Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jabat Tangan yang Berkesan

15 Oktober 2018   07:11 Diperbarui: 15 Oktober 2018   09:41 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu saya sering berkunjung ke Balai Kota DKI Jakarta dalam rangka membahas proyek pengendalian banjir dimana saya terlibat didalamnya, saya harus bertemu dengan Gubernur DKI yang waktu itu dijabat Sutiyoso, tapi karena berbagai hal, pertemuan sering diwakilkan kepada Fauzi Bowo, wakilnya. 

Sejak itu saya beberapa kali ketemu dan berjabat tangan dengan Bang Foke, panggilan akrab Fauzi Bowo. Waktu itu Bang Foke-lah yang lebih aktif mengendalikan proyek pengendalian banjir. Sewaktu Foke ikut kampanye pemilihan gubernur, slogan yang digunakan adalah "serahkan pada ahlinya". 

Foke memang memiliki latar belakang pendidikan yang mendukung, yaitu Dipl. Ing jurusan penataan kota lulusan Brunswick, Jerman. Ternyata slogan tersebut tidak selalu menjamin, pada pemilihan gubernur untuk yang kedua kalinya pasangan Foke--Priyanto kalah melawan pasangan Jokowi-Ahok tahun 2012.

Walau bagaimana, saya selalu terkesan dengan penampilan dan kefasihan Foke berbahasa Inggeris dan Jerman, dan merasa beruntung bisa bersalaman beberapa kali dengan orang nomor satu di DKI Jakarta waktu itu. Kelak Foke ditunjuk Presiden Joko Widodo untuk menjadi duta besar di Jerman, negara tempat dia menuntut ilmu.

Djarot Saiful Hidayat

Mungkin banyak yang belum tahu, selain dikenal sebagai kota dimana proklamator Bung Karno dimakamkan, Blitar juga dikenal sebagai kota perintis dalam penanganan sanitasi di Indonesia. 

Di kota bersejarah inilah Deklarasi Sanitasi dicanangkan dan dijadikan tempat dimulainya Konferensi Nasional Sanitasi yang pertama kali. Di kota ini pula dibentuk Asosiasi Kota Peduli Sanitasi atau AKOPSI, di mana Jokowi, waktu itu Walikota Solo, ditetapkan sebagai Ketua AKOPSI yang pertama (dalam perkembangannya keanggotaan AKOPSI termasuk Kabupaten, sehingga singkatannya menjadi AKKOPSI). Penanganan masalah sanitasi di Indonesia memang dirasakan jauh tertinggal dibandingkan dengan penanganan prasarana kota lainnya seperti jalan dan air minum.

Dalam salah satu pertemuan dalam rangka pembentukan asosiasi kota-kota peduli sanitasi itulah saya pertama kali bertemu dengan Walikota Blitar yang waktu itu dijabat oleh Djarot Saiful Hidayat. 

Pak Djarot dikenal sebagai walikota yang sangat peduli dengan sanitasi. Dan dalam kesempatan itu saya merasa terhormat untuk duduk bersama memimpin rapat bersama Pak Djarot, dan bersalaman dengannya setelah rapat selesai. Setelah kalah dalam pemilihan gubernur mendampingi Basuki Tjahaja Purnama, Djarot juga gagal dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara. 

Saya merasa beruntung berkesempatan bertemu dan bersalaman dengan Pak Djarot, yang merupakan walikota perintis dalam masalah sanitasi, sektor yang merupakan profesi keahlian pilihan saya sewaktu sekolah dulu.

Sandiaga Uno 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun