Mohon tunggu...
risma riskita
risma riskita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Airlangga

Pencari Ilmu di Kampus Impian Semua Orang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Antropolog Muslim Nusantara dalam Meningkatkan Minat dan Kesadaran Literasi Berbasis Rahmatan Lil Alamin

7 Juni 2023   23:36 Diperbarui: 7 Juni 2023   23:39 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konsep Islam Rahmatan Lil Alamin merupakan tafsir dari ayat 107 surat al-Anbiya (21): 107 yang berbunyi:

Artinya; "Tidaklah aku diutus melainkan untuk membawa rahmat bagi seluruh alam".

Menurut Arif (2021; 2), Keunggulan agama Islam yaitu sifat dan karakternya yang Rahmatan Lil Alamin. Islam merupakan agama yang universal dan menyeluruh yaitu bagi seluruh manusia, seluruh alam, dan seluruh jin. Rahmatan Lil Alamin bermakna bahwa Islam adalah agama dan syariat yang penuh kasih sayang dan kedamaian. Islam dan syariatnya mewujudkan maslahat abadi bagi umat manusia seperti memelihara akal manusia, keturunan, harta dan agama. Sehingga yang disebut dengan antropolog dengan konsep Rahmatan Lil Alamin adalah antropolog yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam yang membawa kasih sayang, cinta bukan kebencian, kedamaian bukan permusuhan. Antropolog yang Rahmatan Lil Alamin adalah antropolog yang membawa kemudahan bukan kesulitan dan membawa solusi kehidupan bukan masalah dan pertikaian.

Agama Islam pembawa rahmat bagi seluruhnya, misalnya golongan yang non muslim juga ikut merasakan ketenangan saat berada dilingkungan muslim, kebenaran dan kebaikan Islam yang diwujudkan dengan perilaku masyarakat muslim yaitu toleran, saling tolong-menolong, simpatik, saling melindungi, dll. Selain itu, golongan lain juga turut menikmati hasil pencapaian umat Islam seperti berhasil menegakkan kebenaran, mendorong kemajuan, memerangi kejahatan dan menumpas kebatilan (Mucharomah, 2017: 178). Konsep Islam Rahmatan Lil Alamin harus diimplementasikan dalam semua dimensi kehidupan manusia termasuk aspek sosial budaya. Dalam ranah sosial, Islam menjadi rahmat dalam kehidupan keluarga, masyarakat, lingkungan, dan media massa. Dalam aspek budaya, Islam menjadi rahmat bagi ilmu, bahasa, akhlak, ideologi, dan adat istiadat. Dalam Al Qur-an berisi tentang asal, karakter dan kehidupan manusia serta akhir kehidupan manusia. Jadi, agama Islam adalah agama yang paling memahami manusia dan kemanusiaan dari segi ideologi hingga sosial budaya.

 

  1. Rahmatan Lil Alamin Sebagai Wujud Antropolog Muslim Indonesia yang Unggul Di Era Digital

Konsep Rahmatan Lil Alamin menjadi wujud bagi seorang antropolog muslim dalam bertindak. Seorang antropolog dapat merealisasikan konsep ini kedalam 3 hal yakni memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan memahami perkembangan teknologi dan sains, tidak emosi dalam beragama; dan hati-hati dalam setiap ucapan, perbuatan serta tindakan. Seorang Antropolog akan dikatakan unggul terutama dalam hal agama jika mereka menerapkan konsep Rahmatan Lil Alamin berarti bahwa berpedoman penuh terhadap agama Islam serta menjunjung tinggi syariat Islam sesuai ajaran Rasulullah SAW. Era digital ini, banyak gempuran globalisasi dan modernisasi dalam hal ini Antropolog muslim dapat bersaing dengan tetap berpegang teguh pada Rahmatan Lil Alamin untuk menghadapi segala tantangan di era digitalisasi. Dalam kajian Antropologi, agama tidak terlepas dari budaya, agama adalah salah satu wujud kebudayaan yang mana agama selalu mengiringi kehidupan manusia dan dapat membentuk aturan tingkah laku yang harus ditaati oleh umat pengikutnya, sehingga konsep Rahmatan Lil Alamin dalam agama Islam juga berhubungan dengan budaya literasi di era saat ini. Jadi, agama tidak terlepas dari budaya begitupun sebaliknya.

Dalam konteks ini, adapun antropolog yang meneliti mengenai agama yaitu Clifford Geertz yang mana ia meneliti Agama di Jawa tepatnya yaitu di Mojokuto dan dari hasil penelitiannya ia membedakan bahwa di Jawa terbagi menjadi 3 golongan yaitu Abangan, Priyayi, dan Santri. 3 Golongan tersebut memiliki tingkatan dan tidak terlepas dari kebiasaan yang mereka lakukan. Perlu juga kita ketahui bahwa, budaya merupakan segala aktivitas yang dilakukan berulang yang akan menjadi kebiasaan bagi diri pelaku budaya tersebut. Sehingga penggolongan oleh Clifford Geertz didasarkan pada aktivitas sehari-hari dari yang membedakan dari 3 kelompok tersebut.

Konsep Rahmatan Lil Alamin dalam diri seorang antropolog berarti kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam semesta. Sebagai seorang antropolog muslim dengan menerapkan konsep ini diharapkan kedepannya setiap tindakan yang diperbuat dapat sesuai dan juga selalu berorientasi untuk memberikan manfaat kepada orang lain di sekitarnya. Konsep Rahmatan Lil Alamin inilah yang menjadi acuan bagi seorang antropolog muslim dalam bertindak. Islam Rahmatan Lil Alamin dapat menjawab berbagai tantangan bangsa Indonesia, salah satunya dalam hal IPTEK yang juga mengarah pada literasi di era digitalisasi. Nilai-nilai Rahmatan Lil Alamin yang harus dikuasai oleh calon Antropolog muslim di era milenial, yaitu kerjasama, toleransi dan pluralisme, sosial profetik, keteladanan, serta pengingkatan kualitas SDM.

  1. Peran Antropolog Muslim Indonesia dalam Meningkatkan Literasi Berbasis Islam Rahmatan Lil Alamin di Kalangan Masyarakat dan Mahasiswa Di Era Digital

Dalam Literasiologi (2021; 4) era informasi identik dengan era pada saat ini yakni era digital literasi seperti saat ini, yang mana menggambarkan kemampuan berinteraksi, berkomunikasi satu sama lain, dan juga beraktualisasi secara omongan saja namun juga secara tertulis atau harus ada bukti nyatanya. Menurut Literasiologi (2021; 5), terdapat konsep dalam metode pengajaran dalam hal literasi saat ini dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis seseorang tersebut. Seseorang disebut berliterasi apabila ia memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam setiap aktivitas yang menuntut fungsi literasi secara baik benar dan dapat digunakan dengan efektif dalam masyarakat serta pengetahuan yang dicapainya dengan ataupun melalui membaca, menulis, serta arithmetic atau hitung menghitung untuk dimanfaatkan bagi perkembangan masyarakat. Literasi dalam membaca didefinisikan sebagai tingkat kemampuan dalam menggunakan informasi tertulis yang didapat sesuai dengan situasi yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan itu berhubungan dengan keterampilan memahami, menggunakan, serta juga dalam hal melakukan refleksi terhadap suatu bacaan yang sesuai dengan tujuan membacanya, yakni untuk menambah serta mengembangkan pengetahuan maupun potensi diri, dan juga untuk berperan aktif di masyarakat.

 

- Masyarakat 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun