“Benar Mas, Angel juga termasuk dalang di balik semua ini. Ternyata dia adalah pacar dari Romy yang disuruh untuk mendekati Mas guna mendapatkan uang. Terkait uang yang telah di transfer kemarin, ternyata digunakan untuk berfoya-foya oleh mereka ke salah satu mal.”
“Romy? Tidak mungkin,” rutukku kencang. Ingin rasanya aku memukul keras pelipis manusia jahat itu sampai patah.
Ternyata orang yang mengajakku untuk ke klub malam adalah orang yang ingin menghancurkan hidupku. Aku kenal Romy dari teman artis lainnya. Pergaulan yang belum jauh membuatku masuk ke dalam perangkap jantan jahanam itu. Ternyata Angel juga dalang dibalik semua ini. Sudah berapa banyak uang yang telah aku habiskan untuk dia tanpa bertanya untuk apa digunakan uang itu. Bodoh sekali aku yang tidak paham dengan semua ini, batinku yang semakin kesal dengan diri sendiri.
“Jadikan pembelajaran, Nak. Untuak bisuak, jauhi pergaulan bebas. Ingek pasan amak jo bapak,” (jadikan pembelajaran, Nak. Setelah ini kamu harus menjauhi pergaulan bebas, ingat pesan orang tua) ucap bapak menenangkan hatiku.
Kebebasanku membawa efek jera dalam hidupku. Untung Allah masih menyayangi dan menjagaku yang telah mencoba jauh dari-Nya. Media akhirnya menutup desas-desus kasusku yang belum sempat viral karena melihatku kembali melanjutkan syuting sinetron. Aku berjanji untuk mendengarkan nasihat dari amak dan bapak. Sapuih ijuak walaupun dibuat dari ijuk enau, namun kegunaannya tetap pada tempatnya, yaitu menyapu. Begitu juga manusia, diciptakan untuk menjadi khalifah sesuai tujuan hidupnya di muka bumi ini, mengerjakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H