Mohon tunggu...
risma riskita
risma riskita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Airlangga

Pencari Ilmu di Kampus Impian Semua Orang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Antropolog Muslim Nusantara dalam Meningkatkan Literasi Berbasis Rahmatan Lil Alamin

8 Juni 2023   16:49 Diperbarui: 8 Juni 2023   18:34 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Assalamualaikum WrWb. Konten dan ulasan ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Agama Islam II. Selamat Membaca

Judul:

"Peran Antropolog Muslim Nusantara dalam Meningkatkan Minat dan Kesadaran Literasi Berbasis Rahmatan Lil Alamin di Kalangan Masyarakat dan Mahasiswa di Era Digital"

Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan pada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan. Serta shalawat dan salam pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Tulisan ini berjudul "Peran Antropolog Muslim Nusantara dalam Meningkatkan Minat dan Kesadaran Literasi Berbasis Rahmatan Lil Alamin di Kalangan Masyarakat dan Mahasiswa di Era Digital" sebagai salah satu kompetensi mata kuliah Agama Islam II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Antropologi Universitas Airlangga yang diampu oleh Dr. H. Moh. Adib, Drs., MA.
Tulisan ini masih jauh dari kata kesempurnaan dan para penulis sadar dengan betul akan hal tersebut. Oleh karena itu, pintu kritik dan saran terkait tulisan ini kami buka dengan sangat lebar. Penulis juga berterima kasih pada dosen serta penulis artikel yang kami gunakan, berkat mereka tulisan ini dapat diselesaikan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan semoga pula Allah SWT memberkahi ilmu yang tercantum di dalam tulisan ini.

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Konsep Islam Rahmatan Lil Alamin dapat dipahami dari ajaran Islam yang berkaitan dengan akidah, ibadah dan akhlak. Di era digital saat ini, terdapat gempuran globalisasi dan modernisasi dalam hal ini Antropolog muslim dapat bersaing dengan tetap berpegang teguh pada Rahmatan Lil Alamin untuk menghadapi segala tantangan di era digitalisasi. Era digital adalah dimana masyarakat sangat tergantung dengan media sosial dan derasnya informasi berbasis online. Konsep Rahmatan Lil Alamin inilah yang menjadi acuan bagi seorang antropolog muslim dalam bertindak. Seorang antropolog di masyarakat memiliki peranan yang penting dalam hal meningkatkan literasi yang berbasis Islam Rahmatan Lil Alamin di kalangan masyarakat dan mahasiswa.

Antropolog merupakan sebutan bagi seorang ahli antropologi. Sebagai seorang antropolog, tugas dan perannya berkutat pada penelitian, pengevaluasian hingga turut berperan dalam menetapkan kebijakan publik. Pada dasarnya peran utama antropolog adalah meneliti fenomena sosial budaya yang terjadi dalam suatu kelompok masyarakat. Bagi seorang ilmuwan atau ahli antropologi, meneliti adalah tugas utama. Peran utamanya adalah membagi ilmu yang dimiliki dengan cara memproduksi suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Era digital dewasa ini tentu memudahkan bagi siapa saja termasuk ilmuwan, kemudahan yang dapat dirasakan adalah mudahnya dalam mengakses sumber daya digital, penelitian menjadi lebih efisien, dan membagikan hasil temuan penelitiannya kepada masyarakat luas. Salah satu keunggulan platform digital yang dapat dimanfaatkan bagi antropolog adalah digunakan sebagai media dalam memahami dan mempresentasikan budaya di era digital (Matt, 2023).

Dengan berpegang teguh kepada konsep Rahmatan Lil Alamin seorang antropolog muslim dapat menjadi acuan serta membantu dalam peningkatan literasi digital di kalangan masyarakat maupun mahasiswa. Antropolog muslim yang dalam bertindak selalu berpedoman pada Al-Qur'an dan Hadis serta perilaku Nabi Muhammad SAW akan menunjukkan identitasnya sebagai seorang muslim yang unggul dan juga sebagai seorang ilmuwan yang luar biasa hebat. Akan tetapi, era digital yang semakin kompleks akan menimbulkan tantangan yang akan dihadapi oleh siapa saja termasuk seorang ilmuwan sekalipun. Adapun antropolog muslim nusantara atau Indonesia yang dapat menjadi contoh dan motivator terutama dalam dunia IPTEK dan literasi dengan berpegang teguh dengan konsep Rahmatan Lil Alamin di kalangan masyarakat dan mahasiswa yaitu Usman Pelly dan Prof. Dr. Irwan Abdullah. Kedua pemikiran beliau diatas sangat membantu dalam meningkatkan literasi digital karena beliau diatas selalu berpegang teguh pada konsep Rahmatan Lil Alamin. Tujuan penulis membuat tulisan ini sebagai wadah informasi penulis dan juga pembaca untuk dapat memahami peran antropolog muslim dalam meningkatkan minat dan kesadaran literasi yang berbasis Islam Rahmatan Lil Alamin dikalangan masyarakat serta mahasiswa di era digital.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Konsep Rahmatan Lil Alamin?
2. Bagaimana Konsep Rahmatan Lil Alamin Dapat Menjadikan Antropolog
Muslim Indonesia yang Unggul Di Era Digital?
3. Bagaimana Peran Antropolog Muslim Nusantara dalam Meningkatkan
Kesadaran Literasi Berbasis Islam Rahmatan Lil Alamin di Kalangan
Masyarakat dan Mahasiswa Di Era Digital?
4. Berikan Contoh Tokoh Antropolog Muslim Indonesia Beserta Pemikirannya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Konsep Rahmatan Lil Alamin.
2. Untuk Mengetahui Konsep Rahmatan Lil Alamin Sebagai Wujud Antropolog
Muslim Indonesia yang Unggul Di Era Digital.
3. Untuk Mengetahui Peran Antropolog Muslim Nusantara dalam Meningkatkan
Kesadaran Literasi Berbasis Islam Rahmatan Lil Alamin di Kalangan
Masyarakat dan Mahasiswa Di Era Digital.
4. Untuk Mengetahui Tokoh Antropolog Muslim Indonesia Beserta
Pemikirannya.

D. Manfaat Penulisan
1. Agar Pembaca Dapat Memahami Konsep Rahmatan Lil Alamin.
2. Agar Pembaca Dapat Memahami Konsep Rahmatan Lil Alamin Sebagai
Wujud Antropolog Muslim Indonesia yang Unggul Di Era Digital.

3. Agar Pembaca Dapat Memahami Peran Antropolog Muslim Nusantara dalam Meningkatkan Kesadaran Literasi Berbasis Islam Rahmatan Lil Alamin di Kalangan Masyarakat dan Mahasiswa Di Era Digital.

4. Agar Pembaca Dapat Memahami Tokoh Antropolog Muslim Indonesia Beserta Pemikirannya.

E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka atau literature review. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan serangkaian proses mulai dari membaca atau mencatat dan mengolah menjadi sebuah bahan penelitian/penulisan dimana sumber data atau pencarian data dan informasi melalui penelusuran Pustaka. Seperti jurnal ilmiah, artikel ilmiah, buku-buku, dokumen tertulis, gambar, yang mendukung dalam proses penulisan. Studi kepustakaan mencari informasi lebih banyak menggunakan jurnal, buku, maupun situs web. Menurut sifatnya studi kepustakaan masuk dalam kategori penelitian deskriptif yang cenderung menjelaskan fakta dari apa yang didapatkan saat penelitian berlangsung. Sumber-sumber dari berbagai referensi tersebut kemudian dianalisis secara kritis dan mendalam agar dapat mendukung gagasannya.

Pembahasan

1. Konsep Rahmatan Lil Alamin
Konsep Islam Rahmatan Lil Alamin merupakan tafsir dari ayat 107 surat al-
Anbiya (21): 107 yang berbunyi:

Artinya; "Tidaklah aku diutus melainkan untuk membawa rahmat bagi seluruh alam". Menurut Arif (2021; 2), Keunggulan agama Islam yaitu sifat dan karakternya yang Rahmatan Lil Alamin. Islam merupakan agama yang universal dan menyeluruh yaitu bagi seluruh manusia, seluruh alam, dan seluruh jin. Rahmatan Lil Alamin bermakna bahwa Islam adalah agama dan syariat yang penuh kasih sayang dan kedamaian. Islam dan syariatnya mewujudkan maslahat abadi bagi umat manusia seperti memelihara akal manusia, keturunan, harta dan agama. Sehingga yang disebut dengan antropolog dengan konsep Rahmatan Lil Alamin adalah antropolog yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam yang membawa kasih sayang, cinta bukan kebencian, kedamaian bukan permusuhan. Antropolog yang Rahmatan Lil Alamin adalah antropolog yang membawa kemudahan bukan kesulitan dan membawa solusi
kehidupan bukan masalah dan pertikaian.
Agama Islam pembawa rahmat bagi seluruhnya, misalnya golongan yang non
muslim juga ikut merasakan ketenangan saat berada dilingkungan muslim, kebenaran dan kebaikan Islam yang diwujudkan dengan perilaku masyarakat muslim yaitu toleran, saling tolong-menolong, simpatik, saling melindungi, dll. Selain itu, golongan lain juga turut menikmati hasil pencapaian umat Islam seperti berhasil menegakkan kebenaran, mendorong kemajuan, memerangi kejahatan dan menumpas kebatilan (Mucharomah, 2017: 178). Konsep Islam Rahmatan Lil Alamin harus diimplementasikan dalam semua dimensi kehidupan manusia termasuk aspek sosial budaya. Dalam ranah sosial, Islam menjadi rahmat dalam kehidupan keluarga, masyarakat, lingkungan, dan media massa. Dalam aspek budaya, Islam menjadi rahmat bagi ilmu, bahasa, akhlak, ideologi, dan adat istiadat. Dalam Al Qur-an berisi tentang asal, karakter dan kehidupan manusia serta akhir kehidupan manusia. Jadi,agama Islam adalah agama yang paling memahami manusia dan kemanusiaan dari segi ideologi hingga sosial budaya.

2. Rahmatan Lil Alamin Sebagai Wujud Antropolog Muslim Indonesia yang Unggul Di Era Digital
Konsep Rahmatan Lil Alamin menjadi wujud bagi seorang antropolog muslim dalam bertindak. Seorang antropolog dapat merealisasikan konsep ini kedalam 3 hal yakni memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan memahami perkembangan teknologi dan sains, tidak emosi dalam beragama; dan hati-hati dalam setiap ucapan, perbuatan serta tindakan. Seorang Antropolog akan dikatakan unggul terutama dalam hal agama jika mereka menerapkan konsep Rahmatan Lil Alamin berarti bahwa berpedoman penuh terhadap agama Islam serta menjunjung tinggi syariat Islam sesuai ajaran Rasulullah SAW. Era digital ini, banyak gempuran globalisasi dan modernisasi dalam hal ini Antropolog muslim dapat bersaing dengan tetap berpegang teguh pada Rahmatan Lil Alamin untuk menghadapi segala tantangan di era digitalisasi. Dalam kajian Antropologi, agama tidak terlepas dari budaya, agama adalah salah satu wujud kebudayaan yang mana agama selalu mengiringi kehidupan manusia dan dapat membentuk aturan tingkah laku yang harus ditaati oleh umat pengikutnya, sehingga konsep Rahmatan Lil Alamin dalam agama Islam juga berhubungan dengan budaya literasi di era saat ini. Jadi, agama tidak terlepas dari budaya begitupun sebaliknya.
Dalam konteks ini, adapun antropolog yang meneliti mengenai agama yaitu Clifford Geertz yang mana ia meneliti Agama di Jawa tepatnya yaitu di Mojokuto dan dari hasil penelitiannya ia membedakan bahwa di Jawa terbagi menjadi 3 golongan yaitu Abangan, Priyayi, dan Santri. 3 Golongan tersebut memiliki tingkatan dan tidak terlepas dari kebiasaan yang mereka lakukan. Perlu juga kita ketahui bahwa, budaya merupakan segala aktivitas yang dilakukan berulang yang akan menjadi kebiasaan bagi diri pelaku budaya tersebut. Sehingga penggolongan oleh Clifford Geertz didasarkan pada aktivitas sehari-hari dari yang membedakan dari 3 kelompok tersebut.
Konsep Rahmatan Lil Alamin dalam diri seorang antropolog berarti kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam semesta. Sebagai seorang antropolog muslim dengan menerapkan konsep ini diharapkan kedepannya setiap tindakan yang diperbuat dapat sesuai dan juga selalu berorientasi untuk memberikan manfaat kepada
orang lain di sekitarnya. Konsep Rahmatan Lil Alamin inilah yang menjadi acuan bagi seorang antropolog muslim dalam bertindak. Islam Rahmatan Lil Alamin dapat menjawab berbagai tantangan bangsa Indonesia, salah satunya dalam hal IPTEK yang juga mengarah pada literasi di era digitalisasi. Nilai-nilai Rahmatan Lil Alamin yang harus dikuasai oleh calon Antropolog muslim di era milenial, yaitu kerjasama, toleransi dan pluralisme, sosial profetik, keteladanan, serta pengingkatan kualitas SDM.

3. Peran Antropolog Muslim Indonesia dalam Meningkatkan Literasi Berbasis Islam Rahmatan Lil Alamin di Kalangan Masyarakat dan Mahasiswa Di Era Digital
Dalam Literasiologi (2021; 4) era informasi identik dengan era pada saat ini yakni era digital literasi seperti saat ini, yang mana menggambarkan kemampuan berinteraksi, berkomunikasi satu sama lain, dan juga beraktualisasi secara omongan saja namun juga secara tertulis atau harus ada bukti nyatanya. Menurut Literasiologi (2021; 5), terdapat konsep dalam metode pengajaran dalam hal literasi saat ini dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis seseorang tersebut. Seseorang disebut berliterasi apabila ia memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam setiap aktivitas yang menuntut fungsi literasi secara baik benar dan dapat digunakan dengan efektif dalam masyarakat serta pengetahuan yang dicapainya dengan ataupun melalui membaca, menulis, serta arithmetic atau hitung menghitung untuk dimanfaatkan bagi perkembangan masyarakat. Literasi dalam membaca didefinisikan sebagai tingkat kemampuan dalam menggunakan informasi tertulis yang didapat sesuai dengan situasi yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan itu berhubungan dengan keterampilan memahami, menggunakan, serta juga dalam hal melakukan refleksi terhadap suatu bacaan yang sesuai dengan tujuan membacanya, yakni untuk menambah serta mengembangkan pengetahuan maupun potensi diri, dan juga untuk berperan aktif di masyarakat.
1) Masyarakat
Seorang Antropolog atau yang sejenisnya memiliki peranan yang tak kalah penting dalam hal meningkatkan literasi diberbagai kalangan termasuk kalangan masyarakat hal itu salah bukti kehadiran dan peranan dari seorang antropolog. Salah satunya yakni meningkatkan motivasi dalam minat membaca atau make literation habbit. Sebagai contoh, seorang antropolog pada tahap memotivasi minat baca ini masyarakat diarahkan untuk membuat kontrak belajar kegiatan minat baca, ini bentuk salah satu projek yang bisa digunakan. Dalam hal ini, masyarakat ditugaskan untuk menulis hal yang harus/tidak dikerjakan berkaitan tujuan akhir kegiatan pada suatu media sebagai metode pelatihan, kemudian dikumpul sebagai bahan awal pembuatan tugas project tadi. Semua ditulis pada lembar kontrak yang dilakukan secara tulus sehingga menjadi pegangan motivasi diri sendiri. Ini penting dalam peningkatan literasi. (Literasiologi, 2021: 15).
Selain itu, seorang antropolog juga berperan dalam masyarakat untuk meningkatkan literasi adalah dengan cara meningkatkan minat masyarakat berkarya melalui tulisan. Sebagai contoh untuk menyempurnakan hasil dari literasi di masyarakat adalah dengan memberi fasilitas menulis. Menulis dari hal sederhana seperti pengalaman keseharian dialami, melakukan review buku yang sederhana, bisa berbagi mengenai pemahaman terhadap buku yang dibacanya dan masih banyak hal lagi.

2) Mahasiswa

Pada kalangan mahasiswa, seorang antropolog memiliki peranan yang penting juga. Salah satunya yakni sebagai contoh seorang antropolog dapat melakukan pemberdayaan sudut baca sebagai perpustakaan mini pada kalangan mahasiswa (Literasiologi, 2021: 15). Terbatasnya bacaan teratasi sementara pemberdayaan ruang baca, dikelola antropolog langsung dan dipelihara seluruh mahasiswa. Ruang baca yang di buat di sudut ruang kuliah berfungsi menyimpan bahan bacaan, mejadi perpustakaan sederhana, dan sebagai bahan bacaan lainnya. Koleksi dalam ruang baca harus tercatat rapi supaya tidak hilang kedepannya. Bahan bacaan dapat dibaca di tempat dan dibawa kemana-mana.
Berdasarkan uraian diatas, Antropolog muslim mempunyai peran dan
kontribusi untuk membantu meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat maupun mahasiswa dengan berpegang teguh pada konsep Rahmatan Lil Alamin. Literasi berbasis Rahmatan Lil Alamin artinya literasi yang berbasis Islam. Perihal literasi masyarakat dan mahasiswa di era digitalisasi dan konsep Rahmatan Lil Alamin tersebut, nilai yang dikembangkan Antropolog muslim dalam menghadapi era digitalisasi, seperti: humanis, menjunjung tinggi, menghargai hak asasi sesama manusia. Menurut Mucharomah (2017: 186) Islam wajib melakukan perubahan menyesuaikan diri dengan tantangan yang dihadapi. Tantangan berupa globalisasi akibat kemajuan IPTEK, terutama bidang telekomonikasi.
Antropolog muslim dapat menjadi motivator bagi masyarakat dan mahasiswa dalam meningkatkan minat dan kesadaran literasi terutama literasi berbasis Islam Rahmatan Lil Alamin. Dengan meningkatkan kesadaran literasi yang dilakukan dengan basis Islam Rahmatan Lil Alamin maka akan membentuk insan manusia yang unggul dan taat serta dalam hal pengetahuan masyarakat dan mahasiswa akan melek dengan kemajuan IPTEK. Menurut Mucharomah (2017: 179) Islam Rahmatan Lil Alamin dalam dunia ilmu pengetahuan mengenal ilmu kimiyya (kimia), aljabar, dll karya Ibnu Sina. Ilmu ini dikembangkan oleh ilmuwan Muslim. Tentunya, para Antropolog muslim berperan bersiap diri memperbaiki kompetensinya, menjadi figur menginspirasi dan memotivasi bagi khalayak umum terutama kalangan masyarakat dan mahasiswa.

4. Tokoh Antropolog Muslim Indonesia beserta Pemikirannya

1) Usman Pelly

Sumber: UNKRIS Jakarta

Usman Pelly adalah seorang antropolog muslim. Beliau bisa dikenali dari mulai (kelahiran di Lhokseumawe, Aceh, 12 Juli 1938). Beliau seorang antropolog Indonesia, guru agung, dan ketua umum dari Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara serta YPI Amir Hamzah Medan. Usman Pelly sendiri adalah putra Minangkabau asal Bayur, Maninjau, Sumatera Barat. Beliau menyelesaikan pendidikan sarjananya di IKIP Ajang pada tahun 1969. Tahun 1980 dia mendapat gelar Master of Arts di proses antropologi dari University of Illinois, Amerika Serikat. Dan tiga tahun kemudian dia meraih gelar Ph.D. Selain sebagai dosen, Usman Pelly juga giat dalam melaksanakan berbagai penelitian. Fokus penelitiannya kebanyakan tentang warga di Sumatera Utara dan sekitarnya. Adapun karya milik Usman Pelly sendiri mudah untuk dicari karena namanya yang sudah dikenal sebagai antropolog dan guru besar, salah satunya adalah buku Urbanisasi dan Adaptasi terbit pada tahun 1994.
Salah satu pemikiran menarik dari Usman Pelly adalah mengenai budaya etos kerja. Dalam KE (2016: 4) Etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja. Bila kita hubungkan dengan literasi digital berbasis Rahmatan Lil Alamin yakni dengan adanya etos kerja, dapat mendorong kita kepada literasi digital yang lebih baik lagi, dapat mendorong semangat dan gairah kita dalam menggerakkan budaya literasi digital kedepannya. Hal ini yang menjadi pedoman dan juga harapan bagi kita semua dengan adanya pemikiran dari Usman Pelly ini dalam mendorong semangat masyarakat maupun para mahasiswa terhadap literasi digital berbasis Islam ini.

2) Prof. Dr. Irwan Abdullah

Sumber: https://antropologi.fib.ugm.ac.id/
Prof. Dr. Irwan Abdullah sendiri merupakan seorang antropolog
muslim. Beliau yang dikenal sebagai Antropolog adalah Guru Besar Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Lahir di Aceh Utara pada 8 September 1963. Karirnya dimulai di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada sejak tahun 1987. Setelah menamatkan Sarjana dari Jurusan Antropologi Universitas Gadjah Mada (1987), beliau mendapatkan kesempatan melanjutkan studi ke Belanda dan memperoleh gelar doktor (Ph.D.) dalam bidang Antropologi dari Universiteit van Amsterdam (1994) dan pada tahun 2005 diangkat sebagai Guru Besar Antropologi di Universitas Gadjah Mada. Beberapa riset yang telah dilakukan
 beliau adalah Society, Inter-religious Studies, Socio-cultural Anthropology, dan masih banyak riset-riset yang lain yang telah dilakukan dan dihasilkan oleh beliau baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua.
Bila kita hubungkan dengan literasi digital berbasis Rahmatan Lil Alamin yakni dengan adanya pemikiran beliau mengenai politik identitas menjadi setiap literasi digital ataupun setiap bentuk literasi haruslah berlandaskan atas kepentingan masyarakat, negara, dan bangsa itu sendiri serta berpegang teguh pada konsep Rahmatan Lil Alamin sehingga politik identitas itu sendiri dalam menjadi keunggulan serta identitas dan penciri dalam literasi digital di era saat ini. Dengan menerapkan pemikiran serta konsep yang disampaikan beliau ini, kedepannya kita akan bisa berliterasi digital secara terkonsep dan terarah dan tidak melupakan jati diri kita terutama peran kita dalam bangsa ini.

Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan minat dan kesadaran literasi yang berbasis Rahmatan Lil Alamin merupakan salah satu upaya yang paling tepat dalam menghadapi era digital. Karena dengan demikian, selain pendidikan Islam dapat menjawab berbagai tantangan. Dalam upaya ini, yang dapat dilakukan seorang antropolog muslim memiliki peranan yang penting dalam hal meningkatkan literasi di kalangan masyarakat dan mahasiswa. Salah satunya yakni meningkatkan motivasi dalam minat membaca. Pada kalangan mahasiswa, yakni melakukan pemberdayaan sudut baca sebagai perpustakaan. Literasi yang berbasis Rahmatan Lil Alamin adalah Literasi yang berpedoman teguh terhadap agama Islam serta mengikuti syariat Islam. Konsep Rahmatan Lil Alamin menjadi wujud bagi seorang antropolog muslim dalam bertindak. Sebagai contoh terdapat dua tokoh antropolog muslim yang memegang teguh konsep Rahmatan Lil Alamin dalam setiap tindakan dan pemikirannya yakni Usman Pelly. Pemikiran beliau mengenai etos kerja dan hubungannya dengan konsep Rahmatan Lil Alamin, pemikiran dari Usman Pelly mendorong semangat masyarakat maupun para mahasiswa terhadap literasi digital berbasis Islam ini. Kemudian ada juga pemikiran dari Prof. Dr. Irwan Abdullah tentang politik identitas. Dengan menerapkan pemikiran beliau mengenai politik identitas serta konsep Rahmatan Lil Alamin, kedepannya kita akan bisa berliterasi digital secara terkonsep dan terarah dan tidak melupakan jati diri kita terutama peran kita dalam bangsa ini atau politik identitas itu sendiri.
B. Saran
Dapat dilakukan kajian lebih dan menyeluruh lagi mengenai pemikiran setiap tokoh dan manfaat yang bisa diberikan di kalangan mahasiswa dan masyarakat sehingga nantinya dapat direalisasikan lebih lanjut.

Daftar Pustaka

Al-Quran dan Hadist
Arif, M. K. (2021). Islam Rahmatan Lil Alamin From Social and Cultural Perspective. Al-
Risalah, 12(2), 169--186. https://doi.org/10.34005/alrisalah.v12i2.1376
Literasiologi, J. (2021). 556585-Upaya-Menumbuhkan-Budaya-Literasi-Di-Kal-71278B24.
7(1), 1--19.
Matt. (2023). Digital Literacy and Cultural Anthropology. Matt Artz.
https://www.mattartz.me/digital-literacy-and-cultural-anthropology/
Mucharomah, M. (2017). Guru di Era Milenial dalam Bingkai Rahmatan Lil Alamin. Edukasia Islamika, 2(2), 172. https://doi.org/10.28918/jei.v2i2.1667

Semoga konten dan ulasan ini bermanfaat bagi semuanya, terimakasih sudah membaca:) mohon maaf jika terdapat pemilihan mata yang kurang tepat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun