Ardi lalu menepikan mobil, dan berjalan mundur perlahan mendekat mobil Honda Jazz berwarna merah itu. Ia lalu keluar dari mobil dan menghampiri wanita yang kira-kira berumur awal dua puluhan itu.
"Mobilnya mogok, Mba?"
"Bukan Mas. Ban mobil saya bagian kiri depan bocor. Saya ngga bisa ganti ban sendiri. Kalau ngga merepotkan, saya minta tolong, Mas?"
Terdorong rasa iba akhirnya Ardi memutuskan untuk menolong wanita yang tak dikenalnya itu. Setelah sekitar belasan menit, ban serep telah terpasang. Sejenak Ardi beristirahat dengan duduk di bahu jalan. Dahinya berpeluh, dan tangannya penuh noda. Wanita pemilik mobil lalu memberi Ardi tissue dan sekaleng Heinekken dingin. Ardi lalu membersihkan dirinya.
"Terimakasih yah Mas udah mau nolongin. By the way, kita belum kenalan. Gue Reiga, panggil aja Rei," ucap wanita berambut coklat itu seraya mengulurkan tangannya dan tersenyum.
"Gue Ardi. Jam segini masih berkeliaran... Sendirian lagi... Emang lo mau kemana Rei?" balas Ardi sambil menjabat tangan mulus Rei.
"Mau pulang ke arah PIK, tadi habis dari bandara, nganter teman yang mau ke liburan. Kok Heinekken-nya ngga diminum?"
"Oh, iya... ini... gimana yah...? Gue ngga minum  minuman beralkohol Rei," sahut Ardi agak kikuk.
"Oh, maaf kalo gitu. Gue kira lo anak dugem yang baru pulang clubbing. Terus mas Ardi dari mana, jam segini masih berkeliaran?" tanya Rei sambil menyalakan Marlboro Lights-nya.
"Tadi habis nganterin temen, profesinya pramugari, ke hotel sekitar bandara," balas Ardi seraya mencuri pandang wajah Rei. Wajah cantik Rei mengingatkan Ardi pada artis sinetron Nadya Arina. Bila diibaratkan mobil, mungkin seperti Nissan Fairlady.
"Hmmm... habis nganter pacar yah mas Ardi? Hebat yah bisa punya pacar pramugari," tanya Rei sambil tersenyum menggoda.