Teknik mendengarkan merupakan cara atau strategi kemampuan seseorang dalam merangsang, memperhatikan, memahami, serta merespons pesan atau ucapan yang disampaikan oleh orang lain melalui indera pendengar yakni telinga, atas hal yang sedang dibicarakan oleh orang lain ketika dalam suatu percakapan antara orang satu dengan orang yang lainnya. Namun, dalam situasi tertentu tidak semua orang dapat mendengarkan secara aktif.
Teknik mendengarkan aktif adalah suatu kemampuan seseorang yang sangat penting dalam meningkatkan kepercayaan dan hubungan interpersonal. Jika ada seseorang yang tidak mendengarkan secara aktif, maka suatu ucapan atas isi pesan yang disampaikan oleh seseorang yang menyampaikan pesan tersebut tidak bisa terangkum secara tepat dalam pikiran lawan bicaranya. Sehingga, dalam hal ini juga akan berpengaruh pada kualitas kepercayaan dan hubungan interpersonal.
Komunikasi interpersonal merupakan hubungan timbal balik yang terjadi atas dasar ucapan dan penyampaian pesan berbentuk percakapan antara dua orang atau lebih yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, percakapan dengan teman dan keluarga yang memiliki maksud yang sama, dalam artian memfokuskan pada adanya respons hubungan yang saling menguntungkan, saling mempercayai, dan saling memahami antara satu dan lainnya.
Teknik mendengarkan aktif dalam komunikasi interpersonal sangat penting untuk dimiliki oleh setiap personal atau setiap individu, dimana dalam kenyataannya suatu pengetahuan atas hal yang diucapkan atau disampaikan oleh orang yang sedang bicara dapat tertangkap dan masuk dalam pikiran setiap orang yang sedang mendengarkan. Jika sebaliknya, maka hal yang sedang disampaikan oleh seseorang yang sedang berbicara pun tidak akan tertangkap di pikiran dan bahkan dapat melukai perasaan seseorang yang sedang berbicara, karena seseorang tersebut merasa dirinya tidak diperhatikan oleh seseorang yang sedang mendengarkan tersebut.
Mendengarkan secara aktif berbeda dengan mendengarkan secara pasif. Mendengarkan secara aktif dibuktikan dengan adanya pemahaman dan respon timbal balik dari pendengar atas sesuatu yang telah disampaikan oleh pihak yang berbicara atau pihak yang menyampaikan pesan, sedangkan mendengarkan secara pasif tidak dapat membuktikan hal tersebut, karena pastinya orang yang mendengarkan secara pasif akan cenderung bertanya atas kurangnya pemahaman dan biasanya tidak ada respons yang menunjukkan bahwa seorang tersebut sedang mendengarkan.
Maka dari itu, dengan adanya teknik mendengarkan aktif akan dapat menjadi arahan dan cara atau strategi seseorang dalam mengurangi kesalahpahaman, meningkatkan kepercayaan, dan menjaga kualitas kesehatan hubungan komunikasi interpersonal yang terjadi dengan baik. Sehingga, dalam hal ini akan dapat mencapai tujuan dalam komunikasi interpersonal yang dapat terjadi secara efektif.
Lantas, apa saja sih teknik-teknik mendengarkan aktif dalam komunikasi interpersonal yang perlu kita ketahui?
Berikut adalah beberapa teknik mendengarkan aktif dalam komunikasi interpersonal yang perlu kita ketahui lebih dulu dari awal hingga akhir, agar kita dapat mempraktikkan secara tepat pula dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ketika kita mempraktikkan di kehidupan sehari-hari dapat terarah dengan tepat dalam rangka untuk menjaga kualitas hubungan kita dalam komunikasi interpersonal, yakni:
1. Memperhatikan dengan seksama
Memberikan perhatian secara penuh terhadap orang yang sedang berbicara merupakan hal yang utama dan sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Perhatian secara penuh dapat memberikan pandangan bagi orang yang sedang berbicara, bahwa lawan bicara yang sedang memperhatikan tersebut memahami sesuatu yang sedang dirasakan oleh dirinya. Bagi orang yang memperhatikan tersebut juga dapat mengetahui secara jelas dan tepat dan bahkan dapat merasakan atas sesuatu yang telah disampaikan oleh orang yang berbicara tersebut.
Memperhatikan dengan seksama juga menjadi tombak awal dalam merespons suatu tanggapan yang nantinya akan muncul, dimana secara langsung jika seseorang yang telah mendengar dan memperhatikan dengan seksama dapat cepat dan tepat untuk memberikan sebuah respons atas pertanyaan atau hal yang perlu untuk ditanggapi dalam situasi komunikasi interpersonal yang sedang berlangsung.
Selain menjadi tombak awal, memperhatikan dengan seksama juga dapat menjadi tombak akhir dalam merumuskan suatu permasalahan atau pesan yang disampaikan oleh seseorang yang sedang berbicara dari awal hingga akhir. Kemudian, jika orang yang mendengar atau lawan bicaranya nantinya jika memperhatikan dengan seksama maka akan dapat merangkum pembicaraan yang sedang berlangsung, sehingga melalui hal ini akan menjadikan salah satu teknik utama yang penting untuk diperhatikan dalam mendengarkan secara aktif yang akan berdampak secara positif dalam menjaga hubungan komunikasi interpersonal tersebut.
2. Kontak mata yang pas
Secara non verbal, kontak mata menjadi salah satu cara untuk menunjukkan adanya perhatian yang sungguh-sungguh kepada lawan budaya, dimana kontak mata merupakan sesuatu yang penting dalam komunikasi. Kontak mata biasanya digunakan untuk meyakinkan kepada lawan bicara karena jika di kala situasi seperti seseorang yang sedang berbicara tetapi dari orang yang mendengarkan tidak melihat mata orang yang sedang berbicara tersebut, hal ini akan muncul pemikiran seperti bahwa orang yang diajak untuk berbicara tidak mendengarkan hal yang sedang disampaikan.
Kontak mata tidak dapat sama diartikan dengan sebuah tahapan yang tertuju pada satu penjuru secara terus-menerus, tidak memperhatikan jarak dekat dan lamanya waktu kontak mata. Jika kontak mata terjadi seperti itu, maka orang yang diajak berbicara pun dapat dikhawatirkan memunculkan perasaan seperti tertekan dan terlalu berlebihan dalam hal kontak mata. Karena lawan bicara jika dipandang secara terus menerus akan menganggap bahwa orang yang mendengarkan tersebut juga dapat dikhawatirkan malah melamun. Jika seseorang yang sedang diajak berbicara merasa suka dan ikhlas terhadap sesuatu yang sedang dibicarakan maka akan tercipta suatu hubungan yang harmonis pula dalam suatu komunikasi interpersonal yang efektif.
3. Postur tubuh yang sesuai
Secara non verbal, postur tubuh juga menjadi salah satu hal yang perlu untuk diperhatikan dalam komunikasi interpersonal. Postur tubuh yang dimaksud adalah dimana posisi badan antara pembicara dan pendengar ketika berhadapan dapat memberikan suatu kenyamanan dalam situasi komunikasi interpersonal yang sedang berlangsung. Contohnya dalam dunia bimbingan dan konseling ketika ketika ada seorang konselor yang duduk dengan tubuh yang sedikit agak condong ke depan dan secara rileks.
Tidak hanya posisi badan saja, namun penampilan fisik pembicara juga memiliki kesan tertentu pada pendengar. Contohnya lagi dalam dunia bimbingan dan konseling, ketika konselor yang memiliki penampilan fisik yang sehat dan tidak terkesan tegang atau lemas akan menimbulkan respons yang baik pula bagi konseli yang saat itu sedang berada di situasi yang sedang dalam mengungkapkan permasalahannya. Sehingga, rasa tegang yang dialami oleh konseli tersebut juga akan dapat terkendali pula jika seorang konselornya dari awal sudah tidak merasa tegang.
4. Ekspresi wajah yang mendukung
Secara non verbal pula, dalam berkomunikasi ekspresi wajah penting untuk menggambarkan situasi yang sedang dialami oleh pembicara yang akan ditunjukkan oleh pendengar. Ekspresi wajah juga penting untuk menggambarkan suasana yang sedang berlangsung, dimana ketika ada pembicara yang merasa bahwa dirinya sedang menyampaikan berita duka, maka suasana tersebut juga seolah-olah menjadi duka pula.
Ekspresi wajah menjadi bahan tambahan dalam memberikan rangsangan kepada pendengar agar dapat mendengarkan secara aktif dan ikut merasakan sesuatu yang sedang dirasakan oleh pembicara tersebut. Sehingga, komunikasi interpersonal yang terjadi juga dapat terjalin dengan pas dengan memperhatikan ekspresi wajah tersebut sebagai tambahannya.
5. Gerak tubuh yang memperjelas
Gerak tubuh atau biasanya yang sering disebut dengan gesture juga termasuk dalam respon non verbal atas pertanda bahwa pendengar sedang mendengarkan secara aktif. Gerakan-gerakan tubuh tersebut termasuk gerakan tangan, kaki, maupun kepala. Contohnya ketika pendengar menunjukkan persetujuan atas sesuatu pesan yang disampaikan, maka dengan menggunakan kepala, pendengar tersebut dapat mengangguk-anggukkan kepalanya yang menunjukkan bahwa hal tersebut mengungkapkan kata “iya”. Gerakan tangan juga digunakan untuk menekankan kalimat agar dapat mempercayakan pada lawan bicaranya.
6. Kata verbal yang tepat
Secara verbal, kata-kata yang diucapkan oleh pembicara kepada pendengar juga harus memperhatikan pemilihan kata yang tepat untuk dalam proses komunikasi interpersonal pada lawan bicaranya. Lalu, lawan bicara sebagai bentuk mendengarkan aktif juga perlu untuk merespons kata-kata yang diucapkan oleh pembicara dengan tetap berhubungan dengan sesuatu yang telah disampaikan oleh pembicara.
Contohnya seperti menggunakan kata “iya” dan “hem” untuk menunjukkan dukungan dan persetujuan atas yang telah dibicarakan oleh pembicara. Lalu, seperti “saya tahu apa yang anda maksud dan saya juga memahaminya”. Hal ini dalam komunikasi interpretasi sangat penting sebagai bukti jika pihak pendengar mendengarkan secara aktif sesuatu yang telah disampaikan oleh pihak pembicara.
7. Mengklarifikasi
Klarifikasi adalah suatu pertanyaan kembali yang diberikan oleh lawan bicara atau pendengar dalam rangka untuk memperjelas pesan yang telah disampaikan oleh pembicara ketika dirasa pesan yang disampaikan itu ambigu, tidak jelas atau tidak dapat dipahami. Klarifikasi diberikan oleh pendengar dalam rangka untuk membuktikan bahwa memang pendengar tersebut telah mendengarkan secara aktif ketika memeriksa ketepatan dari pesan yang disampaikan oleh pembicara.
Contohnya seperti “Apakah yang anda maksud bahwa anda mengatakan tidak pada dirinya”. Hal ini merupakan contoh dari klasifikasi yang nantinya oleh pembicara hanya cukup untuk menjawab “ya” atau “tidak”.
Dalam hal ini sangat penting untuk dipastikan ketepatan pesan yang disampaikan oleh pembicara, agar pendengar pun tidak salah paham. Sehingga, dengan adanya pesan yang diklasifikasikan tersebut akan dapat membuat kualitas pesan yang disampaikan oleh pembicara akan tepat masuk didengarkan secara aktif oleh pendengar atau lawan bicara.
8. Memparafrase
Parafrase merupakan sebuah respons atau jawaban terhadap isi pesan yang disampaikan oleh lawan bicara atau pendengar kepada pembicara sebagai wujud mendengarkan aktif dari bagian kognisi atas suatu pesan. Pada bagian isi pesan ini memuat informasi agas suatu kejadian, orang, objek atau benda, serta ide.
Parafrase digunakan untuk membantu pembicara dalam menyudutkan isi pesan yang akan disampaikan. Dimana isi pesan tersebut ditangkap dan dipahami oleh pendengar sebagai wujud mendengarkan aktif kemudian disampaikan oleh pendengar atau lawan bicara kepada pembicara dalam rangka nantinya untuk menyatakan isi konten atau pesan lain yang belum tersampaikan pula dari pembicara sendiri.
Contohnya yakni ketika ada pembicara yang menyampaikan pesan ini “Saya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Semua tugas menumpuk dan deadline semakin dekat.” Lalu, lawan bicara sebagai pendengar menjawab “Jadi, Anda merasa tertekan dengan banyaknya tugas yang harus diselesaikan dalam waktu singkat”. Dalam parafrase juga direspon dengan singkat yakni menggunakan kata "ya” atau “tidak”, karena dalam hal ini akan dapat memastikan bahwa keefektifan parafrase tetap berdasarkan pada maksud pembicaranya.
9. Merefleksi
Refleksi adalah upaya untuk mengungkapkan kembali atas perasaan dan makna yang terselubung dalam isi pesan pembicara. Refleksi berbeda dengan parafrase. Refleksi lebih merespons isi pesan dalam segi afektif, emosional atau perasaan dari pembicara yang disampaikan oleh lawan bicara. Sedangkan, parafrase lebih kepada merespons isi pesan pembicara dari segi situasi, orang, objek, atau ide yang sedang dibicarakan.
Refleksi bertujuan untuk mendorong pembicara dalam mengungkapkan dan mengekspresikan perasaannya, dimana perasaan-perasaan yang dialami oleh konseli dapat secara intensif menyadari perasaan yang sedang mempengaruhinya, serta tidak lupa dapat membantu untuk menata perasaan dari segala bentuk perbedaan atas semua perasaan-perasaan yang ada dalam dirinya. Seperti, perasaan sedih, marah, senang dan lain sebagainya.
Contohnya yakni ketika ada pembicara yang direspons oleh pendengar atau lawan bicaranya dengan kalimat “Tampaknya anda merasa sedang sedih saat ini”. Dalam hal ini, respons balik dari pembicara juga akan menyatakan jawaban singkat seperti “ya” atau “tidak”. Namun, dalam hal ini juga perlu untuk memperhatikan kata yang tepat untuk merespons isi pesan afektif atau emosional dengan cara membedakan antara kata satu dengan kata yang lainnya, seperti antara kata sedih dapat diganti dengan gelisah.
10. Merangkum
Merangkum adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendengar atau lawan bicara dalam membuat kesimpulan atas informasi yang telah disampaikan oleh pembicara dari awal hingga akhir komunikasi interpersonal yang telah berlangsung. Dimana rangkuman ini dapat menjadi timbal balik atas penyampaian berbagai informasi dan pesan, serta menjadi hal yang paling penting dalam teknik mendengarkan aktif, karena jika pendengar atau lawan bicara tidak dapat merangkum secara lengkap, jelas, dan sesuai, maka akan dapat memunculkan pandangan yang negatif dari pembicara yakni pembicara tersebut seperti merasa tidak didengarkan, tidak diperhatikan, dan tidak dihargai.
Caranya adalah dengan mendengarkan dengan sesama dari awal sampai akhir pembicara membahas berbagai permasalahannya. Kita sebagai pendengar atau lawan bicaranya perlu untuk mendengarkan dengan dibuktikan dengan adanya rangkuman sebagai wujud bahwa memang konselor tersebut memperhatikannya dari awal hingga akhir.
Maka dari itu, penting untuk memberikan rangkuman dalam akhir komunikasi interpersonal, karena jika rangkuman tersebut diberikan kepada pembicara akan dapat menambah nilai kepercayaan dan nilai penghargaan atas semua hal yang telah disampaikan oleh pembicara dan yang diberikan kepercayaan dan penghargaan tersebut adalah pendengarnya. Oleh karena itu, mendengarkan secara aktif dalam komunikasi interpersonal pun dapat efektif berlangsung dan dapat saling menguntungkan antara pembicara maupun lawan bicara atau pendengar.
Baca artikel menarik lainnya di https://bk.fip.unesa.ac.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H