Mohon tunggu...
Riswandi
Riswandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menyemai Kisah, Menuai Hikmah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fan Fict] Percakapan dengan Brama Kumbara

14 April 2013   00:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:14 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kasihan sekali nasib rakyat di sini, Nusantara yang kaya raya,” ku dengar Mantili lirih bersuara.

“Ya, begitulah nasib rakyat jelata. Oh ya, tuan Brama, bukankah dulu Madangkara makmur, aman, sentosa?”

“Sebagai raja saya memang berusaha keras membuat rakyat sejahtera. Syukurlah semua rakyat Madangkara dapat hidup dalam suasana yang damai, aman, tak ada yang sengsara. Jika ada pejabat yang menyimpang, saya langsung memerintahkan hukum mati untuknya.”

“Tuan Brama, maukah tuan menjadi raja Nusantara? Siapa tahun di tangan tuan, bangsa ini menjadi lebih sentosa.”

Dahi Brama berkerut seolah memikirkan sesuatu. Beberapa kali kulihat ia mengusap dagu. Apakah berat menjawab pertanyaan seperti itu?

Setelah beberapa saat, dengan suara berat Brama menjawab, “Kisanak, sepertinya saya tidak sanggup menjadi raja Nusantara. Menjadi raja adalah tugas yang sangat berat, meskipun mulia. Melihat kerusakan moral pejabat negara di sini, saya tidak akan mencalonkan diri menjadi raja. Bagi saya, lebih baik menjadi pertapa daripada menjadi raja tapi tak sanggup membuat rakyat sejahtera.”

Kami terdiam beberapa lama.

“Kakang, di sini kita sudah terlalu lama. Mari kita lanjutkan perjalanan kita,” kata Mantili kepada Brama.

“Kisanak kami mohon diri dan terima kasih atas waktu dan informasinya. Mari Mantili kita lanjutkan petualangan di angkasa.”

Mereka berdua kembali menuju sang Rajawali. Kini tinggal aku sendiri, memikirkan percakapan yang baru saja terjadi.

******

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun