Mohon tunggu...
Rissa Adriani Adawiyah
Rissa Adriani Adawiyah Mohon Tunggu... -

if you never CHASE your dream, you will never CAYCH them ...\r\namgrayscale.co.cc

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidurku, Mimpiku Juga

11 April 2012   12:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:45 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Ananda Prissa, pagi ini aku terbangun dari tidur lamaku setelah seharian aku tertidur. Minggu pagi kemarin aku pulang dari kemping ku, tepatnya di Karang Resik. Yang kutahu tentang tempat itu berada di perbatasan antara Ciamis dan Tasikmalaya.Setelah seharian istirahat, aku berasa mimpi kalau hari ini sudah Senin. Aku langsung mengambil peralatan mandi yang masih tersimpan di bagcampku. Dengan segera menghambur ke kamar mandi yang tak jauh dari tempat tidurku.

Sarapan pagi telah disiapkan oleh ibu, Aku langsung melahapnya dengan semangat, mungkin karena terlalu kelelahan. Ah, aku ingin cepat-cepat sampai disekolah dan bergabung dengan teman-temanku semua. Tak terelakkan lagi aku bergegas pergi ke sekolahku tercinta. SMP N 1 Banjar. Hingga saat sampai disana aku bertememu dengan mereka denga memasang wajah ceria. Mereka pun menyambut dengan wajah yang sama. Aku terharu dan langsung memeluk teman-temanku yang berjumlah empat orang, ya.. yang pertama kupeluk tentu saja Natasya, memang dia ini gadis yang setiap harinya penuh ceria yang selalu menghiburku begitu semangatnya. Yang kedua, temanku yang paling cerewet dan suka ngomel, aku suka memanggilnya mbok sihir, hihihi. Sebenarnya nama indah selalu seperti wajahnya yang peuh kebahagiaan, Tifanny. Lalu seterusnya Elya dan Meysa. Aku sangat menyayangi mereka seperti mereka menyayangiku.

Tepatnya hari ini, aku bersnda gurau dengan mereka, meskipun aku sebenarnya masih sangat lelah, malah kakiku masih sangat pegal-pegal untuk harus melewati labirin yang sangat sesak oleh warga kelas lain untuk sampai di kantin bersama mereka.

"Woy, tau nggak sih. Kaki aku pegel-pegel sampai merah gini. Huhuhu ..." Seru Elya dengan manjanya.

"Bukan kamu aja kali ih, liat nih.. Udah pegel, merah, gatal-gatal lagi. Nasib-nasib, ko malah aku sih yang kena ulet bulu kemarin. ?" Suara menggelegar dari Tifanny terdengar se seantero kantin.

"Sudahlah, yang penting disana kita bisa bersama dan senang-senang." Tambahku sambil memeluk Natasnya untuk kedua kalinya.

Gadis berkacamata itu pun mulai berkata-kata menyambung kata-kataku yang sepertinya belum usai.

"Iya, haha, disana kita nggak ada yang larang buat ngerumpi sesuka hati. Kurasa itu membuatku terkesan dan ingin mengulangnya lagi."

"Aduh, udah ah jangan ngomongin itu, aku cape tau. Kamu sih nggak sakit, lihat aku nih udah ...." Ucapan Tifanny terpotong oleh Meysa.

"Pegel-pegel, merah-merah, bentol-bentol iya kan ?"

"Hahaha ... hahaha ...." Kami semua tertawa bersama, tanpa terasa ternyata ini  membuat Tifanny merasa tersinggung.

Keesokan harinya, aku seperti biasa berbaur bersama teman-teman di kantin kesangan sekolah kami. Aku baru sadar antara Aku, Natasya, Elya, Meysa dan Tifanny. Tifanny kali ini tidak bergabung, yang aku heran aku sepenuhnya benar-benar tidak percaya Tifanny marah atau kesal atas kejadian kemarin yang aku dan teman-teman anggap hanya bercanda.

"Tifanny mana , kok nggak kelihatan ?" Tanyaku pada Natasya.

"Itu dia masalahnya Pris, aku aja nggak tahu." Jawab Elya.

"Iya Pris, mungkin Tifanny marah sama kita gara-gara kemarin, Meysa kan cuma bercanda." Sambung Elya sambil membawa minum untukku dari lemari es yang nggak jauh dari tempat kami nongkrong di kantin.

"Duuh, gimana kalau dia marah sama aku aja ? Bener kata Elya, kemarin itu cuma bercanda." Sambung Meysa ketakutan.

"Udah deh, aku mau coba kirim sms ke Tifanny, kirain aja dia ada halangan." Sambungku mengeluarkan galaxi kesayanganku.

Hey, dear. Kamu nggak ke kantin, kemana ?

Sms pertama yang kukirimkan belum Tifanny balas, hingga akhirnya aku memnutuskan untuk menelponnya. Tapi ternyata hanya nada do-mi-sol yang terdengar di telinga kananku. Wajah Elya langsung pucat pasi dan akhirnya aku dan teman-teman berinisiatif untuk mencari Tifanny. Sampai akhirnya saat aku dan teman-teman lainnya berdiri dari kursi ....

"Astaga .... itu kan Tifanny ???" Natasnya dengan kagetnya memandang bengong Tifanny begitupun aku dan teman lainnya yang berada di kantin.

"Itu kan Marlinda dekaka (singkatan dan kawan-kawan)??" Elya tidak percaya.

"Ko bisa sama mereka ? padahal kan kita itu nggak suka sama mereka ? Udah-udah ada si Casy yang so imut banget ada Lily yang suka pamer kosmetik, Jinny yang so gaul ... Idih ko Tifa sama mereka ? Sambung Elya.

Sementara Meysa masih bengong dan pucat pasi nya mulai menjadi. Huaaahh, Tifa ko berkhianat ? bukannya mereka itu paling dibenci sama Tifa ? Aku sangat kesal dan sangat benci melihat ini semua. Aku mengajak semu teman-temanku, Natasya, Elya dan Meysa ke taman sekolah. Bercerita tentang kenapa kejadian ini terjadi.

"Prissa, gimana kalau kita temui mereka aja, kita tanya Tifa mau temenan sama kita atau sama mereka ?" Tanya Elya dengan sikap antusias dan penuh semangat.

"Jangan, jangan, biarin aja Tifa gabung sama mereka biar dia tau sendiri akibatnya kalau dia pergi ninggalin kita berempat!" Sambung Natasya.

"Ih, kamu ko malah ketularan kaya ma' lampir itu ? Kita seharusnya berusaha buat Tifa balik sama kita. Ko gara-gara hal sepele bisa jadi kaya gini masalahnya ? Jawabku dengan nada kesal.

"Teman-teman, kalau mau marah sama aku aja, gara-gara aku kalian jadi kehilangan Tifa, hiks .. " Kata Meysa.

"Udah Mey, jangan gitu ah. Kita sekarang ke Tifa terus kita minta maaf atas kejadian kemaren!" Sahutku dan langsung menggenggam tangan Meysa.

"Baiklah, ready ... !!"

Baru saja aku dan teman-teman beranjak dari tempat duduk,

"Heh, Ananda Prissa yang sok baik, sok lembut, sok punya integritas tinggi. Denger ya, mulai sekarang aku putuskan persahabatanku dengan kalian orang aneh.! Seru Tifanny yang datang tiba-tiba dengan para genk barunya.

"Tifanny ???" Kami berempat serempak berseru.

"Apa ? kalian kaget ya Tifanny gabung sama kita-kita.?" Marlinda bertanya dengan angkuhnya.

"Tifa, kami minta maaf." Aku berkata tanpa basa-basi lagi.

Tanpa basa-basi Tifanny, Marlinda dan kawan-kawannya langsung saja menggenggam tangan Meysa dan menjatuhkannya ke rumput basah di sekitar taman sekolah. Dan Cassy berseru dengan lantang supaya teman-teman menyaksikan adegan yang mereka fikir memalukan.

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.............

Aku terbangun dari tidur lamaku setelah seharian aku tertidur. Minggu pagi kemarin aku pulang dari kemping ku, tepatnya di Karang Resik. Hatiku galau bukan main, setelah melewati mimpi panjang yang baru saja kuceritakan, langsung saja kuambil galaxiku dari laci di kamar. Dan disana sudah terdapat beberapa pesan, aku langsung saja membuka satu persatu dari pesan di galaxi-ku.

"Hei, nyonya tekdung, banguuuun dooooong.... mau sekolah kagak ?"

[pesan dari Natasya]

"Woooyy, kebo ireng, bangun kamu, kita udah ngakar nih dikantin tanpa Ms. Sok sibuk ..

[Pesan dari Tifanny]

Aku kaget bukan main, tapi aku lega ternyata Tifa nggak berubah. Lemasnya, kakikku bahkan lebih sakit daripada di mimpiku, dan parahnya, yang terkena ulat bulu itu Aku, bukannya Tifanny. Aku lega tentang semua itu.

***TAMAT***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun