Mohon tunggu...
Aristia PM
Aristia PM Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang guru yang belajar nulis

Skenario terbaik berasal dari takdir Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lorosae | Bab 4 | Perjalanan

6 Januari 2019   23:38 Diperbarui: 6 Januari 2019   23:41 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ah, Kang Arya ini memang paling cepat kalau urusan makan. 

"Na begitu, mari kotong main di beta pu rumah. Sonde jauh dari sini. Dekat sa. Kotong makan sama-sama. Sonde usah takut deng beta. Be on buat macam-macam. Beta orang baik", Pak Kato berusaha meyakinkan kami.

"Bapak, ibu, silakan ikut Pak Kato. Tidak apa-apa, Pak Kato ini orang baik.", Pak Pejabat membenarkan Pak Kato.

Sebenarnya, agak khawatir kami dengan orang baru. Tapi entah kenapa, firasat kami mengatakan bahwa Pak Kato ini memang orang baik. Tatapan matanya biasa saja. Tak ada yang mencurigakan. Kami berenam memutuskan untuk berangkat mengikuti Pak Kato. Tas dan semua barang bawaan kami tinggal di KCD. Selesai dari rumah Pak Kato, kami akan kembali bermalam di KCD.

 Ditemani lampu senter kami menyusuri hutan. Jalan gelap gulita, sepi. Jarak antar rumah berjauhan, itupun tertutupi rimbunan semak atau pepohonan. Sedikit sekali orang yang keluar malam-malam. Mereka keluar tanpa penerangan, sama seperti Pak Kato. Dari nyala rokoknya, kami bisa mengenali ada orang atau tidak di depan kami.

Di musim hujan ini, jalanan berlumpur, kami harus hati-hati memilih jalan.

"Bapak, ibu, disini musti hati-hati! Jang terlalu baik deng orang sini. Nanti diracun.", Pak Kato mulai bercerita sambil berbisik.

Hah? Kok sama kayak cerita Kak Diah dan Kak Elen?

"Jadi bener ya katanya orang baik itu justru diracun?", aku penasaran.

Pak Kato mengangguk. Sangat hati-hati beliau bicara. Rumah-rumah di sekitar kami bertembok bebak. Suara kami mungkin saja bisa terdengar ke dalam rumah, walaupun jarak rumah ke jalan cukup jauh. Sepi sekali desa ini di waktu malam. Sepi dan gelap. Sinar pelita tak cukup sampai menggapai jalanan di depan rumah.

"Iya. Baru-baru ini ada yang meninggal di kampung sebelah. Dia punya perut hancur. Ada orang jahat kasih dia minum air keras."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun