguk, sambil bersiap meninggalkan bangsal itu, kembali ke tempatnya. Yaitu sebuah ruang kecil yang hanya punya satu tempat tidur di mana hanya ada dirinya seorang.
“Jadi kamu sama sekali tidak pernah memikirkan kelanjutannya?" dr. Nira yang mengantar masih bertanya juga.
Aku menggeleng. Ia hanya tersenyum dari tempat tidurnya. Baginya cerita itu hanya sebuah cerita. Segala hal di dunia ini memiliki akhir, begitu juga dengan sebuah kehidupan yang menopang keseluruhan cerita.
“Menurut aku bagaimana kalau mereka bereinkarnasi kembali?" dokter wanita itu bertanya lagi.
Aku terkekeh, sambil menggeleng. "Reinkarnasi itu tidak ada," kata Aku, tapi… setahunya hanya orang Tionghwa mempercayai adanya kehidupan kembali setelah mati.
Dokter itu pun tersenyum. "Paling tidak reinkarnasi itu ada di dalam dongeng bukan?" katanya, terlihat agar Aku melanjutkan dongengnya. "Seperti keajaiban yang kamu baca di dalam buku dan dalam cerita yang pernah kamu buat”
Aku kembali tertawa, tapi terdengar getir. Ia memandang dokter itu dengan sedih. "Tapi, betapapun itu nyata bagi aku, itu hanya sebuah tulisan di atas kertas," jelasnya.
Dokter itu hanya menatap, sebelum ia menghembuskan nafas lalu mengangguk. “Tapi, bicara tentang reinkarnasi…kalau seandainya itu ada…kamu ingin dilahirkan kembali menjadi apa?" dia bertanya tiba-tiba dan tak khayal membuat Aku kembali berpikir.
“Kupu-kupu," jawabnya, kemudian.
“Apa?" sang dokter terlihat tidak percaya dengan jawabannya. "Kamu tidak ingin menjadi manusia lagi? Atau disatukan dengan orang yang sangat kamu cintai di kehidupan mendatang?”
Aku menggeleng. "Kupu-kupu mempunyai siklus kehidupan yang singkat," jelasku. "Dalam satu masa hidup dia mengalami beberapa fase perubahan yang berbeda…, seperti manusia bukan?”