Mohon tunggu...
Aristia PM
Aristia PM Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang guru yang belajar nulis

Skenario terbaik berasal dari takdir Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bohongilah Aku

29 Desember 2018   05:12 Diperbarui: 29 Desember 2018   05:40 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kertas nilai Pra UN keduaku diselipkan bapak di dalam jaketnya tanpa memberikan  aku kesempatan melihatnya. Beliau tak peduli bibirku yang mulai keriting, cemberut dan keningku yang mulai berkerut. Aku galau. Masa sih, udah bangun tiap jam 2 pagi, udah sholat tahajud, udah belajar pula, masa iya nilainya pas banget rata-rata tujuh? Tak terasa, mataku mulai berkaca-kaca. Entah karena kecewa dengan takdirku atau aku yang kurang bersyukur. 

***
Namaku Siti Cahyaning. Teman-teman memanggilku Ning. Aku siswa kelas tiga sekolah menengah pertama di salah satu sekolah negeri di kota besar. Sekolahku termasuk sekolah favorit di kota ini. Di kelas tiga ini, aku berhasil masuk kelas unggulan. Dari 44 siswa di kelasku, aku peringkat ke-37. Tak terlalu buruk, bahkan yang nilainya paling kecil di kelas ini pun masih teranggap pintar. Yah, namanya juga kelas unggulan. 

Hari ini aku datang kepagian. Aku ikut motor bapakku karena ada jahitan yang harus diambil pagi-pagi buta. Bapakku penjahit sekaligus karyawan salah satu perusahaan BUMN. Bapak harus membagi waktu antara menjahit dan tanggung jawabnya sebagai karyawan. 

Ikut motor bapak pagi ini lumayan bisa irit uang jajan. Ibuku memberiku Rp3.000 per hari untuk bekal sekolah. Biasanya terpakai  Rp2.000  untuk ongkos angkot PP. dan sisanya untuk jajan. Kalau aku ada bimbel, maka sehari sebelumnya aku tidak jajan dan pulang sekolah berjalan kaki sejauh 5 km agar aku bisa naik angkot ke tempat bimbel keesokan harinya. Kenapa aku bisa ikut bimbel? Itu karena  aku lolos seleksi beasiswa di kantor bapakku, lumayan untuk daftar bimbel. Seperti teman-temanku yang lain di kelas unggulan ini. Rata-rata mereka ikut bimbel sepulang sekolah. 

Jam 6 pagi, gerbang sekolah masih ditutup. Aku masuk lewat pintu belakang, dekat kantin dan sanggar-sanggar ekstrakurikuler. Tak ada seorang pun yang kutemui. Aku terus berjalan menuju kelasku untuk sekedar meneruskan tidur pagiku. 

Sekolah super sepi dan udara dingin sekali. Hanya kabut yang menemani. Sesekali terdengar suara langkah kaki. Bukan hantu apalagi mister gepeng sang penunggu kamar mandi. Itu hanya penjaga sekolah yang sedang bersih-bersih. 

Pukul 6.45, teman-temanku mulai berdatangan. 

"Eh, nilaimu berapa?", tanya Laili yang datang bersama Vera, sementara aku masih asik tidur-tiduran. 

"Aku 45. Kamu? "

"Sama, 45 juga. Komanya berapa?" 

Bla.. Bla.. Bla.. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun