Seorang penulis dihadapkan dengan tenggat waktu pengumpulan karya yang hanya tinggal 2 hari lagi. Sekarang sudah pukul 23.58, yang berarti 2 menit lagi tenggat waktu tersebut hanya tinggal 1 hari lagi. Dia harus mengumpulkan 10 cerpen kepada penerbit, tetapi baru 9 cerpen yang ia selesaikan. Penulis ini adalah tipe orang yang menepati janji, jadi dia harus menyelesaikan dan mengirim karyanya tepat waktu. Akhirnya, dia menghadapi satu hari genting untuk berpikir tentang isi tulisan dalam satu cerpen untuk melengkapi kumpulan karyanya.Â
01.00Â
Dia memutuskan untuk membuat segelas kopi hitam hangat sebagai obat penghilang kantuk yang menurutnya sangat mujarab itu. Sambil membuat kopi pun ia berpikir cerita apa yang akan dituliskan. Apakah tentang secangkir kopi hangat yang disediakan oleh seorang istri kepada suaminya setiap malam yang kerjaannya hanya begadang untuk menonton bola? Tidak. Dia tersadar bahwa cerita tersebut tidak menarik untuk dihadirkan kepada pembaca setianya, yang sebenarnya dia juga tidak tahu punya pembaca setia atau tidak.Â
Kopi pun jadi dan dia bawa ke atas meja kerjanya, ia kembali berpikir tentang cerita yang ingin dia tuliskan. Tiba-tiba, ia tersadar akan kisah cintanya dahulu saat masih berada di kampus. Di mana ia terkenal bahwa ada satu perempuan yang menyukainya dari awal masuk kuliah sampai lulus kuliah. Ia ingat betul bahwa ia pun juga sebenarnya sudah jatuh hati pada perempuan tersebut.Â
Karena teringat hal tersebut, dicarilah foto perempuan tersebut di media sosial yang ia miliki. Ternyata perempuan tidak menghapus foto mereka berdua di media sosialnya yang membuat ia berpikir apakah perempuan tersebut masih belum bisa melupakannya. Akhirnya, dia berpikir sepertinya kisan cintanya cocok untuk ditulis menjadi sebuah cerpen.Â
Merasa sudah mendapatkan ide dan ingin segera menulis, mula-mula ia menyalakan rokoknya terlebih dahulu sebagai teman penulisan cerita tersebut. Dia mulai dari awal pertemuannya di kampus, kemudian dia beri diksi-diksi yang menarik agar terlihat lebih romantis seperti cerita cinta pada umumnya. Ia lanjutkan dengan menggambarkan sosok perempuan yang menyukainya mulai dari fisiknya sampai sesuatu yang dikenakannya. Dia terus menuliskannya sambil tersenyum-senyum membayangkan kejadian yang dianggap lucu karena ada perempuan yang segitu bodohnya suka dengannya.Â
Di tengah cerita, ia tersadar akan sesuatu bahwa cerita ini tidak baik karena akan mengungkapkan keburukannya. Ia teringat bahwa pada akhirnya dia yang jahat pada perempuan tersebut, selagi mendekati perempuan tersebut ternyata ia masih mengharapkan cinta perempuan lain, yang berarti ia hanya menjadikan perempuan tersebut cadangannya. Di cerita yang ia tulis pun dituliskan bahwa ia memang mulai sayang pada perempuan itu, tetapi hatinya tidak seutuhnya untuk perempuan tersebut. Dia pun menganggap dirinya jahat.Â
Pada akhirnya, dia memutuskan untuk tidak menjadikan cerita tersebut cerpen untuk ia terbitkan yang berarti sama saja dia mengumbar air ke muka umum. Penulis ini memang selalu menjaga citranya dengan baik di depan siapa pun. Tidak boleh ada yang tahu keburukan yang terjadi dalam hidupnya.Â
03.00
Setelah 2 jam sia-sia, dia merasa harus istirahat walaupun dengan hasil yang tidak memuaskan. Dia menyatakan bahwa dia mengalami writer block. Dia tidak punya ide sama sekali sekarang. Dia merasa menyesal 2 jam yang lalu malah hanya bernostalgia dengan masa lalunya yang bisa dibilang indah, tetapi tidak indah juga.Â
Dia memutuskan untuk mendengarkan lagu agar bisa memberi waktu santai kepada pikirannya. Sebenarnya, pikirannya sudah tidak fokus karena memikirkan tenggat waktu yang sebentar lagi habis. Cerita itu harus segera hadir di pikirannya, yang baik dan sesuai dengan keinginannya.Â