Organisasi dalam segala macam bentuk dan jenisnya dalam mewujudkan tujuan bersama dengan seluruh elemen yang ada pasti pernah mengalami situasi yang tidak bisa memuaskan keinginan semua orang yang terlibat dalam usaha mencapai tujuan tersebut.Â
Hal ini sangat wajar karena di dalam organisasi  terdiri dari berbagai macam latar belakang suku, agama, etnis, budaya, sosial, ekonomi, politik, dan bahkan negara yang berbeda-beda.Â
Organisasi yang pada umumnya memiliki tingkat heteroginitas tinggi, sangat potensial terhadap munculnya konflik baik konflik individu maupun koonflik organisasi. Dalam interaksi sosial antar individu atau antar kelompok atau kombinasi keduanya, konflik sebenarnya merupakan hal yang alamiah
Konflik yang ditimbulkan oleh masalah-masalah hubungan pribadi dengan cakupan yang kecil kadang-kadang memiliki dampak luas dalam suatu organisasi. Ketidaksesuaian tujuan dan nilai-nilai pribadi seseorang dalam jabatan tertentu yang diembannya seringkali sangat resisten terhadap konflik.Â
Sebaliknya konflik juga bisa timbul karena adanya stimulus yang besar seperti perebutan sumber daya antar departemen/bagian mungkin tidak berakibat luas karena dalam menangani dan mengelolanya tepat, sehingga dampak yang diakibatkan bisa diminimalisir. Secara umum koonflik tidak bisa dihilangkan sama sekali, tetapi hanya bisa ditekan atau dikurangi kualitas, kuantitas, dan intensitasnya.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, konflik dapat timbul dan muncul kapan saja, di mana saja, dan berlaku untuk siapa saja. Oleh karena konflik dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja, maka konflik ibarat suatu penyakit yang harus dikenali apa kenis dan penyebab timbulnya penyakit tersebut.Â
Setelah kita mengenali penyebab timbulnya penyakit tersebut, kita juga harus menyesuaikan obat yang cocok untuk mengobati penyakit tersebut. Apabila keduanya telah teridentifikasi, maka hal yang harus kita temukan adalah bagaimana menghindari jenis-jenis makanan atau pantangan yang kemungkinan dapat menimbulkan kambuhnya atau semakin parahnya penyakit tersebut.Â
Penyakit seringan apa pun, jika tidak dibati sejak dini akan mengganggu kesehatan dan kebugaran tubuh, bukan saja terhadap orang yang menderita penyakit tersebut tetapi sangat mungkin menyerang orang lain akibat tertular secara tidak sengaja ketika saling berinteraksi satu sama lain yang menyebabkan kematian.
Demikian halnya terhadap knflik yang biasa terjadi dalam suatu organisasi, kecil atau besarnya konflik yang muncul, baik yang berasal dari masing-masing individu atau organisasi secara luas, harus dikenali/diketahui apa yang menstimulus munculnya konflik tersebut.
Salah satu konflik yang kadang terjadi dalam suatu organisasi adalah adanya perbedaan pendapat antar anggota yang tidak menemui titik akhir. Hal ini terjadi setiap individu masing-masing memiliki pemikiran dan naluri untuk berkehendak, sehingga dipastikan setiap individu memiliki perbedaan pendapat dalam menanggapi suatu permasalahan atau suatu kondisi.
Perbedaan pendapat sebuah sentiment atau filsafat non-persetujuan atau perlawanan terhadap gagasan (seperti kebijakan pemerintah) atau entitas (seperti orang atau partai politik yang mendukung kebijakan semacam itu).Â
Antomin dari istilah tersebut adalah meliputi perjanjian, konsensu (saat semua atau nyaris semua partai menyetujui suatu hal) dan perhatian, saat satu partai menyepakati sebuah proposisi yang dibuat oleh partai lain (Kozol, 1981). Perbedaan pendapat atau dissenting opinioan adalah pendapat yang berbeda dengan apa yang diputuskan dan dikemukakan oleh satu atau lebih orang dalam suatu pengambilan keputusan.
Contoh kasusnya misalnya, ajakan untuk mendukung sebuah tim yang sedang bertanding dengan menyanyikan sebuah nyanyian yang khas atau lebih familiar disebut supporter.Â
Dalam kasus ini, terdapat dua perbedaan pendapat, pertama yaitu bagi mereka yang menganggap bahwa kegiatan tersebut bukanlah suatu hal yang memberikan manfaat sehingga mereka lebih memilih untuk mengenyampingkannya atau bisa saja karena sebuah prinsip yang dimiliki oleh suatu individu. Dan yang kedua adalah bagi mereka yang menganggap bahwa kegiatan tersebut merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan, karena mendukung tim yang sedang bertanding.
Hal seperti kasus di atas lumrah terjadi karena setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda terhadap suatu masalah atau kondisi. Dalam kasus di atas erat kaitannya dengan hak dan kewajiban, kebebasan dan tanggungjawab, serta kesadaran moral.
Hubungan kasus dengan hak dan kewajiban
Hak merupakan klaim yang dibuat oleh rang atau kelompook yang satu terhadap kelompok yang lain atau masyarakat (Bertens, 1993).hubungan kasus di atas dengan hak dan kewajiban adalah tentang bagaimana suatu individu menyikapi sebuah perbedaan yang ada dengan melihat aspek-aspek yang ada di dalam sebuah hak dan kewajiban.Â
Di dalam aspek hak, terdapat hak yang didasarkan atas prinsip atau hak moral. Kaitannya dengan contoh kasus di atas adalah ketika seseorang memutuskan untuk tidak mengikuti sebuah ajakan dalam mendukung sebuah tim yang bertanding karena dia sadar memiliki sebuah kewajiban untuk mengerjakan tugas, disitu dai sedang menggunkan hak moralnya yaitu berprinsip bahwasannya mengerjakan tugas lebih utama, hak dan kewajiban erat kaitannya karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang nyata. Sedangkan dalam kasus diatas hak dan kewajibannya jika dilihat dari sisi timbal baliknya sangatlah minim.
Maka dari itu, kita perlu mengutamakan hak dan kewajiban pribadi kita dahulu sebagai mahasiswa, karena pada dasarnya kita akan mendapatkan sebuah kebebasan jika melaksanakan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa untuk mengerjakan tugas, dan begitupun dengan hak. Jika kewajiban dilaksanakan maka kita akan mendapatkan sebuah hak untuk mendapatkan nilai yang tinggi.Â
Hak dan kewajiban dalam kasus ini berkaitan dengan kebebasan dan tanggung jawab seseorang karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika kita ingin mendapatkan suatu kebebasan maka hal yang paling utama adalah melaksanakan hak dan kewajiban kita sebagai mahasiswa.
Kaitan Kasus dengan Kebebasan dan Tanggung Jawab
Kebebasan memiliki artian segala kewajiban dan keterikatan, kata bebas disalahgunakan, kebebasan sejati berlaku dari keterikatan norma-norma, norma-norma tidak menghambat kebebasan justru memungkinkan tingkah laku bebas (Magniz-Suseno, 1989).Â
Kaitan dengan kasus diatas adalah pada saat seseorang memaksa seseorang yang lainnya untuk mengikuti kegiatan yel-yel atau suporteran disitu terdapat sebuah kebebasan yang dilanggar, karena bisa saja dengan memaksa maka seseorang telah kehilangan kebebasannya.Â
Karena pada dasarnya manusia yang semakin bebas maka ia akan semakin bertanggung jawab dan sebuah tanggung jawab tidak akan menghambat kebebasan seseorang melainkan memungkinkan sebuah kebebasan.
Saya berpendapat bahwa ketika seseorang memaksakan kehendak seseorang lainnya maka setidaknya seseorang tersebut telah melanggar kebebasan eksistensial.
Kebebasan eksistensial adalah kemampuan manusia untuk berfikir dan berkehendak dan terwujud dalam bentuk tindakan. Kemudian mengapa seseorang memaksa seseorang yang lainnya padahal secara sadar mereka paham bahwa setiap orang memiliki hak dan kewajibannya masing-masing? Hal tersebut berkaitan dengan kesadaran moral.
Kaitan Kasus dengan Kesadaran Moral
Kesadaran moral dalam kasus ini hanya membahas tentang tingkat kesadaran moral seseorang. Orang yang memaksakan kehendak orang lain dapat diposisikan pada tingkatan tahap konvensional yaitu perilaku yang menyenangkan membantu orang lain serta disetujui oleh mereka, dalam kasus ini memaksa orang untuk menerima ajakan dalam mendukung tim yang sedang bertanding. Tahap konvensional biasanya masih berpikir tentang bagaimana caranya menjadi good boy atau nice girl tanpa memikirkan prinsip hidupnya.Â
Sedangkan orang yang mendapat paksaan dan menolaknya karena sadar akan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa, maka orang tersebut dalam tingkat kesadaran moral pascakonvensional yaitu "Tingkat berprinsip" hidup moral dipandang sebagai penerimaan tanggung jawab atas perkembangan prinsip pribadi.
      Untuk meminimalisir terjadinya perbedaan pendapat, berikut beberapa solusi untuk mengatasi hal tersebut:
- Mencoba memahami pendapat yang lain dulu
- Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam suatu organisasi maka terlebih dahulu pahami pendapat yang lain terlebih dahulu. lihat dari berbegai sudut pandang, karena tidak semua orang memiliki sudut pandang yang sama.
- Utamakan untuk tidak egois
- Selalu utamakan kepentingan glolongan di atas kepentingan pribadi. Karena dalam suatu organisasi sangat penting untuk mendengar pendapat yang lain.
- Mencari penengah dan solusi terbaik bersama-sama
- Libatkan semua orang yang bersangkutan dalam memilih keputusan terbaik, dan usahakan untuk selalu objektif dalam menilai dan tidak memihak.
- Tidak menghakimi dan hati-hati dalam berbicara
- Jika terdapat  pendapat yang berbeda dalam suatu diskusi maka jangan langsung menghakimi dan selalu berhati-hati dalam berucap. Jangan gunakan kata-kata yang sensitive atau berpotensi menyinggung perasaan orang lain. Hal ini dikarenakan agar perbedaan pendapat itu tidak menyulut emosi atau pertengkaran.
- Tidak melibatkan orang luar yang tidak bersangkutan.
- Hal ini dikarenakan orang luar tidak akan paham dengan situasinya, dan bisa saja keterlibatannya malah menambah buruknya keadaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H