Mohon tunggu...
Rista Trihandayani
Rista Trihandayani Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Iseng nulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tenggat Waktu

21 Oktober 2023   16:05 Diperbarui: 21 Oktober 2023   16:12 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah pesan masuk ke dalam gawainya, "Pak, semoga karyanya segera selesai, ya. Saya harap 10 cerpen tersebut segera dikirimkan ke penerbit. Kami tidak bisa mengulur waktu produksi penerbitan bukunya. Jika tidak bisa menyelesaikan, segera kabari kami. Kamu harus mencari karya lain untuk diterbitkan sebagai penggantinya." 

Pesan tersebut rasanya seperti desakan dan membuat ruang pikirannya makin sempit. Kalau ide bisa dijemput di sembarang halte, mungkin penulis sudah menjemputnya sedari tadi. Namun, kenyataannya, ide yang sudah diundang untuk datang pun enggak untuk hadir di pikirannya. Luar biasa memang ide sangat eksklusif sekali untuk penulis. Lagi-lagi, dia memikirkan hal yang tidak penting. Selalu. 

Sekarang dia sedang mengalami fase tegang, denyut nadi meningkat, mulai berkeringat, perut pun ikut kembang kempis, napas tidak teratur, dan berkali-kali menguap. Dia paham keadaan tubuhnya sudah tidak baik dan biasanya saat merasakan hal tersebut dia akan memutuskan untuk mandi sebagai penyembuh. Di tengah semua kegelisahannya, dia memutuskan untuk mandi. Mandi dengan rasa gelisah, aneh sekali rasanya. 

Saat tengah membasuh kepalanya dengan air dingin, tiba-tiba dia teringat kembali dengan sang editor. Walaupun menurutnya editor sangat tidak membantu, tetapi dia tidak punya lagi orang untuk dihubungi. Dia dengan yakin memutuskan untuk menghubungi editornya kembali walaupun tidak berharap banyak. Setidaknya ada orang yang bisa diajak bicara di saat genting. 

15.00

Penulis mengirim pesan kepada editor, sekadar memberitahukan bahwa cerpen dia yang kesepuluh belum dia buat. Editor pun membalas, "Ceritakan keresahanmu, itu bisa jadi jalan terbaik dalam membuat sebuah cerita." Membaca pesan tersebut rasanya membuat penulis tambah bingung lagi. Keresahan apa yang harus ditulis? Terkait penghasilan penulis yang tidak tetap? Oh, atau terkait pembajakan buku berbasis pdf yang disebarluaskan seenak jidat orang banyak? Atau terkait bagaimana caranya mendapatkan uang dengan cepat tanpa harus berpikir? Atau mengapa negara tidak bisa menggaji masyarakatnya tanpa perlu bekerja? Keresahan dan kebodohan sepertinya menjadi satu dalam pikirannya sekarang. 

Keresahan yang sesungguhnya penulis rasakan pasti sangatlah banyak, sampai dia tidak tahu harus memilih yang mana. Berpikir, berpikir, berpikir, membuat dia menghabiskan waktunya sampai pukul 16.00. 

"Gila! Tidak ketemu!" Berhenti jadi penulis saja lah!" tiba-tiba dia memberontak sendirian. Ingin rasanya lebih meledak-ledak, tetapi dia tidak mau menghabiskan banyak energi. Selagi bisa, ia coba menenangkan dirinya sendiri dengan berbagai macam cara. Dia coba terus menatap layar laptopnya berharap tiba-tiba sebuah gagasan muncul dalam pikirannya, entah cuma menyapa, setidaknya ada sesuatu dalam pikirannya. Suasana tersebut terasa hening sekian menit lamanya dan membuat penulis tertidur. Penulis benar-benar kehabisan daya kali ini.

18.00 

Bangun dan terkejut. Terkejut karena kenapa tiba-tiba dia terbangun tanpa mengetahui proses ia tertidur. Pusing sekali kepalanya karena bangun tidur dengan perasaan kaget dan kalut. Dia melihat jam di gawainya sudah menunjukkan pukul 18.02. Sepertinya cerpen terakhir tidak akan dia pernah tulis. Penulis memutuskan untuk membuat secangkir kopi di saat keadaan makin genting. Gila memang, tetapi dia pun harus mencari obat penenang. 

18.15

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun