Jelang isya ia tiba disana. Gilbeys menyambutnya dan telah mempersiapkan kamar di rumahnya yang terletak di tengah kebun kopi yang luas. Setelah melepas rindu, Subandi beristirahat. Kejar-kejaran dengan polisi dan perjalanan non stop dari Jakarta ke Lampung Barat membuatnya lelah.
Pagi saat Subandi membuka mata, ia terkejut. Dirinya telah dikelilingi empat orang polisi dan juga Gilbeys. "Nah, akhirnya bangun juga. Pagi ini juga kita terbang ke Jakarta. Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu Subandi alias Chivas Regal." Salah satu polisi itu tersenyum menyeringai pada Subandi. Tanpa perlawanan Subandi diborgol dan dimasukan ke mobil tahanan. Sebelum pergi, Subandi memandang nanar pada Helmi.
"Pengkhianat! Lihat saja nanti Gilbeys, aku akan buat perhitungan denganmu. Lihat saja nanti!" ancam Subandi. Helmi hanya membalas dengan senyum penuh kemenangan.
"Kau melupakan aturan organisasi saat dalam pelarian, Kawan. Jangan percaya siapa pun." Helmi alias Gilbeys pun menyeringai. Subandi alias Chivas Regal menatapnya tajam hingga polisi memasukkannya dalam mobil. Hati Subandi bergemuruh hebat karena pengkhianatan Helmi. Namun Subandi tak bisa berbuat apa-apa untuk. Paling tidak untuk beberapa tahun ke depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H