Sementara Meysa masih bengong dan pucat pasi nya mulai menjadi. Huaaahh, Tifa ko berkhianat ? bukannya mereka itu paling dibenci sama Tifa ? Aku sangat kesal dan sangat benci melihat ini semua. Aku mengajak semu teman-temanku, Natasya, Elya dan Meysa ke taman sekolah. Bercerita tentang kenapa kejadian ini terjadi.
"Prissa, gimana kalau kita temui mereka aja, kita tanya Tifa mau temenan sama kita atau sama mereka ?" Tanya Elya dengan sikap antusias dan penuh semangat.
"Jangan, jangan, biarin aja Tifa gabung sama mereka biar dia tau sendiri akibatnya kalau dia pergi ninggalin kita berempat!" Sambung Natasya.
"Ih, kamu ko malah ketularan kaya ma' lampir itu ? Kita seharusnya berusaha buat Tifa balik sama kita. Ko gara-gara hal sepele bisa jadi kaya gini masalahnya ? Jawabku dengan nada kesal.
"Teman-teman, kalau mau marah sama aku aja, gara-gara aku kalian jadi kehilangan Tifa, hiks .. " Kata Meysa.
"Udah Mey, jangan gitu ah. Kita sekarang ke Tifa terus kita minta maaf atas kejadian kemaren!" Sahutku dan langsung menggenggam tangan Meysa.
"Baiklah, ready ... !!"
Baru saja aku dan teman-teman beranjak dari tempat duduk,
"Heh, Ananda Prissa yang sok baik, sok lembut, sok punya integritas tinggi. Denger ya, mulai sekarang aku putuskan persahabatanku dengan kalian orang aneh.! Seru Tifanny yang datang tiba-tiba dengan para genk barunya.
"Tifanny ???" Kami berempat serempak berseru.
"Apa ? kalian kaget ya Tifanny gabung sama kita-kita.?" Marlinda bertanya dengan angkuhnya.