Selama kepergian Kayo, Sati mulai memaksa Ramo Ramo untuk menunjukan di mana Batu Bertuah berada karena penyakit itu kembali menjadi-jadi ketika Ramo Ramo berada jauh darinya. Ramo Ramo menolak dan ingin kembali ke hutan, lalu Sati menebangi hutan untuk mencarinya tapi tak pernah menemukannya. Sati mulai mengancam, jika ia tidak mendapatkan Batu Bertuah, Kayo akan dibunuh. Tidak punya pilihan, Ramo Ramo pun mencabut Batu Bertuah dari perutnya, di mana ternyata Batu Bertuah tersimpan selama ini. Sang gadis pun berubah menjadi batu dengan lubang menganga di perut di depan Kayo yang tiba-tiba baru kembali dari petualangan.
Perkelahian pun terjadi antara Sati dan Kayo memperebutkan Batu Bertuah. Kayo berhasil mengalahkan sang kakak dan merampas Batu Bertuah walaupun harus melukainya. Ia mengembalikan Batu Bertuah ke lubang di mana batu itu dicabut Ramo Ramo dari perutnya. Ramo Ramo hidup kembali dan Sati yang terluka memerintahkan semua pengawal menangkap Kayo dan Ramo Ramo yang berusaha kabur dari istana.
Mereka lari ke hutan. Tapi, hutan telah dibinasakan oleh Sati. Tak ada tempat untuk bersembunyi, hingga mereka menemukan jalan buntu –sebuah pinggir jurang yang dalam dan terjal. Ramo Ramo pun mengatakan sesuatu pada Kayo, ia bisa mengembalikan hutan seperti semula dengan kekuatannya tapi sebagai gantinya ia harus kehilangan nyawanya. Tapi, Kayo tidak ingin berpisah lagi darinya untuk beberapa masa yang akan datang sampai mereka bisa betemu lagi –mereka akan bereinkarnasi bersama. Jadi mereka pun melompat kedalam jurang lalu berubah menjadi batu saat menghempas daratan. Lalu pecah menghempas bebatuan lain di daratan.
Seketika hutan yang gersang karena dibakar kembali bertumbuh dengan hijaunya. Pengawal Sati yang mengejar mereka pun tersesat dan diserang oleh hewan buas yang marah.
“Apa yang terjadi pada Sati?" seorang anak bertanya padanya dan Aku tersenyum.
“Kehilangan semua kuasanya sampai mati oleh penderitaan dan kesepian…," jawabnya.
“Lalu bagaimaa dengan kerajaannya?" tanya anak lain yang kepalanya botak dan mengenakan piyama hijau muda.
“Kerajaan itu tidak ada lagi karena tidak punya pewaris tahta. Orang-orang mulai meninggalkannya dan negeri itu mulai diabaikan. Hutan tumbuh dengan liar dan kerajaan pun menghilang sama seperti Batu Bertuah yang tersimpan dengan aman di dalamnya…," jelas Aku lagi, menatapi satu persatu anak yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Seakan mereka terbawa lalu tampak tak puas karena… “Ceritanya selesai”
"Yah….," beberapa kedengaran serentak mengeluh. Tampaknya mereka tidak suka dengan akhir yang seperti itu, namun melanjutkan cerita hanya membuat ia lupa bahwa anak-anak sudah harus beristirahat begitu juga dirinya.
"Ceritanya kita lanjutkan besok ya?" ujar dr. Nira yang ikut mendengarkan dongeng itu sambil membantu seorang anak naik ke ranjangnya.
"Janji?" tanya seorang bocah perempuan lain penuh harap dari balik selimutnya.