Saat saya memasuki pintu masuk, terlihat bangunan megah berwarna emas, tempat ibadah umat Buddha, mirip dengan pagoda emas yang ada di Myanmar, walaupun sebetulnya saya sendiri belum pernah berkunjung ke Myanmar, hanya tahu dari literasi yang pernah saya baca :D
Dan, memang ternyata benar, pagoda yang terdapat di Taman Alam Lumbini ini merupakan replika dari pagoda Shwedagon yang terdapat di Yangon, Myanmar. Menurut literasi yang saya baca, pagoda ini diresmikan pada Oktober 2010 dan memiliki tinggi 46,8 meter, sehingga menjadikannya pagoda tertinggi di Indonesia.
Saya kurang beruntung, karena hari itu pagoda sedang digunakan untuk beribadah, sehingga pengunjung non-Buddhist selama seharian tidak diperkenankan masuk ke dalam bangunan pagoda, hanya bisa melihat-lihat dari luar. Namun saya tidak berkecil hati, meskipun dari luar, saya bisa menikmati keindahan arsitektur dari bangunan ini. Saya berkeliling melihat relief-relief pagoda yang indah.
Di belakang pagoda, terdapat taman indah yang bisa dinikmati. Taman tersebut dilengkapi oleh jembatan gantung sepanjang kurang lebih 20 meter. Namun karena sesuatu hal (baca: fobia ketinggian :D), saya putuskan untuk tidak melintasi jembatan gantung tersebut. Bagi yang memiliki fobia akan ketinggian - seperti saya - pihak pengelola menyediakan anak tangga untuk turun ke dasar taman yang dilengkapi beberapa gazebo untuk beristirahat. Sesaat setelah menuruni anak tangga, saya beristirahat duduk-duduk di gazebo di taman, sambil menyeka keringat yang menetes.
Hanya sekitar 1 jam-an saya berada di Taman Alam Lumbini. Saya pikir sudah cukup untuk mengelilingi taman alam seluas 3 Ha ini, sehingga saya putuskan untuk segera kembali ke kota Medan. Ditambah esok harinya ada agenda kantor yang harus saya selesaikan. Saya kembali berjalan kaki menuju Simpang Tongkoh. Hari itu matahari sudah ada di atas kepala saya, pertanda saya harus mengisi perut saya yang mulai keroncongan.
Setelah makan siang di salah satu warung nasi muslim di sekitar Simpang Tongkoh, saya pun menyetop bis mikro untuk kembali ke Medan. Kali ini saya naik PO Sinabung yang besar bisnya sebesar mobil elf di Jawa. Dengan ongkos yang sama, Rp 10.000, saya lebih cepat sampai di kota Medan, hanya membutuhkan waktu 1,5 jam saya sudah sampai di Simpang Pos, kota Medan. Dari sana, saya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan ojek online ke hotel tempat saya menginap.
Perjalanan solo kali ini sangat berkesan. Saya bisa menikmati bagian lain dari Sumatera Utara, selain kota Medan. Keragaman penduduk di Sumatera Utara sangat unik, dan sangat menarik hati saya. Meskipun terdiri dari berbagai etnis, suku, sub-suku, bahasa, juga agama, mereka bisa hidup berdampingan tanpa gesekan yang berarti. Semoga saya diberi kesempatan lagi untuk mengunjungi bagian lain dari Sumatera Utara.. Amin. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H