"Tifa, kami minta maaf." Aku berkata tanpa basa-basi lagi.
Tanpa basa-basi Tifanny, Marlinda dan kawan-kawannya langsung saja menggenggam tangan Meysa dan menjatuhkannya ke rumput basah di sekitar taman sekolah. Dan Cassy berseru dengan lantang supaya teman-teman menyaksikan adegan yang mereka fikir memalukan.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.............
Aku terbangun dari tidur lamaku setelah seharian aku tertidur. Minggu pagi kemarin aku pulang dari kemping ku, tepatnya di Karang Resik. Hatiku galau bukan main, setelah melewati mimpi panjang yang baru saja kuceritakan, langsung saja kuambil galaxiku dari laci di kamar. Dan disana sudah terdapat beberapa pesan, aku langsung saja membuka satu persatu dari pesan di galaxi-ku.
"Hei, nyonya tekdung, banguuuun dooooong.... mau sekolah kagak ?"
[pesan dari Natasya]
"Woooyy, kebo ireng, bangun kamu, kita udah ngakar nih dikantin tanpa Ms. Sok sibuk ..
[Pesan dari Tifanny]
Aku kaget bukan main, tapi aku lega ternyata Tifa nggak berubah. Lemasnya, kakikku bahkan lebih sakit daripada di mimpiku, dan parahnya, yang terkena ulat bulu itu Aku, bukannya Tifanny. Aku lega tentang semua itu.
***TAMAT***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H